Sabtu, 23 Desember 2023

Menunggu Kata Maaf


Tidakkah kau ingat, Tuan? Ketika kau menyebut namanya saja hatiku tergores. Lalu kemarin, dengan tanpa berdosa, kamu dengan nyata menghadirkannya di hadapanku. Dengan wajah bahagia, kau memperkenalkan ia kepada ku. Kau ini kenapa? Sedang menguji sedalam apa cintaku padamu? Sedang mengejek kesetianku?? Atau apa?? Dari hari berganti minggu, aku menunggu dirimu yang dulu kembali lagi. Namun sayangnya, yang kembali ke sisiku hanyalah jiwamu. Sedangkan sebagian dari hatimu, masih terpaut padanya.

Bulan berganti tahun, ketika sikapmu menyatakan bahwa jiwa ragamu telah kau serahkan lagi seluruhnya untukku, aku menyambutmu dengan sangat hangat. Meski cintaku telah hancur, kepercayaanku telah tercerai berai, dan hatiku telah hilang rasa padamu. Mungkin kamu merasakan sedikit perubahan dari sikapku kali ini. Bukankah itu hal yang wajar? Ketika sebuah luka sengaja kau sayat pada hati yang utuh, walau telah kau obati sedemikian rupa, tentu bekasnya masih ada, bukan?

Bagiku, hanya ada satu cara yang perlu kau lakukan untuk memudarkan bekas luka pada sayatan yang kau cipta. Maaf. Ya, hanya kata maaf!

Satu kata yang terlalu lama ku tunggu meluncur dari lisanmu. Namun hingga detik ini, tak juga kudapatkan. Kau berlagak seolah badai itu tidak pernah terjadi. Dirimu seolah buta dan tak mau tau tentang hatiku yang begitu hancur berantakan. Padahal, satu kata maaf dan pengakuan atas khilafmu, aku rasa mampu membantuku merapihkan puing-puing hatiku yang berserakan. Namun nyatanya, kata maaf itu tak juga terucapkan.

Aku masih di sini, menunggu kata maaf darimu, berteman seseorang yang telah rela menghabiskan waktu, juga mencurahkan perhatian serta cintanya untukku. Jika kelak kata maaf itu kudapatkan, dan kau rela membantuku merapihkan serpihan cinta yang telah berserakan, aku akan mempersilahkan ia untuk pergi. dan menggantikannya denganmu, menjadikanmu satu-satunya yang akan menemaniku membunuh sepi, dan aku berjanji akan mengubur segala kenangan pahit yang pernah tercipta.

Lekaslah sadar, Tuan. Aku masih menunggu kata maaf darimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar