Rabu, 09 Desember 2020

Penuh Misteri

12/09/2020 08:48:00 AM 0 Comments

 


Sahabat, hidup ini begitu banyak misteri. Allah sengaja membuat kita tak pernah tahu apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Jangankan esok, sedetik kedepan pun kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita. Hidup ini sungguh penuh misteri.

Sahabat, misteri dalam hidup ini begitu banyak. Dalam hal apapun. Bahkan, ketika kita berpikir bahwa kita benar-benar mengenal seseorang, atau kita yakin segala rencana kita akan berjalan dengan baik, ternyata, sebuah kenyataan yang Allah berikan tidak seperti itu.

Suatu hari nanti, akan ada masa kita merasa si A adalah seseorang paling mengerti, menyayangi, dan peduli dengan kita. Ternyata, dibelakang kita dia tidak benar-benar seperti itu.

Atau, kita pernah berada pada situasi dimana kita bertemu dengan si B, yang terlihat tidak begitu peduli dengan kita, tatap matanya tak pernah bersahabat, tutur katanya tak pernah halus. Namun nyatanya, di belakang kita dia adalah orang yang paling sering dan paling kencang menyebut nama kita dalam setiap rangkaian do'a yang ia langitkan.

Bisa jadi, si C yang terlihat jahat ternyata berhati malaikat. Si D yang dinilai berhati malaikat, justru penjahat paling kejam yang tak pernah diketahui siapapun. 

Bahkan mungkin, kita pernah mengalami keadaan yang begitu membahagiakan. Membuat kita merasa orang paling bahagia di dunia ini. Namun ternyata, sejam kemudian Allah ganti lekuk tawa itu dengan rintikan air mata kesedihan yang tidak pernah bisa dibendung. Sehingga yang lahir dalam pikiran dan lisan kita adalah "Mengapa harus begini, Ya Allah?"

Saat tanya itu menggema, hanya ada satu jawaban yang pasti. Bahwa hidup ini terlalu penuh misteri!!

Tidak ada yang pernah tahu dan bisa menerka apa yang akan terjadi esok, atau apa yang sedang terjadi di belakang kita hari ini.

Sahabat, ingatlah bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara. Kita hanya sedang memainkan peran kita masing-masing. Kita sedang diberi tugas oleh Allah memainkan peran kita dengan baik selama masih berada di bumi-Nya. 

Segala misteri yang ada dalam hidup ini biarlah menjadi cerita yang hanya Allah yang tahu bagaimana akhirnya misteri-misteri ini terungkap, atau tetap menjadi bagian dari cerita yang tak pernah terungkap.

Kelanjutan cerita dari peran yang sedang kita mainkan ini biarlah menjadi urusan Allah. Tugas kita cukup terimalah dengan hati yang lapang. Apapun cerita yang disajikan oleh-Nya untuk kehidupan kita. Apapun alur cerita yang diberikan oleh-Nya untuk kita mainkan. Karena dunia ini hanya sementara, hanya panggung permainan, yang cepat atau lambat akan kita tinggalkan.

Bagaimana cara kita meninggalkan panggung ini akan selalu menjadi misteri dari Allah.

Bahagia, sedih, tangis, dan tawa, tak akan pernah abadi, duhai sahabat. Terimalah semua cerita itu dengan penuh ikhlas dan rasa syukur. Karena hidup ini sangat penuh dengan misteri. Hanya Allah yang benar-benar tahu setiap detik ke detik setiap kejadian ke kejadian, setiap alur cerita yang kita perankan selama kita berada di dunia ini.

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S.57:20)

Senin, 07 Desember 2020

Saat Ujian Tiba.

12/07/2020 04:10:00 PM 0 Comments


Sahabat, igatlah bahwa dalam hidup ini, tidak semua cerita yang kita lalui berjalan indah dan bahagia sesuai harapan dan mimpi kita. Semasa hidup ini, kita akan bertemu dengan ruang dan waktu yang menguji kita. Menguji keimanan kita, menguji kesabaran kita, menguji keikhlasan kita.

Saat ujian itu tiba, berputus asa bukanlah pilihan yang tepat bagi kita yang mengaku beriman kepada Allah. Menolak atau memaki takdir-Nya juga bukanlah sikap yang benar. Kerap kali hati dan pikiran merasa tidak sanggup menghadapi ujian dari-Nya. Seringkali hati dan pikiran merasa bahwa tantangan dari-Nya begitu berat untuk dihadapi. Sehingga yang hadir memeluk hati dan pikiran adalah rasa putus asa.

Ketahuilah sahabat, bahwa sejatinya bukanlah diri yang tak mampu menghadapi ujian dan tantangan dari Allah. Karena sejatinya tidak ada tantangan serta ujian yang melebihi kapasitas kemampuan kita memikulnya. Hanya saja rasa takut serta putus asa dalam pikiran dan hati lebih besar sehingga membuat kita tidak berani melangkah dan merasa tak sanggup untuk menghadapinya. 

Ingatlah sahabat, bahwa Allah tidah pernah memberikan ujian dan tantangan diluar batas kemampuan hamba-Nya. sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran :

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...(QS 2:286)

 Maka seberat apapun ujian yang sedang berada dihadapan kita, itu sudah tentu sesuai kapasitas kekuatan pundak kita untuk memikulnya. Bukankah Allah yang Maha Tahu setiap keadaan dan kemampuan kita sebagai hamba-Nya? Bahkan, Allah lebih tau diri ini daripada kita sendiri.

Maka bersabarlah sahabat, saat ujian itu tiba. 

Apapun ujian kehidupan yang sedang kamu hadapi, yakinlah bahwa kamu bisa menghadapinya. Yakinlah bahwa kamu sanggup memikulnya. Percayalah bahwa Allah selalu memberikan kemudahan bersama kesulitan ujian hidup yang sedang kamu hadapi.

Selasa, 01 Desember 2020

Memilih Setia

12/01/2020 07:40:00 PM 0 Comments


Pagi ini benar-benar kelabu bagiku. Walau langit begitu cerah dan mentari begitu gagah. Entah, sudah berapa bulir air mata yang jatuh membasahi sajadahku sejak tahajud tadi. Aku begitu sesak. Begitu terluka. Hingga aku tak tau lagi harus bersikap apa selain diam dan menikmati hangatnya setiap tetes air mata yang jatuh membasahi wajah.


"Kamu kenapa, de?" Tanya mas Revan seusai shalat dhuhaku. Dan ini pertanyaan ke sekian yang dilontarkannya sejak subuh tadi.


"Enggak apa-apa. Aku hanya kangen Papa." Selalu begitu jawabku.


Aku mencoba untuk tak berdusta kepadanya. Aku memang merindukan Papa. Lalu hadir sebuah masalah yang kini tanpa sadar membuatku semakin merindukan sosok Papa. Karena bagiku, Papa adalah satu-satunya lelaki terbaik yang aku miliki dan tak akan pernah menyakiti anak perempuan satu-satunya ini.

Sabtu, 03 Oktober 2020

Menanti Senja

10/03/2020 07:44:00 PM 0 Comments


Dua bulan sudah berlalu, dan Rina masih setia pada tempat dan waktu yang sama selama dua bulan ini.

Lepas waktu asar, hingga maghrib menjelang, ia dengan setia menanti semburat senja hadir sambil menikmati es kelapa muda di tempat langganannya, di pesisir pantai.

Ia seperti mendapati kekuatan dan semangat baru untuk menghadapi hari esok ketika guratan senja menyapanya di penghujung hari. Menatap matahari terbenam dengan perlahan seolah menjadi candu baginya.

Walau pada akhirnya, ketika malam menyapa, ia akan tetap merasakan hal yang sama. Rindu, sakit, juga kehilangan.

Bagaimana tidak? Ketika cinta bersama Senja-nya mulai tumbuh dan semakin berbunga, justru ia harus dihadapi oleh kenyataan untuk selalu menanti Senja yang tak akan pernah kembali dalam pelukannya.


Malam itu ....

Selasa, 29 September 2020

Perjodohan Terindah (Bagian 3)

9/29/2020 09:28:00 AM 0 Comments

 


“Sama siapa?” desakku. Tiba-tiba ia menatapku begitu dalam dengan wajah yang sangat serius.

“Sama seorang perempuan.” Jawabnya mengerjaiku.

“Ya Tuhan, Jay! Gue juga tau lah sama perempuan! Kalau sama laki-laki artinya lu ‘sakit.’ Gue serius nih Jay.” Kata ku dengan ajntung yang berdegup lebih cepat karena melihat tatapan Jay tadi.

“Udah ah, balik yuk ke kelas.” Ajaknya sambil melangkah lebih dulu.

Aku mendengus kesal dengan sikap Jay yang seperti ini. Sumpah demi apapun, aku ingin sekali mengetahui seseorang yang istimewa di hati Jay saat ini. Aku mencoba menjaga jarak langkahku dengannya. Ia yang sudah berada beberapa langkah di depanku menghentikan langkahnya, dan kembali ke sampingku.

“Cepetan dong jalannya, Kei! Lama banget lu kaya siput!” katanya sambil merangkulku. Ia memang sudah sering seperti itu denganku. Mungkin baginya itu hal yang biasa, namun belakangan bagiku hal itu menjadi tak biasa.

Bukan karena perlakuannya atau sikapnya, tapi aku menjadi tak seperti biasa karena perasaanku sendiri. Perasaan tidak biasa yang perlahan timbul akibat keakraban kami setiap hari. Perasaan yang sulit sekali aku kontrol akhir-akhir ini. Perasaan yang berharap ia lebih dari seorang sahabat sekaligus rival dalam memperebutkan posisi peringkat pertama di kelas.

Sabtu, 26 September 2020

Perjodohan Terindah (bagian 2)

9/26/2020 04:48:00 PM 1 Comments

 


 

__Bagian 1__ 

“Tujuh tahun yang lalu??” Tanya Ayah, Ibu, dan juga kedua orangtuanya secara berbarengan.

Ya, tujuh tahun yang lalu, aku bertemu dan mengenal dia saat kami masih berseragam abu-abu. Ia teman sekelas ku sejak kelas satu semester dua. Sejak aku pindah ke sekolah Pelita Nusantara dari sekolah favoritku di Bandung.

Setelah nyaris sepuluh tahun kami di Bandung, Ayah harus kembali lagi ke Jakarta dan fokus mengurus bisnisnya di Jakarta. Oleh sebab itu aku mau tidak mau harus rela meninggalkan kota kembang menuju ibu kota.

Di Pelita Nusantara itulah aku mengenal Jay, begitu aku memanggilnya atas permintaan ia saat kami pertama kali berkenalan. Jay satu-satunya teman lelaki yang akrab dengan ku. Aku sendiri pun heran dengan diriku sendiri yang bisa begitu dekat dan akrab dengan Jay hanya dalam waktu kurang dari dua bulan keberadaanku di Pelita Nusantara.

Bagiku Jay sosok yang begitu hangat kepada siapapun. Ia termasuk seorang lelaki yang begitu supel kepada siapa saja. Aku nyaris tak pernah melihat ia memiliki musuh, atau sekedar mendengar omongan miring tentang dirinya. Bukan saja hangat, ramah, dan supel. Ia juga sosok yang cerdas, secara fisik bisa diaktakan dia tampan, tinggi, belum lagi ia adalah kapten basket di sekolah. Tak heran jika cewek-cewek di sekolah saat itu banyak yang mencari perhatiannya dan berusaha mendekatinya. Herannya, dari sekian banyak teman wanita di sekolah, tidak ada satu pun di antara mereka yang menarik perhatiannya Jay.

Aku seolah kembali ke masa itu. Masa di saat kami masih bisa bersama-sama. Saling bercerita dan berdiskusi tentang banyak hal di sekolah. Jay dan aku seperti dua orang yang selalu ditakdirkan untuk berada di kelas yang sama sejak pertama kali aku datang di Pelita Nusantara hingga hari perpisahan sekolah kami tiba.

Jumat, 25 September 2020

Perjodohan Terindah (bagian 1)

9/25/2020 11:16:00 AM 0 Comments

 


Aku nyaris tak percaya dengan apa yang berada di hadapanku saat ini. Biodata seorang laki-laki dalam sebuah map, yang kini di tangan membuat aku tak bisa berkedip beberapa saat. Ia adalah lelaki yang ingin Ayah kenalkan kepadaku.

“Dia anak dari sahabat Ayah yang udah lama ingin sekali Ayah kenalkan sama kamu. Ayah dan sahabat ayah berharap kalian bisa berjodoh suatu hari nanti, dan kami ingin kalian bisa saling berkenalan saja dulu.” Terang Ayah saat aku membaca biodata di hadapanku.

“Bagaimana, Key? Kamu mau?” tanya Ayah membuyarkan lamunanku.

Aku mengangguk memberi jawaban kepada Ayah.

“Kamu tidak keberatan kan, Nak?” tanya ibu sekedar meyakinkan.

“Tidak Ibu. Tidak sama sekali.” Jawabku untuk meyakinkan Ayah dan Ibu. Terlihat senyum lega dan bahgaia di wajah mereka yang mulai nampak keriput halus. Tanda mereka sudah mulai menua.

“Ibu dan Ayah tidak akan memaksa menjodohkan kamu dengan dia. Kami hanya berusaha untuk memperkenalkan kamu dengan dia dulu. Ya, syukur-syukur memang kamu setuju dengan perjodohan ini dan cocok dengan dia. Kalaupun tidak, ya sudah, tidak masalah.” Kata Ayah. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Ayah. Jikalau saja Ayah tahu yang sebenarnya. Ah, biarlah waktu yang akan memberitahu Ayah yang sebenarnya, bisikku dalam hati.

Kamis, 23 Juli 2020

Batagor Rasa Nagih

7/23/2020 10:38:00 AM 0 Comments
Berawal dari berpikir bikin cemilan praktis, dan sehat untuk anak-anak di rumah, yang anti ribet prosesnya, cari bahan-bahannya, karena aku males sama hal yang terlalu ribet. Hahaha. Walhasil, aku memutuskan untuk mencoba bikin batagor yang super praktis.

Jujur, aku bukan tipe orang yang suka masak dan bikin cemilan. Tapi aku juga gak suka kalau anak-anak jajan di warung. Hahaha. Karena ketidak sukaan melihat anak-anak jajan itulah akhirnya aku memaksa diri aku untuk rajin masak dan bikin cemilan di rumah. Membuat batagor ini adalah pertamakalinya dalam hidup. 😄😄 Saat sudah matang, dan minta suami cobain terus dia bilang, "enak banget bu batagornya! Beneran deh.. enak banget!" Wuiiih rasanya berbunga banget! 😄😄😄 Sempet gak percaya sih. Terus aku bilang "Ah, boong kali! Kamu mah cuma mau bikin aku geer doang!" tapi dia bilang "enggak bu. aku gak boong. emang beneran enak batagornya. Nagih banget!"

Mungkin kebanyakan orang akan berpikir dan bilang "Ya wajarlah suami lu ngomong begitu, lha elu kan istrinya. dia mau nyenengin istrinya lah!" Ooooh,, anda salah ferguso. Suami aku orang paling jujur soal rasa masakan aku. Kalau kata dia kurang enak, dia akan bilang koreksian rasanya harus ditambah apa dikurangin apa bumbunya, tapi kalau kata dia udah enak ya berarti emang udah. Karena soal masak memasak aku dibanding dia, lebih jago dan lebih pinter dia daripada aku. 😁

Hal yang lebih meyakinkan aku kalau emang dia benar-benar jujur suka dan ketagihan dengan batagor buatan aku itu setelah beberapa hari gak buat, kemarin dia minta, "Yank, bikin batagor lagi dooong. enak tau batagornya." So, kemarin pagi-pagi aku belanja bahan-bahannya ke warung, dan siang langsung eksekusi, dan malam hari batagornya sudah habis. 😄😍 Alhamdulillah.

Sempat bagi juga ke kakak sepupuh, ke anak-anak santri akhwat, ke salah satu teman kerja di sini juga, dan kata mereka "Batagornya enaaaak banget!! nagih banget rasanya!"
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Cuma itu yang bisa aku ucapkan berulang kali. Bersyukur banget karena Allah ngasih ijin melalui karya dari tangan aku banyak orang yang bahagia, walau gegara si batagor doang. 😄

Buat kamu yang mau tau si batagor rasa nagih ini, coba bikin deh di rumah. Walau mungkin nanti rasanya beda-beda dikit sama hasil yang aku buat, karena kan kalau makanan walau resep sama beda tangan suka beda rasanya, tapi enggak ada salahnya kan kalau kamu-kamu mencobanya di rumah. Ini aku kasih resepnya. 👇👇

Resep Batagor :

Bahan-bahan inti;
- 1 kotak tahu putih
- 1 butir telur ayam
- 2 siung bawang putih (dihaluskan)
- 100gr tepung terigu
- 150gr tepung kanji
- Daun bawang (secukupnya)
- Garem (secukupnya)
- Kaldu jamur (secukupnya)
- Lada (secukupnya)
- Air 120ml

Bahan pelengkap:
- Kulit Pangsit
- Minyak untuk menggoreng

Cara Membuat;
1. Hancurkan tahu putih menggunakan garpu
2. Masukkan semua bahan inti menjadi satu dengan tahu.
3. Aduk adonan sampai kekentalan adonan dirasa cukup, cek rasa.
4. Siapkan kulit pangsit yang sudah di potong bagi 2 atau bagi 4.
5. Panaskan minyak.
6. Letakkan 1 sendok teh adonan ke atas kulit pangsit, lalu goreng sampai berwarna kecoklatan.
7. Batagor siap dihidangkan.... 😊😉


Mudahkan?? Coba deh dirumah. Semoga ini bisa menjadi refrensi buat cemilan keluarga dirumah.


sumber gambar : by google

Sabtu, 04 Juli 2020

Inilah Pernikahan

7/04/2020 10:32:00 AM 0 Comments
Inilah pernikahan. Penyatuan dua insan yang menciptakan bahtera rumah tangga. Menciptakan cerita suka duka bersama yang tercatat lekat dalam memori kehidupan.
Pernikahan, tak semesti nya terjadi dan bertahan karena keterpaksaan, atau karena tuntutan. Biarkan ia terjadi dan bertahan karena ada getaran cinta yang hadir seiring detak nadi saat kamu saling menatap, saling berjabat, dan saling berdekatan.

Pernikahan bukanlah berbicara tentang dua insan yang harus bahagia hanya hari ini. Bukan berbicara tentang mahar yang mahal, pesta yang megah nan meriah, bukan juga tentang kebahagiaan yang terukur dari nominal biaya pesta megah. Bukan!

Pernikahan adalah bagaimana kita berbicara untuk selalu bahagia bersama pasangan hingga maut yang mampu memisahkan. Berbicara tentang saling menguatkan saat badai gelombang ujian datang menerjang. Berbicara tentang saling pengertian, saling memberi, bukan saling menuntut. Berbicara tentang management waktu dan financial dengan baik. Berbicara tentang masa depan, tentang arah tujuan pernikahan itu.

Pernikahan bukanlah tempat untuk beradu siapa yang paling pintar, bukan beradu siapa yang harus mendengarkan, bukan beradu siapa paling kuat mempertahankan ego, bukan juga tempat untuk saling menuntut.

Pernikahan adalah tempat untuk kita saling berbagi nasihat, saling mendengarkan, saling mengalah, dan saling memberi. Memberi kasih sayang dan cinta, memberi pengertian, memberi maaf, memberi waktu luang, memberi perhatian lebih satu dengan yang lain. 

Pernikahan adalah tempat kita saling menjaga, saling peduli, saling mendukung, dan saling bekerja sama, dan saling berbagi kisah suka dan duka bersama.

Jangan kamu membicarakan pernikahan hanya sekedar persiapan pesta megah nan mewah karena perjalanan pernikahan sesungguhnya adalah setelah pesta itu berakhir! 

Percayalah, tak ada pernikahan yang berjalan mulus halus untuk mempertahankannya. Kelak di tengah jalan, kamu akan menemukan kerikil kehidupan yang akan menguji seberapa kuat pernikahan mu itu. Saat kamu mampu melewati kerikil-kerikil ujian pernikahan itu, kamu akan mendapatkan hikmah luar biasa yang bisa kamu jadikan pembelajaran hidup agar pernikahan mu itu semakin kuat dan kokoh berdiri. 

Tidak ada pernikahan yang selalu penuh dengan tawa tanpa air mata! Yang selalu bahagia tak mengenal duka. Kelak kamu akan menemukan masa yang membuatmu hanya bisa menangis dan merasa lelah hingga ingin hati menyerah. Tapi berpisah bukanlah jalan keluar dan tempat pelarian dari segala masalah. Berbicaralah! Selesaikan masalah mu. Tebus setiap kesalahan yang pernah terjadi dengan perubahan yang lebih baik. Agar kapal pernikahan yang sedang dinaiki ini tak karam di tengah laut kehidupan.

Ketahuilah bahwa pernikahan adalah ladang ibadah  seumur hidup. Seiring kau menggoreskan cerita suka duka, ada balasan terindah yang sedang disiapkan oleh Sang Maha Kuasa.

Sabtu, 11 April 2020

Sebuah Jawaban (Part 2)

4/11/2020 02:51:00 PM 2 Comments

Senja mulai menurunkan tirainya, dan aku masih menikmati waktu dengan memandang potret Kenan. Beginilah caraku menikmati waktu tiap akhir pekan. Berdiam diri di kamar, merehatkan pikiran dan badan yang sudah lelah memikirkan kerjaan di butik, sambil memandangi potret Kenan. Lelaki yang tak pernah mampu aku biarkan untuk pergi dari hati dan pikiran.

Tiba-tiba saja ponselku berdering. Nomor tanpa nama tertera di layar ponselku. Aku pun menjawab panggilan itu dengan sedikit keraguan.

“Halo Ta, apa kabar?” Sapa orang di sebarang telepon.

Aku tak percaya dengan suara yang baru saja aku dengar! Aku merasa seperti sedang berhalusinasi bahwa potret yang berada di genggamanku itu bersuara.

“Halo, Ta.” Suara di sebrang telepon memanggilku lagi. Dadaku seketika berdetak lebih cepat dari normalnya. Ada rasa bahagia tak terkira. Setelah dua tahun benar-benar tidak ada komunikasi, tidak lagi mendengar suaranya, dan kini suara itu kembali menyapa. Aku nyaris ingin menjerit bahagia karenanya.

“Hai, Kenan. Aku baik. Kamu?” jawabkku dengan sebisa mungkin menyembunyikan getar suaraku.

“Aku baik. Bisa keluar rumah sebentar?” tanya Kenan. Aku langsung mengintip dari jendela kamarku yang berada di lantai atas, dan melihat ia sedang berdiri di depan rumahku.

“Bisa, tunggu sebentar.” Jawabku yang langsung memutuskan sambungan telepon, dan mengganti baju secepat kilat. Lalu berlari menuruni anak tangga.

Sebuah Jawaban (Part 1)

4/11/2020 02:47:00 PM 0 Comments

“Ta, besok aku tetap harus pergi. Papa minta aku menggantikannya sementara waktu mengurus usahanya yang di Singapur.” Kata dia sore itu, di tempat makan favorit kami, sepulang aku kuliah. Dia menjemputku sore itu sepulang kerja. Aku dan dia terpaut usia empat tahun. Dia sudah sibuk dengan dunia kerjanya, sedang aku, sedang sibuk memikirkan proposal skripsi.

Aku hanya diam mendengar keputusannya. Aku bisa apa? Aku tak ingin menjadi wanita egois, aku tidak ingin merusak hubungan harmonis antara anak dan ayahnya. Maka lebih baik aku mengalah, bukan?

“Ta, kenapa diam? Ngomong lah, Ta. Jangan diam aja.” Pintanya sambil menatapku.

“Pergilah kalau memang kamu harus pergi, jaga dirimu baik-baik selama di sana.” Jawabku sambil mengalihkan pandangan darinya.

“Apa kita enggak bisa coba untuk …”

“Gak perlu. Kamu tau prinsip aku, kan? Aku enggak mau ganggu kamu. Aku mau kamu fokus dengan urusan kamu di sana.”Ucapku memotong kalimatnya. Aku tahu apa yang akan dia minta. Dia pun hanya terdiam mendengar keputusanku.

Sore itu, tempat dan makanan favoritku seolah berubah rasa. Tempat itu menjadi tempat menyimpan cerita bahagiaku dengannya, juga saksi atas perpisahan kami. Makanan kesukaanku pun terasa begitu hambar. Aku benar-benar tidak bias menikmati momen kebersamaan dengannya sore itu. Tidak seperti hari-hari sebelumnya.

“Aku mau pulang.” Pinta ku tak lama kemudian.

Jumat, 10 April 2020

Sepertinya!

4/10/2020 12:38:00 PM 0 Comments
Saat mata memandang potret dirinya
Saat telinga mendengar kisah demi kisahnya
Kala hati mencoba ikut merasakannya
Di saat ia tak lagi ada
Alam pikiran membawa memori memori masa lalu saat bersamanya
Kehadapanku dengan begitu nyata.
Aku mulai berbisik dalam diam

Aku ingin sepertinya.

Sanggup merasakan lelah, yg mungkin bisa beratus kali lipat dari rasa lelah yang orang lain rasakan
Memberikan kasih sayang juga perhatian yang tulus untuk ummat
‎ Menjadikan ladang dakwah dimanapun ia berdiri sebagai bekal untuk berpulang
‎ Memberikan karya terbaik sebelum berjalan menuju negri abadi
‎ Meninggalkan jejak yang indah di ingatan siapa saja

Aku ingin sepertinya

Seperti ia yang tak peduli peluh hingga darah yg menetes
Demi memberikan yang terbaik bagi ummat dan agama ini
‎ Mencintai anak-anak yang tak ada ikatan darah dengannya
namun ia mencintai juga menyayanginya layak anak sendiri
‎Seperti ia yang amarahnya adalah bentuk cinta dan kasih sayang

‎Namun tanya dalam benak
mampukah aku?

Melawan Lelah hingga rasa lelah itu menjadi lelah melekat padaku
Melakukan kebaikan demi kebaikan
Hingga aku lupa sudahkah aku melakukan kebaikan-kebaikan itu?
Bekerja dan berkorban dengan tetesan peluh hingga darah yang ku punya
Tanpa ada hitungan matematika duniawi


Mampukah aku?

Entah. Jawab dari penjuru hati kecil

Aku hanya tahu, bahwa diri ini ingin sepertinya

Seperti ia sang lelaki cinta pertamaku
Lelaki yang darahnya mengalir dalam tubuhku
Lelaki yang selalu mencintaiku tanpa syarat dan tanpa pamrih
Sosok pejuang paling nyata dan paling dekat dihadapanku

Aku ingin sepertinya

Seperti ia yang menutup usianya dengan senyuman abadi
Senyuman penuh kedamaian, yang memancarkan makna
"Aku pulang. Waktu ku sudah selesai di sini. Lanjtkanlah estafet dakwah ini. Aku yakin, kamu bisa."

Ah, aku tak begitu yakin. Namun aku ingin sekali sepertinya.

Seperti ia, lelakiku, yang ku panggil Abi.

Rabu, 01 April 2020

Cinta Dalam Netra

4/01/2020 02:53:00 PM 1 Comments

 

 

Sudah dua tahun perpisahan itu terjadi. Tapi bagi Aksa kejadian itu seperti baru kemarin. Semua masih terlihat begitu jelas dan nyata. Tatapan mata, raut wajah, serta rasa kecewa dari gadis itu masih bisa ia lihat dengan jelas. Seandainya saja kesalahan itu tidak pernah terjadi, pasti dia masih bersama gue di sini. Bisik hati Aksa begitu lirih sambil menatap langit-langit kamarnya.

Fany, gadis cantik nan mungil serta pintar. Dialah yang tidak pernah bisa menghilang dari pikirannya, ataukah memang Aksa yang tidak berani menghilangkannya? Entahlah, yang pasti Aksa masih merasa begitu kehilangan sejak perpisahan itu. 

Perempuan yang ia kira tidak akan pernah membawa pengaruh besar dalam hidupnya itu ternyata telah menyihirnya tanpa sadar. Perempuan yang ia pikir sama dengan perempuan-perempuan lainnya, ternyata berbeda. Aksa pun baru menyadarinya sejak malam itu, malam perpisahan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

 

Jumat, 27 Maret 2020

Bayang Masa Lalu

3/27/2020 12:07:00 PM 1 Comments
Raka belum bisa tertidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Ia mengambil gawainya yang tersimpan di atas nakas samping tempat tidur. Melihat tanggal yang tertera di layar utama. 19 Februari. Tanggal ulangtahunnya. Bisik hati Raka. Ingin ia mengetik sebuah pesan yang akan dikirim kepada si dia yang sedang berulang tahun. Namun tiba-tiba wanita yang sudah dinikahi selama tiga tahun ini, yang sedang tertidur di sampingnya terbangun dan melihat Raka sedang menatap layar gawainya.
"Belum tidur, Mas?" Tanya sang istri di sela rasa kantuknya.
"Belum, gak bisa tidur. Gak tau kenapa." Jawab Raka sambil meletakkan kembali gawainya, lalu kembali merebahkan badan di samping sang istri.
"Aku tau caranya biar kamu bisa tidur." Kata sang istri yang langsung memijat kepala Raka.
Andai kamu yang melakukan ini buat aku. Sempurna pasti kebahagiaan aku. Ucap Raka dalam hati sambil membayangkan seseorang yang sedang berulang tahun hari itu.

Subuh menjelang. Raka sudah bangun lebih dulu sebelum istrinya terbangun. Ia tak benar-benar bisa tidur semalaman. Hati dan pikirannya melayang kepada satu sosok yang tidak pernah sanggup ia lupakan. Satu sosok yang pernah singgah sebagai cinta pertamanya dan tak akan pernah pergi.
"Kamu sudah rapih, Mas? Mau berangkat ke kantor?"
Tanya sang istri yang baru saja terbangun. Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 pagi. 
"Iya, aku harus menyiapkan materi untuk meeting hari ini." Jawab Raka sambil merapihkan dasinya.
"Aku buatkan sarapan dulu ya, sebentar." Kata sang istri sambil beranjak dari tempat tidurnya.
"Enggak perlu, aku udah bikin roti bakar tadi. Sudah aku siapkan juga untuk dibawa ke kantor. Kamu masuk pagi hari ini?" 
Sang istri berbalik badan dan kembali duduk di pinggir ranjang. Ada sedikit rasa bersalah menyelinap dalam hatinya. Harusnya aku bisa bangun lebih pagi. Biar mas Raka tidak menyiapkan segalanya sendiri. Bisik hati istri Raka.
"Iya, aku masuk pagi. Tapi nanti jam setengah delapan aku baru berangkat kayanya." Jawab sang Istri yang berprofesi sebagai perawat.
"Ya sudah. Aku pamit ya. Kamu nanti hati-hati berangkatnya. Aku juga sudah buatkan kamu roti bakar untuk sarapan. Jangan lupa dimakan." Kata Raka yang disusul kecupan hangat di kening sang istri. Rutinitas wajib sebelum mereka berpisah untuk menjalankan tugas masing-masing

Senin, 16 Maret 2020

Corona Merebak di Indonesia. Tak perlu Panik!

3/16/2020 04:42:00 PM 0 Comments
Sejak akhir tahun 2019 lalu, kita tahu wabah Corona ini ramai menjadi pemberitaan di media masa. Karena virus covid-19 ini diketahui penyebarannya sangat cepat sekali. Saat itu yang baru terkena adalah Cina, khususnya di Wuhan. Lalu kemudian menyebar ke berbagai Negara. Indonesia menjadi salah satunya saat ini.

Saat awal terjadinya Corona di Wuhan, ada diantara kita yang merasa sangat amat khawatir, bertanya-tanya "bagaimana nanti kalau virus itu masuk ke Indonesia?" Ada yang prihatin dengan keadaan masyarakat yang terkena dampak virus ini. Tapi tak sedikit pula yang berpikir dan berkata, "Rasakan deh tuh! Kena adzab dari Allah tuh. Akibat orang Cina bla..bla..bla.." Astaghfirullah. Padahal penduduk sanapun banyak dari saudara-saudara kita yang seiman dan sebangsa. Lagi pula, sejak kapan kita jadi asistennya Allah yang berhak menghakimi seperti itu?

Awal Maret bapak Presiden menginformasikan bahwa betul ada dua orang WNI positif terkena virus corona. Kabar tentang dua orang WNI positif Corona tersebut tersebar luas dengan cepat. Kita mulai panik. Apa yang ditakuti menjadi nyata. Sebagian orang sudah menduga dan mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari. Namun sebagian, panik bukan main! Lantas, masih adakah yang mau berperan sebagai asisten Allah? Menghakimi ini salah fulan, ini salah fulanah. Ini akibat kecerobahan fulan, ini akibat kejahatan fulana. Dan seterusnya!

Maret belum berakhir, namun data sudah menyebutkan bahwa warga negara Indonesia yang positif terkena virus ini 137, yang dinyatakan sembuh 8 orang, dan yang meninggal 5 orang. Ketakutan dan kepanikan kian menjadi! Penyebarannya begitu cepat. Walau hanya lewat sentuhan. Permasalahannya, kita tidak pernah tahu yang menyentuh atau yang disentuh kita apakah carrier virus tersebut?

Penyebaran virus yang begitu cepat ini membuat pemerintah dari taraf Nasional, provinsi, bahkan kota setempat mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan warganya selama 14 hari kedepan. Demi memutus mata rantai penyebaran virus ini.
Semua dari kita diminta meminimalisir keluar rumah kalau memang tidak terlalu penting, menghindari tempat-tempat yang ramai orang. Anak-anak yang sekolah, juga para mahasiswa diminta belajar dari rumah. Namun sedihnya, masih banyak diantara kita yang tidak paham dengan kebijakan diliburkan segala agenda pembelajaran.

Ah, ngapain harus takut bepergian. Mati mah urusan Allah. Tanpa terkena virus itu kita juga bakal mati!

Begitu kilah warga-warga yang agak sulit diajak kerja sama. Betul!! Urusan kapan kita mati itu ditangan Allah. Tapi kita sebagai manusia yang mampu berikhtiar untuk menjaga dan menahan diri, harus berikhtiar sedemikian rupa untuk membantu diri ini ataupun orang lain agar tidak terkena dampak dari virus ini. Kalau kita bisa menjaga kenapa harus mengorbankan diri sendiri dan juga orang terdekat? Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda:
وَعَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ  عنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:إذَا سمِعْتُمْ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإذَا وقَعَ بِأَرْضٍ، وَأَنْتُمْ فِيهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا متفقٌ عليهِ.


Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda : "Apabila kalian mendengar penyakit Tha'uun pada suatu daerah, maka jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didalamnya, maka jangan kalian keluar." (Muttafaq 'alaih)

Sudah sangat jelas sekali bukan pesan sang baginda Nabi? Maka berkaitan kebijakan libur yang diberikan sejatinya bukan untuk liburan. Senang-senang. Jalan-jalan. Pulang kampung. Kita diminta rehat sejenak di rumah. Kita diminta untuk saling bekerja sama meminimalisir penyebaran virus ini. Sebagai bentuk ikhtiar kita. Dan anggap saja ini waktunya untuk me time, or family time. Selalu ada sisi positif disetiap musibah yang datang.

Saat virus ini datang dan merebak ke belahan bumi Indonesia, kita pun tak sepatutnya panik dan takut berlebihan. Sangking takutnya, kita lebih takut mati karena dampak virus ini daripada takut mati karena belum punya bekal yang cukup untuk pulang. Jangan sampai kita lupa bahwa yang menggenggam nyawa kita adalah Allah. Dzat Maha Pencipta. Terkena atau tidak terkena virus ini, kita tetap akan mati. Entah kapan, dimana, dan bagaimana caranya. Namun ingat, walau demikian bukan berarti kita bisa ngeyel seenak hati dan kaki kita melangkah tanpa peduli untuk ikhtiar, menjaga dan melindungi diri agar terhindar dari virus ini.

Virus corona datang, merebak ke seluruh belahan bumi, termasuk Indonesia saat ini tentu semua sudah ada dalam ketetapan Allah. Tak ada segala sesuatu pun terjadi di bumi ini tanpa izin Allah. Lihatlah firman Allah;
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi, dan tidak pula pada diri kalian sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh al- Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah," (QS Al-Hadîd [57]: 22).

Apapun yang terjadi sekarang dengan Indonesia kita, dengan bumi ini semua sudah Allah tuliskan bahkan jauh sebelum kita ada di dunia ini. 

Jangan panik kawan! Jangan takut! Yuk kita cari sisi positif dari datanganya virus corona ini ke negri kita. 

Mungkin datangnya virus ini sebagai tanda kasih sayang Allah buat kita yang sedang jauh dari-Nya untuk mendekat, yang sudah dekat untuk semakin merapat. Mungkin Allah rindu rintihan betapa lemah tak berdayanya kita hanya dengan hadirnya si makhluk kecil ini. Mungkin Allah ingin menyadarkan kita betapa waktu kita selama ini habis terlalu banyak untuk hal duniawi. Hingga melupakan kita dari berdzikir. Allah inin kita lebih banyak berdzikir, meminta perlindungannya. Mungkin, Allah terlalu sayang kepada kita para orangtua yang telah memberikan tanggungjawab pendidikan anak-anak kita kepada sekolah. Allah ingin saat ini kita terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak kita. Walau hanya beberapa hari kedepan. Mungkin, Allah ingin membuat kita rehat sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan, atau beban tugas demi tugas kuliah. Allah ingin kita menikmati waktu bersama anak-anak ataupun orangtua kita.

Banyak sekali kemungkinan hal positif di balik merebaknya virus corona dan diliburkannya segala kegiatan di luar rumah selama dua pekan ini. Kemungkinan hal-hal positif yang kita dapatkan semua tergantung bagaimana kita berpikir dan menemukan hikmah dari semua yang terjadi ini.

Jangan panik kawan! Kita tak perlu merana karena si corona datang ke Indonesia, tapi kita pun tak boleh jumawa walau tak kena si virus corona.

Kuatkan iman. Kuatkan imun. Virus corona ini pasti berlalu dan berakhir atas izin Allah. Bersabarlah.

Minggu, 15 Maret 2020

Hingga Akhir Waktu (part 1)

3/15/2020 04:12:00 PM 0 Comments
Langit sudah mulai menurunkan tirai senja. Perlahan gelap pun mulai datang. Menjelang pukul tujuh malam, Reina pamit dari rumah Seila, sang sahabat. Sahabat yang seperti keluarga sendiri baginya. Reina yang hanya memiliki Kakak satu–satunya harus merasakan sepinya rumah besar nan megah lantaran tidak ada sosok kakak yang sudah hampir setahun ini hijrah ke Australi untuk melanjutkan kuliahnya. Sang Mama yang terkadang sibuk di butik, sang Papa yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, membuat Reina sering berkunjung ke rumah Seila demi mengubur sepi dan melupakan segala penyakit yang sedang di deritanya. 

Seila, anak dari teman akrab sang Mama dan Papanya dengan senang hati dan tidak mempedulikan segala kekurangan Reina mau menerima setiap saat di rumahnya. Keberadaan Reina yang hampir setiap hari di rumah Seila membuat salah satu Kakak Seila merasa simpati dan mulai menyukainya. Walau belum ada seorang pun yang tahu. Walaupun hampir setiap hari Reina berkunjung ke rumah Seila, tidak membuat ketiga Kakak Seila mengetahui bagaimana keadaan sosok Reina yang sebenarnya. Mereka hanya tahu bahwa sosok Reina adalah wanita yang periang, baik, ramah, juga pintar. Tidak ada yang tahu tentang cerita segala penyakit yang ia derita saat ini. Luar dalam kisah Reina, hanya keluarga Reina dan Seila yang mengetahuinya.

Hingga Akhir Waktu (part 2)

3/15/2020 10:27:00 AM 2 Comments

“Kakak jawab dulu pertanyaan Rei, ada apa Kak Radit ke sini?”

“Cuma mau memastikan enggak ada sesuatu yang buruk terjadi sama kamu.” Jawab Radit yang tanpa ia sadari, sedari tadi tangannya terus menggenggam tangan Reina. Seperti seseorang yang takut kehilangan.

“Selain itu?” pancing Reina.

"Enggak ada, cuma itu." jawab Radit yang langsung melepaskan genggaman tangannya.

"Bohong. Ada apa, Ka sebenarnya?" desak Reina. 

Radit pun langsung terlihat salah tingkah.

“Hm... I wanna Say, I love you, Rei.” Jawab Radit sedikit taku sambil menatap mata Reina. Reina langsung  mengalihkan pandangnnya. Ia tidak ingin melihat dan meyakini dirinya lagi bahwa Radit benar-benar serius. Tatapannya sudah meyakinkan dirinya bahwa Radit sungguh serius mengatakan itu.

“Jangan bercanda, Kak!” kata Reina yang masih saja mengalihkan pandangannya. Raditpun segera memegang wajah Reina dengan kedua telapak tangannya, dan menatap mata Reina dalam–dalam.

“Look at me! Apa Kakak terlihat sedang berbohong?” tanya Radit.

Sabtu, 14 Maret 2020

Rindu Tak Berujung (Part 4)

3/14/2020 10:06:00 AM 1 Comments
Aku sudah berada di cafe tempat kami bertemu. Dia belum datang. Aku memilih duduk dekat kaca agar bisa lebih tenang menanti kedatangannya. Aku tau, dia bukan perempuan yang mudah mengingkari janji. Sepeluh menit berlalu dari kesepakatan, dia belum juga terlihat. Mungkin dia terjebak macet. Gak apalah. Ini belum seberapa di bandingkan tiga tahun lo nungguin dia kan, Za? Sabar, sedikit lagi dia datang. Hati kecilku mulai bergumam. 

Di menit ke duapuluh, dia datang! Dia tidak sendiri. Dia di antar oleh seorang lelaki yang kemudian pergi setelah mendaratkan kecupan mesra di keningnya.

Oh, tunggu. Laki-laki itu?? Ternyata mereka masih? Aku pikir, selama sebulan ini dia leluasa berkomunikasi dengan ku karena lelaki itu sudah tidak lagi bersamanya. Ternyata aku salah menduga.

"Fii! Sini!" Kata ku memanggilnya sambil melambaikan tangan. Dia sedang mencari sumber suaraku. Hingga kemudian mata kami bertemu. Dia melangkah mendekat dengan senyuman termanisnya. 

"Zayyan?? This is you??" Dia terlihat sangat tidak percaya

Rindu Tak Berujung (Part 3)

3/14/2020 09:08:00 AM 0 Comments
Kejadian itu kembali menari di kepalaku. Padahal ini sudah tahun ke tiga aku tak pernah lagi bertemu tatap wajah dengannya. Ada desiran rindu yang begitu menggebu dalam hati. Tapi aku bisa apa? Hadirku hanya akan merusak kebahagiannya. Dia sudah terlihat sangat bahagia. Setidaknya itu yang tertangkap olehku saat aku menatapnya dari kejauhan, atau sekedar memantau akun media sosialnya. 

Dia sepertinya sudah menemukan lelaki lain yang membuatnya jauh lebih bahagia. Saat dulu pergi, ia tak akan pernah tahu bahwa langkah kepergiannya membawa hati yang telah ku serahkan begitu utuh hanya untuknya. Aku ingin ia kembali bersama hati yang telah aku berikan. Aku ingin melangkah jauh serius dengannya. Walau aku pikir itu tidak mungkin.

Rindu Tak Berujung (part 2)

3/14/2020 08:45:00 AM 0 Comments
Enam bulan berlalu, dia masih begitu dingin. Benar-benar seperti tak kenal. Saat libur sekolah, sebisa mungkin aku menghubunginya. Namun selalu gagal. Aku meminta kepada teman-teman terdekatnya untuk coba mempertemukan kami, namun tak juga berhasil. Aku hampir frustasi dengan keadaan ini. Hingga akhirnya aku melihat pengumuman pembagian kelas dan dia, satu kelas lagi denganku di kelas tiga nanti. Terimakasih Tuhan!

Hari yang paling aku nantikan akhirnya tiba. Aku sengaja datang lebih awal ke sekolah. Aku tahu, tak lama lagi dia akan datang. Tepat dugaanku. Ia datang. Hati ku mendadak cerah saat melihat ia melangkah mendekat ke arah kelas kami. Tapi ternyata dugaanku salah! Ia bukan ke kelas kami. Melainkan ke kelasnya. Entah bagaimana bisa ia masuk ke kelas itu.

"Napa lu, Za? Bingung liat dia masuk ke kelas itu?" Tanya Dika yang entah sejak kapan ada di belakangku.

"Iya. Kelas dia di sini, kan? Bareng kita?"

Jumat, 13 Maret 2020

Rindu Tak Berujung (part 1)

3/13/2020 05:51:00 PM 0 Comments
"Kamu jauh berubah dari yang aku kenal." Kalimat itu menjadi kalimat pembuka obrolan kami saat itu di kantin sekolah.
"Maksud kamu? Aku masih begini-gini aja. Masih aku yang dulu. Kamu kenapa sih?" Tanyaku sambil menatapnya.
Namun dia memilih menghindari tatapanku.

"Kamu yang kenapa? Kenapa kamu menjauh beberapa minggu ini?" Dia balik menyerangku dengan pertanyaan. 

Matanya berbalik menatap tajam ke dalam mataku. Ada kilat amarah tersimpan di sana. Walau matanya kini berbalut air mata, tapi aku masih dapat menangkap kilat amarah itu.

Rabu, 04 Maret 2020

Aku Anak Rantau

3/04/2020 10:33:00 AM 0 Comments
Aku.. Si anak Rantau

Yang merindu pada kampung halaman
Tanah kelahiranku
 Merindu langit yang membiru
Merindu bisikkan angin yang menderu
Merindu alunan lagu yang syahdu
 Yang mengalir dari mulut ibu

Aku.. Si anak Rantau
Yang Menyulam rindu setiap waktu
Rindu pada pelukkan bapak dan ibu
Rindu pada nasehat yang tertuju padaku

Aku.. Si anak Rantau
Yang menghitung waktu tak menentu..
Berjuang melawan egoku
Untuk terus menuntut ilmu.. Demi masa depanku.. Demi kebahagian bapak dan ibu..

Aku si anak Rantau.. Yang selalu menata hati yang merindu.. Merindu pada bapak dan ibu.. Yang jauh berbeda pulau.. .
Aku si Anak Rantau.. Yang menjaga kerinduan dalam kalbu.. Diiringi berbait doa yang terkumpul menjadi satu
Tertuju padamu.. Bapak dan ibu.. .
_aku.. Si anak Rantau.. Yang selalu merindu dan mencintai mu.. _ .


_04 Oktober 2016, Bogor_
.
📝by : @wildah_rahmi

Sabtu, 04 Januari 2020

Kelak Ku Menua

1/04/2020 09:40:00 PM 0 Comments
Entah ... dimana akan ku habiskan sisa waktu yang ada
Menikmati setiap detik dan detak kehidupan
Melihat rekam jejak setiap kisah kenangan
Menertawakan kebodohan yang pernah tergaris
Menangisi setiap titik dosa yang pernah tergores
Mensyukuri setiap cinta yang selalu tercipta

Entah ... kelak kumenua, di manakah aku berpijak
Berteman siapa?
Aku tak tahu ...
Bersamamu, kah?
Menikmati setiap detik yang berlalu
Dihantui aroma kematian yang bertalu
Aku ataukah kamu lebih dulu?

Kelak ku menua
Adakah kamu untukku?
Adakah aku untukmu?
Semua selalu menjadi rahasia-Nya
Namun yang aku tahu hanyalah
Aku selalu punya cinta untukmu
Cinta yang akan selalu hidup
Hingga aku tertidur berselimut tanah



_Untukmu, yang selalu ada disampingku_


-Pangandaran, Januari 2020-