Tampilkan postingan dengan label cerita mini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita mini. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Mei 2024

Dibatalkan

5/08/2024 08:36:00 PM 0 Comments

 

Sebuah pesan mengejutkan baru saja ku terima. Kakiku yang sejak tadi sudah terasa begitu lelah dan tak bertenaga semakin lemas rasanya. Tubuhku ambruk seketika di atas sofa yang berada di belakangku. Pikiranku mendadak beku. Tak tahu apa yang harus ku lakukan setelah ini.

“La, tadi orang catering telepon Mama. Untuk konfirmasi lagi soal lauk dan makanan yang akan ada di gubukan nanti.” Ucap Mama yang tanpa babibu duduk di sampingku. Dan aku hanya mampu menjawab satu kata singkat, “ya.” Setelah itu aku beranjak ke kamar dengan langkah yang begitu gontai. Berharap pesan yang tadi ku baca adalah sebuah prank atau mungkin sebuah mimpi buruk di detik-detik menjelang hari pernikahanku.

Dengan kepala yang terasa berdenyut, kembali ku buka sebuah pesan di chat teratas.

Maaf, dek. Dengan sangat terpaksa mas harus katakan ke kamu, Mas gak bisa melanjutkan pernikahan ini. Maaf Mas gak bisa jelaskan alasan detilnya ke kamu saat ini. Segala biaya yang sudah dikeluarkan oleh keluargamu untuck persiapan acara kita, nanti Mas ganti. Sekali lagi Maafkan Mas, Dek. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Kalau kamu ingin tau apa alasannya, nanti kita atur waktu untuk membahas ini, tapi untuk sekarang, tolong jangan cari aku dulu, ya. Dan terakhir, hal yang harus kamu tau, Dek. Meski pernikahan ini harus dibatalkan, Mas masih sayang banget sama kamu.”

Sesaat setelah aku membaca pesan itu, rintik air mataku deras membasahi wajah. Sesak di dada yang sejak tadi memeluk ku lepaskan dengan tangisku yang pecah. Satu minggu lagi, seharusnya menjadi hari berbahagiaku. Segala persiapan bisa dikatakan sudah nyaris sempurna. Namun semua harus dibatalkan begitu saja.

Terimakasih, Mas. Sudah menjadi orang paling hebat mencintaiku, namun kamu juga orang yang paling hebat mencipta luka sedalam ini.

 


Menjamu Madu

5/08/2024 05:44:00 PM 0 Comments

Malam ini untuk kesekian kalinya ia memberi kabar pulang terlambat dari kantornya. Aku tahu alasan sesungguhnya mengapa ia akhir-akhir ini terlambat pulang ke rumah. Bahkan tak jarang ia kembali ke rumah saat malam sudah semakin larut. Namun begitu, alasan yang ia berikan masih sama, ada rapat mendadak di kantor, yang tidak bisa aku tinggal. Walau aku tahu ia sedang berbohong, dan selalu mencari-cari alasan, aku hanya tersenyum menerima alasannya. Aku tetap bersikap sebagai istri yang berbakti kepada suami.

Sudah mendekati tahun ke dua sikapnya sedikit berubah, serta pulang larut malam yang semakin sering. Rasanya, aku semakin lelah dengan kepura-puraan ini. Hingga akhirnya aku mendapati waktu yang tepat untuk mengatakan apa yang selama ini aku tahu. Bahwa ada seorang madu di belakangku yang ia sembunyikan. “Temui aku dengan dia, kamu tidak perlu lagi menyembunyikan dia seperti ini. Aku sudah tahu semuanya, Mas.” Aku tahu ia sangat terkejut dengan ucapanku. Tentu ia tidak akan mengira bahwa aku mengetahui kebohongannya selama ini.

Dua hari setelah permintaanku, ia benar-benar membawa wanita itu ke rumah kami. Rumah yang sederhana penuh cinta dan bahagia ketika wanita itu belum memasuki hati suamiku. Tentu saja aku menjamu maduku ini dengan sangat baik. Sebaik dulu saat ia hanya bertamu dengan status sahabat terbaikku.

-------

Naskah yang lolos seleksi dalam event menulis antologi pentigraf pada tahun 2022

Sabtu, 20 April 2024

Kembali Asing

4/20/2024 12:28:00 AM 1 Comments

Bagaimana rasanya menjadi asing setelah kita pernah menjadi saling? Kata orang rasanya sakit. Tapi bagiku ini adalah siksa yang teramat pahit!

Apakah kamu merasakan hal ini juga? Atau mungkin, kamu ternyata sudah bahagia dengan dia yang kini bisa kau ajak untuk menjadi saling? Dia yang telah mampu membuat hatimu berpaling. Dia yang kini telah membuatku menjadi asing di matamu. Bolehkah aku sedikit iri padanya?


Dulu, aku dan kamu selaksa sepasang sayap menjelajah mega-mega di angkasa. Dengan saling bertukar segala cerita suka maupun duka. Kita saling memberikan perhatian, tak canggung untuk saling mengingatkan, bahkan kita tak pernah menemukan celah untuk saling menyalahkan. 


Dan kau tau? Kebahagianku adalah melihat ceria yang tersemat di wajahmu, begitupun dirimu kepadaku. Tak ada satupun hal yang membuat kita meragu bahkan bertemu dengan kata untuk saling meninggalkan. Kita selalu saling memahami dengan semua keadaan dan kegiatan yang dilakukan. Saling mencintai dan menyayangi tanpa ada kata menuntut. Kita layaknya jemari yang saling bertaut, saling mengisi setiap kekurangan. Bahkan, kita pernah saling takut kehilangan. Ingatkah kamu setiap kenangan itu?

Tapi memang, kehidupan tak selalu sejalan dengan apa yang menjadi harapku. Semesta tak selalu memberi apa yang menjadi pintaku

Kini, aku seolah dibawa oleh kereta masa lalu yang mengantarkan ke titik dimana aku belum pernah mengenalmu. Kamu yang sekarang berubah, entah karena alasan apa. Kamu pun pergi meninggalkan, entah karena siapa penyebabnya. Namun yang aku tahu, kini kita kembali asing. Ya. Kita kembali asing.

Setelah sebelumnya kita mencipta rekam jejak dengan segala cerita, kita harus berlagak seolah tak pernah terjadi apa-apa. Kamu tahu? Hal itu sangat menyiksa dan menyakitkan!! Karena ada rahasia di dirimu yang harus ku simpan dan kujaga baik-baik. Terutama, ada rindu tertuju untukmu yang harus ku tekan setiap hari agar tak membuncah. Sampai detik ini, aku masih merindukanmu. Itulah yang semakin menyiksaku.

Kembali asing denganmu sangatlah menyiksa dan menyakitkan untukku, juga mimpi terburuk sepanjang hidupku. Karena ternyata, aku terlalu nyaman dan menaruh harapan besar padamu. Aku ingin kita selalu menjadi saling, bukan kembali asing. Dan ternyata, ada rindu tertuju padamu yang tidak pernah hilang. Setiap hari namamu ku sebut berulang ulang. Ya, berulang-ulang kali.

Kini kau harus tau, aku begitu tersiksa di balik rasa rindu yang terus menggebu dengan keadaan kita kembali asing seperti dulu.


-17 apr 2024-

Selasa, 26 Maret 2024

Sepi

3/26/2024 01:31:00 PM 0 Comments


 Aku pernah melewati hari-hari yang begitu sepi. Meskipun ku berdiri di tengah suasana yang ramai, ikut tertawa bersama kawan-kawan, menyembunyikan tangis dalam senyuman. Selalu mencoba untuk terlihat tegar dan baik-baik saja, meski nyatanya hatiku begitu kosong dan sepi.

Tak ada orang yang tau. Bagaimana hancurnya perasaanku ketika menghadapi sebuah pengkhianatan, dan aku harus merapihkan kepingan yang hancur itu sendiri. Bagaimana berantakannya mentalku ketika orang yang paling dekat dan ku percaya melukai dengan tanpa iba. Lalu perlahan ku bangkit dan berdamai dari luka-luka itu. Entah, sudah berapa banyak air mata serta senyum bahagia yang ku lalui berselimut sepi, sebelum dirimu hadir menemani.

Sepi yang setia menemani perlahan terusir saat kamu datang menyapa. Bahkan saat kamu memilih singgah, sepi yang kerap kali bersamaku semakin pergi menjauh hingga benar-benar tak terasa lagi sedikitpun. Air mata luka yang sering kali menyapa pun tak lagi ku temui. Kedatanganmu seolah menjadi penawar dari segala sakit yang ku rasa selama ini. Kehadiranmu seolah membunuh semua rasa sepi yang menggelayuti. Aku hanya mengenal bahagia dan ramainya waktu yang ku lalui saat bersamamu. Dan tentu kamu tau, harapan untuk selalu bisa bersamamu selalu ku langitkan.

Namun ternyata harapanku tak pernah menjadi nyata. Kita yang pernah menjadi saling, kini harus kembali menjadi asing. Sepi yang sempat terbunuh oleh hadirmu kini seolah bangkit lagi. Bahkan memelukku lebih erat dari sebelumnya. Aku tak pernah kira, kalau kepergianmu justru mencipta sepi yang lebih menyakitkan dari yang sebelumnya pernah ku rasa. Kebahagiaan dan keceriaan yang ku rasa saat bersamamu meredup seketika. Hari-hariku saat ini hanya ada sepi berteman air mata dan kerinduan. Ya, sesepi ini sekarang aku tanpa kamu.

~~~•••~~

Minggu, 03 Maret 2024

Bukan Salah Dunia

3/03/2024 09:20:00 PM 1 Comments

 


Sering kali aku berada pada titik tanya, dunia yang terlalu keras atau aku yang terlalu rapuh? Dunia yang terlalu pahit atau aku yang terlalu mendambakan hal-hal manis duniawi? Dunia yang terlalu jahat atau aku yang terlalu manja? Dunia yang terlalu tak bersahabat atau aku yang terlalu beharap tinggi? Ah. Ada apa dengan duniaku?

Semenjak kepergiannya aku seperti orang yang melangkah sambil meraba jalan. Aku tak tahu harus bagaimana. Langkah berikutnya harus ke arah mana. Setelah ini aku harus berbuat apa? Argh!! Aku yang terbiasa dibimbingnya kini limbung tak memiliki pegangan. 

Minggu, 04 Februari 2024

Lucunya Hidup Ini

2/04/2024 10:00:00 AM 0 Comments

 


Aku sering kali mendengar kalimat bijak mengatakan, jika kamu ingin dihargai orang, maka, hargailah orang lain. Jika kamu tak ingin dikecewakan, maka jangan lah mengecewakan orang lain. Hidup seolah terlihat sesimpel itu. Seolah pengaturannya ada di tangan kita. Berlandaskan hukum sebab akibat. Namun pada nyatanya hidup tak semulus itu. Banyak sekali kelucuan yang terjadi di luar nalar dan logika.

Sabtu, 27 Januari 2024

Berharap Kau Kembali

1/27/2024 01:30:00 PM 0 Comments

 


Aku memang belum melewati banyak waktu bersamamu. Mungkin terdengar berlebihan jika aku katakan bahwa aku merasa telah banyak mengenalmu. Tapi binar mata, irama suara, bahkan helaan sesakmu, aku telah banyak mendengarnya. Akupun telah melewati masa dimana kau pernah memutuskan untuk melangkah pergi dariku, tidak hanya sekali tapi berulangkali.

Jumat, 29 Desember 2023

Terimakasih 2023

12/29/2023 06:26:00 AM 0 Comments

 


Hai, 2023.
Gak kerasa, ya. Kita udah berada di detik-detik perpisahan. Terimakasih, ya... telah menemaniku setahun ini. Telah menjadi saksi atas berlikunya kehidupanku. Bahkan, di lima bulan terakhir sudah banyak air mata yang tumpah dan kau saksikan dalam diam.

Hai, 2023.
Aku tidak pernah mengira, bahwa dirimu akan membawa banyak sekali kejutan dalam perjalanan panjangku. Banyak sekali orang asing yang kau bawa dan perkenalkan kepadaku. Semata-mata untukku banyak belajar dan melakukan perbaikan diri atas apa yang telah terjadi.

Kamis, 28 Desember 2023

Aku Kehilangannya

12/28/2023 05:16:00 AM 0 Comments

 


Aku yang telah sangat menyayangi seseorang, yang begitu bahagia di saat ia hadir dan membuka pintu rumahnya untukku ternyamankan dengan caranya, yang selalu tersenyum penuh suka cita di kala sambutan hangatnya memeluk hati, kini harus berjuang untuk tetap berdiri di atas kepingan bahagia yang tersisa, diiringi denting kerinduan tersebab sebuah kehilangan dirinya.

Aku, yang telah menemukan rumah singgah untuk melepas lelah dan mengisi ulang keceriaan, yang telah menemukan ruang untukku berdiam sesaat melukis senyuman, sekarang harus menerima kenyataan bahwa rumah singgahku telah terkunci dan tak lagi dapat menerima kehadiran ku. Tak akan ada lagi tawaku tercipta karenanya. Tak akan ada lagi sedihku tertumpah padanya. Dan aku, kembali kehilangannya.

Senin, 25 Desember 2023

Memilih Pergi

12/25/2023 08:38:00 AM 0 Comments


Saat kau datang meminang, kebahagianku begitu terasa sempurna. Kita saling berjanji untuk berjuang bersama memperjuangkan ikatan cinta di antara kita. Meskipun sebuah restu menjadi salah satu bagian dari kerikil yang harus kita lalui. Bersamamu aku merasa yakin, apapun bentuk kerikil yang menguji perjalanan panjang ini tentu kita bisa melaluinya.

Namun ternyata keyakinanku tak bertahan lama. Belum genap enampuluh hari, aku melihat dirimu yang tak lagi ku kenal. Langkah kita mulai tak seiring sejalan. Aku mulai tak mengerti bagaimana bentuk sayang dan cinta yang sesungguhnya kau miliki untukku. Tangan kekarmu mulai tak jarang melukai ragaku dengan sengaja. Lebam biru yang membekas menjadi bukti dari hilangnya perlakuan manismu kepadaku. Di saat buah hati kita masih berjuang untuk tumbuh dalam rahimku, kamu belum juga berhenti untuk mencetak memar pada setiap sisi sariraku. Hingga akhirnya kita harus kehilangan buah hati yang bahkan ia pun belum ku lahirkan. Namun semua itu masih bisa ku maafkan.

Sabtu, 23 Desember 2023

Menunggu Kata Maaf

12/23/2023 10:55:00 PM 0 Comments


Tidakkah kau ingat, Tuan? Ketika kau menyebut namanya saja hatiku tergores. Lalu kemarin, dengan tanpa berdosa, kamu dengan nyata menghadirkannya di hadapanku. Dengan wajah bahagia, kau memperkenalkan ia kepada ku. Kau ini kenapa? Sedang menguji sedalam apa cintaku padamu? Sedang mengejek kesetianku?? Atau apa?? Dari hari berganti minggu, aku menunggu dirimu yang dulu kembali lagi. Namun sayangnya, yang kembali ke sisiku hanyalah jiwamu. Sedangkan sebagian dari hatimu, masih terpaut padanya.

Bulan berganti tahun, ketika sikapmu menyatakan bahwa jiwa ragamu telah kau serahkan lagi seluruhnya untukku, aku menyambutmu dengan sangat hangat. Meski cintaku telah hancur, kepercayaanku telah tercerai berai, dan hatiku telah hilang rasa padamu. Mungkin kamu merasakan sedikit perubahan dari sikapku kali ini. Bukankah itu hal yang wajar? Ketika sebuah luka sengaja kau sayat pada hati yang utuh, walau telah kau obati sedemikian rupa, tentu bekasnya masih ada, bukan?

Jumat, 22 Desember 2023

Hilang Rasa

12/22/2023 11:52:00 AM 0 Comments


Ratusan bulan bersama kita melangkah. Melewati hari-hari yang penuh tawa juga air mata. Saling menguatkan dan menjaga ikatan suci yang telah kita bina bersama. Semua begitu indah dan ringan ketika kuhadapi bersamamu.
Hingga kemudian, ia yang berasal dari masa lalumu tiba. Mencuri perhatianmu. Merenggut bahagiaku. Menghancurkan kebahagiaan yang selama ini tercipta diantara kita.

Kamu si paling lembut dan memuliakanku, si paling tak mampu menyakitiku secara lahir dan batin, kini menjadi si paling tak ku kenal.

Sabtu, 16 Desember 2023

Surat Untuk Awan

12/16/2023 11:20:00 AM 2 Comments



Hai, Wan. Kamu apa kabar hari ini?

Aku ingin, kamu baik-baik saja, Wan. Walau aku tau hatimu pasti tidak bisa baik-baik saja. Apalagi, setelah aku memutuskan sepihak untuk mengakhiri segala hal tentang kita.

Wan, maaf harus aku katakan, aku tidak bisa kembali lagi bersamamu. Meski berulang kali kamu menyatakan mencintaiku. Berulang kali kamu mencoba mencari dan memintaku untuk tidak pernah pergi darimu. Maaf, aku tidak bisa, Wan.

Aku tau, perpisahan ini tentu menyakitkan untukmu. Tentu ini juga menyesakkan untukku. Namun, aku rasa ini yang terbaik untuk kita. Agar kamu tak semakin sakit, dan agar aku tak semakin dalam melukaimu.

Senin, 04 Desember 2023

Perebut Cinta

12/04/2023 12:18:00 PM 2 Comments


Aku mengenalmu tanpa direncanakan apalagi dipaksakan. Aku berpikir ini adalah takdir yang telah Tuhan tetapkan atas kita. Sebuah cerita hidup yang telah Tuhan tuliskan bahkan jauh sebelum aku menyapa dunia ini. Aku tak mengira, jika ternyata pertemuan singkat dan salam perkenalan denganmu bisa berlanjut hingga kita semakin dekat seperti saat ini.

Aku tidak benar-benar mengenalmu sebelum ini. Aku hanya tahu, kamu adalah seorang lelaki yang telah memiliki kekasih, dan ingin sekadar berteman denganku. Aku sambut salam pertemanan darimu. Namun aku membangun pembatas tinggi untukmu agar tak semakin mendekat.

Rabu, 04 Oktober 2023

Hanya Menunggu

10/04/2023 09:27:00 PM 0 Comments


"Kapankah temu itu menjadi nyata?"
tanyaku padamu nona manis yang ku puja. Ini adalah pertanyaan kesekian kali, yang mungkin membuatmu merasa sedikit jengah.

Sejak menatap wajahmu untuk pertama kali, meski hanya dalam layar, harus ku akui, kagumku berubah menjadi getar cinta yang tak bisa ku tepiskan.

Tatap matamu, suara merdumu, bahasa pesanmu, seolah mengunci hatiku agar terpaku hanya kepadamu. Desir cinta yang kurasakan tiap kali menatap namamu, membaca barisan pesan darimu, atau bahkan sekadar mendengar suaramu, membuatku ingin menepis jarak yang membentang antara kita.

Aku ingin mendekapmu dalam nyata, bukan dalam hayalan belaka. Berkali pertanyaan soal pertemuan itu kusinggung, dan kamu selalu menjawab,  "sabar ... sebentar lagi, ya. Aku masih belum bisa kalau untuk sekarang." 

Lalu sederet alibi pun akan kamu lontarkan. Menuntut pengertianku, yang terkesan memaksaku untuk tak lagi bertanya soal itu. Aku pun diam dari pertanyaan tentang sebuah pertemuan.

Tenang, Nona ... cintaku kepadamu selalu menang. Hingga tak ada segan untukku menunggu kapan temu itu menjadi kenyataan.

Aku menghitung setiap detiknya. Berharap waktu berpacu sedikit lebih cepat. Hingga kelak mengantarkanku pada temu bersamamu. Aku menunggu dalam kata sabar dan sebentar lagi yang selalu kau janjikan.

Hingga aku tidak tahu lagi, batas sabar tungguku, batas sebentar lagi versi mu berada di detik keberapa, di hari, bulan, bahkan tahun keberapa akan berakhir?

Sampai pada akhirnya ... aku bertemu satu waktu, dimana aku tersadar, bahwa aku selama ini hanya menunggu.

Menunggu dengan sabar yang tak tahu dimana batasnya.

Menunggu di balik kata "sebentar lgai" yang selalu kau gaungkan.

Menunggu dengan harap kosong tentang sebuah pertemuan.

Ya! Aku tersadar ... cintaku sedang dipermainkan. Sabarku sedang tak diindahkan. Tungguku sedang dilecehkan! Selama ini, aku hanya menunggu! 

Menunggu dengan ketidakpastian. Menunggu dengan kehampaan. Menunggu dengan akhir yang disia-siakan!

Hai Nona ... katakan saja jika pertemuan denganku adalah hal yang sangat kau hindari! Agar aku cukup tahu diri dan yakin, bahwa selama ini, yang kulakukan hanyalan percuma. Aku hanya sedang menunggu dan tak akan ada temu.

Minggu, 01 Oktober 2023

Hai ... Oktober

10/01/2023 03:18:00 PM 0 Comments

 

Oktober ku telah menyapa. Sungguh tak terasa ... langkah kaki pada perjalan panjang ini, telah sampai padanya. Sebuah senyuman "Selamat datang di Oktober" menyambut kedatanganku.


Hai ... Oktober ...
Izin singgah sebentar, ya?


Hhh ...
Tibanya kakiku di rumahmu ini, mengingatkanku bahwa tahun akan segera berganti. Hanya berkisar 90 hari lagi. Dan sebuah tanya, "cerita bagaimakah yang akan tertulis di 90 hari yang tersisa ini?" terlintas dalam benak.


Karena gelak tawa serta derai air mata telah banyak terlewati sebelum akhirnya ku tiba di rumahmu ini, Oktober. Setiap kenangan yang telah tercipta tak mampu ku lupa begitu saja. Meskipun kau menyambutku dengan sapaan terindahmu, juga dengan menawarkan beribu kebahagiaan di rumahmu ini.

Jumat, 17 September 2021

Air Mata

9/17/2021 12:16:00 AM 0 Comments

 


Hai, kamu yang telah memanggilku. terimakasih telah menjadikanku kawanmu. Kawan di setiap keadaan. Aku tahu, hadirku tak selalu menandakan suatu yang buruk. Terkadang, untuk hal yang membahagiakan saja, kamu pasti menghadirkanku. Lalu kau sebut aku ini "air mata kebahagiaan." Banggakah aku? Oh tentu, karena dengan hadirku orang yang melihatmu akan ikut menjadi haru, dan haru kebahagiaanmu akan semakin meningkat bukan?

Aku mungkin sering kali hadir di saat yang tak baik. Di saat kamu berduka, di saat kamu merasa sangat lelah, di saat kamu merasa sepi, atau bahkan di saat kamu sedang merindu. Apapun itu keadaan mu, aku tetap bangga dan bahagia, karena kamu menghadirkan aku sebagai kawanmu. Mengeluarkan ku secara nyata bukan berarti kamu adalah manusia lemah dan cengeng. Hadirku bisa saja menguatkan kamu kembali dari segala kelemahan dan kerapuhan yang menimpa. Ya kan?

Aku bangga dengan kamu, yang mampu menahanku untuk tidak keluar dari persembunyian. Walau nyatanya, aku sangatlah kamu butuhkan. Tidak mengapa. Walau ku tak nyata di wajahmu, namun aku tetap ada. Mendampingimu, dan menjadi saksi dari segala rasa yang tercipta di hatimu. 

Duhai kamu yang telah menyimpanku begitu rapih, yang mengizinkan aku keluar ketika kita hanya berdua, yang tidak ingin menampakkan aku secara nyata dan berlebihan kepada khalayak banyak, aku ucapkan, terimakasih. Terimakasih kamu sudah belajar selalu kuat sejauh ini. Walau aku adalah bagian dari partikel kecil yang membantu menguatkan mu. Jangan malu untuk menghadirkanku, apalagi saat kamu sedang bersimpuh kepada-Nya. Aku akan sangat bangga dan bahagia saat kamu mampu menghadirkanku di saat kamu sedang bersama-Nya.

Sekali lagi, terimakasih ya. 

Selasa, 05 Maret 2019

Dia, Alasanku Bertahan

3/05/2019 12:08:00 PM 0 Comments
Sepuluh tahun perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya, bukanlah waktu yang sesaat, juga bukan hal yang mudah bagiku untuk bertahan, sebenarnya. Ya, paling tidak lima tahun belakang.

Pertanyaan-pertanyaan yang sama, serupa, dan selalu menyakitkan gendang telinga juga hati membuatku merasa "Lebih baik berhenti sampai sini, sepertinya aku tak akan sanggup lagi untuk melangkah." 

Tapi dia, selalu memintaku untuk bertahan. "Kamu pasti kuat menghadapi ujian ini, sayang. Ada aku." Selalu begitu katanya.

Jika harus berhenti pun, hati kecilku berteriak menolak. Mana sanggup aku terpisah lalu jauh darinya. Dengan serba kekuranganku, dia masih berlapang dada menemaniku. Menerimaku apa adanya. Tak peduli apa kata orang. Tak peduli berbagai sindir dan nyinyir dari orang-orang kepada kami. Baginya, hadirku saja sudah membuatnya bahagia.

"Tapi tugasku bukan hanya membahagiakan kamu saja kan, Mas? Ibu mu, adik kakakmu, juga orangtua ku. Mereka juga berhak untuk aku bahagiakan." Tukas ku suatu hari.

Sabtu, 02 Maret 2019

Separuh Nyawa

3/02/2019 10:25:00 AM 4 Comments
Februari tak lagi menjadi indah di mataku. Bulan yang katanya menjadi bulan kasih sayang, penuh cinta, penuh dengan rona bahagia, kini tak lagi seperti itu di hadapanku. Ia berubah menjadi bulan yang penuh rasa duka dan air mata. Juga menjadi bulan yang menciptakan kerinduan tak berujung bagiku. Ya! Februari ku kini menjadi kelabu. Sejak pagi itu.

Pagi yang terlalu awal di pertengahan Februari menjadi awal dari duka yang aku rasakan. Pagi itu, menjelang subuh, aku terbangun dan hendak melaksanakan witir sambil menanti subuh seperti biasanya. Dan sebelum witir ku laksanakan, aku akan melihat emak di kamarnya. Beberapa hari sebelumnya kondisi kesehatan beliau memang sudah menurun. Membuat aku merasa khawatir berlebihan. Dan tiap menjelang subuh aku mendatangi kamar beliau, lalu menatapnya masih tertidur pulas, atau terkadang beliau sudah terjaga dan langsung menyambutku dengan senyuman kala aku menghampirinya membuat aku merasa jauh lebih tenang. Rasa khawatirku seperti lenyap seketika. Tapi pagi itu, saat aku menghampiri emak, aku lihat beliau masih tertidur pulas. Tapi seketika aku heran dan merasa keliru dengan pengelihatanku. Aku tak melihat gerakan napas pada tubunya. Dengan kekhawatiran yang semakin menjadi aku hampiri beliau. 

Rabu, 27 Juli 2011

Kamu Harus Tau!!

7/27/2011 07:10:00 PM 0 Comments
     Angin sore menjadi saksi bisu atas air mata ini yang terbuang karena kamu. Atap gedung yang seharusnya menjadi lantai untuk gedung berlantai dua menjadi alas dan saksi kesedihan yang mengetuk hati ini. Menjadi saksi akan gundahnya perasaan takut akan kehilangan kamu.
     Hay..!! Kamu memang bukan siapa-siapa!! Kehadiran mu tidak pernah aku harapkan dan aku nantikan! Namun kamu harus tau, aku bangga memilikimu. Menyayangimu, dan Mencintaimu. Karena kau layak untuk mendapatkan itu. Karena kau layak untuk menjadi sosok adik untukku.
     Aku tidak pernah menuliskan di dalam daftar cita-citaku untuk menjadi seorang kakak, dan menjadi pewaris sebuah sekolah atau pesantren! Yang aku cita-citakan hanyalah menjadi seorang guru dan penulis!!
     Aku tidak pernah tau rasanya menjadi seorang kakak, sampai kamu datang ke dalam kehidupanku. Aku tidak pernah tau lelahnya menjadi seorang kakak, sampai aku membimbing kamu dan adik-adik yang lain. Kau tau?? Kamu harus tau,, suatu kebanggaan dan kebahagiaan bagiku mencintai dan menyayangimu!!
     Aku dulu punya seseorang seperti dirimu. Tapi, ketika aku memilih meninggalkannya, aku menjadi tau rasa sakitnya sebuah perpisahan... Rasa perihnya sebuah Rindu..
     Kamu harus tau,, Aku sanggup menjadi tanggan yang membantumu bangun ketika kau terjatuh, Aku sanggup menjadi sandaran ketika kau menangis, dan Aku juga sanggup menjadi tempat kau berpeluk ketika kau merindukan ibu mu..
     Tapi Kamu harus Tau, Aku tidak pernah sanggup jika harus menghadapi perpisahan dengan kamu... dan merindukanmu sepanjang hari..
    Kamu harus tau... Kamu adalah adikku..!!