Dibatalkan
Sebuah pesan mengejutkan baru
saja ku terima. Kakiku yang sejak tadi sudah terasa begitu lelah dan tak
bertenaga semakin lemas rasanya. Tubuhku ambruk seketika di atas sofa yang
berada di belakangku. Pikiranku mendadak beku. Tak tahu apa yang harus ku lakukan
setelah ini.
“La, tadi orang catering telepon
Mama. Untuk konfirmasi lagi soal lauk dan makanan yang akan ada di gubukan
nanti.” Ucap Mama yang tanpa babibu duduk di sampingku. Dan aku hanya mampu
menjawab satu kata singkat, “ya.” Setelah itu aku beranjak ke kamar dengan
langkah yang begitu gontai. Berharap pesan yang tadi ku baca adalah sebuah
prank atau mungkin sebuah mimpi buruk di detik-detik menjelang hari
pernikahanku.
Dengan kepala yang terasa
berdenyut, kembali ku buka sebuah pesan di chat teratas.
“Maaf, dek. Dengan sangat
terpaksa mas harus katakan ke kamu, Mas gak bisa melanjutkan pernikahan ini.
Maaf Mas gak bisa jelaskan alasan detilnya ke kamu saat ini. Segala biaya yang
sudah dikeluarkan oleh keluargamu untuck persiapan acara kita, nanti Mas ganti.
Sekali lagi Maafkan Mas, Dek. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Kalau kamu ingin
tau apa alasannya, nanti kita atur waktu untuk membahas ini, tapi untuk
sekarang, tolong jangan cari aku dulu, ya. Dan terakhir, hal yang harus kamu
tau, Dek. Meski pernikahan ini harus dibatalkan, Mas masih sayang banget sama
kamu.”
Sesaat setelah aku membaca pesan
itu, rintik air mataku deras membasahi wajah. Sesak di dada yang sejak tadi
memeluk ku lepaskan dengan tangisku yang pecah. Satu minggu lagi, seharusnya
menjadi hari berbahagiaku. Segala persiapan bisa dikatakan sudah nyaris sempurna.
Namun semua harus dibatalkan begitu saja.
Terimakasih, Mas. Sudah
menjadi orang paling hebat mencintaiku, namun kamu juga orang yang paling hebat
mencipta luka sedalam ini.