Ratusan bulan bersama kita melangkah. Melewati hari-hari yang penuh tawa juga air mata. Saling menguatkan dan menjaga ikatan suci yang telah kita bina bersama. Semua begitu indah dan ringan ketika kuhadapi bersamamu.
Hingga kemudian, ia yang berasal dari masa lalumu tiba. Mencuri perhatianmu. Merenggut bahagiaku. Menghancurkan kebahagiaan yang selama ini tercipta diantara kita.
Kamu si paling lembut dan memuliakanku, si paling tak mampu menyakitiku secara lahir dan batin, kini menjadi si paling tak ku kenal.
Lisanmu yang selalu mengalunkan kalimat manis penuh cinta kini paling ringan mencaci. Padahal, aku sekadar ingin memastikan bahwa apa yang kutakutkan tak akan pernah terjadi. Namun ternyata Tuhan Maha Baik padaku. Meski kau bersembunyi di balik cacian serta amarahmu, merasa seolah aku menuduh, nyatanya Tuhan membuktikan bahwa pertanyaan yang kuajukan bukanlah sekadar tuduhan tak mendasar.
Dia, si masa lalu mu dengan begitu mudah ny kau ajak masuk kembali dalam kehidupanmu. Kau biarkan ia berdiri ditengah-tengah kita. Menggeser aku dari posisi skala prioritas bagimu.
Apakah aku harus pergi dan mengalah pada dia?
Jika kau mengira seperti itu, maka kau salah besar! Karena aku tak akan pergi meski selangkah! Aku tak akan membiarkan sebuah masa lalu mengalahkan masa depan kita.
Aku memilih bertahan. Meski aku tau, kini aku mengayunkan langkah diatas bahtera ini sendirian. Aku harus menyeret kakiku. Menguatkan mental. Mencoba selalu bangkit sendiri di kala terjatuh lagi. Berulang kali mengobati luka batin seorang diri dan mencoba menghadirkan kembali benih cinta untukmu.
Hingga pada akhirnya, aku lelah berjuang sendirian. Aku lelah terus menghadirkan benih cinta itu tiap kali luka yang baru sembuh kau buka lagi. Maka, jangan salahkan aku jika saat ini hilang rasaku padamu. Ku biarkan kau tetap ada. Menjalankan peranmu sebagai nahkoda. Walau kutahu hatimu tak lagi utuh bersamaku.
Lelah yang mendera membuatku mampu untuk tak lagi peduli pada cinta yang selama ini kupuja. Ku biarkan kau berlaku sesukamu. Dan ku biarkan hatiku bermain di taman yang lain. Bahkan, saat hati ini memberikan pertanda bibit cinta yang baru akan datang, ku biarkan dengan sengaja ia tumbuh dan bahagia dengan hal itu. Karena, aku sudah kehilang rasaku padamu.
Maaf, jika aku terlihat begitu keterlaluan. Bukankah hal ini tersebab dirimu sendiri?? Buknakah dirimu yang mencampakkan cintaku, tak mampu menjaga dan merawat cinta yang begitu utuh ku berikan? Jangan salahkan aku, jika akhirnya hilang rasaku padamu, dan aku jatuh hati pada yang lain. Jangan pernah salahkan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar