Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Oktober 2021

Beradab Dulu Berilmu Kemudian

10/09/2021 11:35:00 AM 0 Comments


Saat ini, berapa banyak kita bisa melihat dan menyaksikan sendiri dari orang-orang terdekat, dari kerabat karib, bahwa mereka memiliki ilmu yang tinggi, hafalan quran yang banyak, penguasaan ilmu tafsir, fiqih, hadist yang luar biasa. Namun sikap, dan adab mereka terhadap orang-orang sekitarnya tidak mencerminkan dan tidak sesuai dengan ilmu yang mereka miliki. 

Para ulama kita telah banyak memberikan peringatan bahwa kita harus mempelajari adab terlebih dulu sebelum menggeluti sebuah bidang keilmuan. Imam Malik rahimahullah pernah mengatakan:

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu” (Hilyatul Auliya [6/330], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17])

Mengapa beradab dulu menjadi lebih penting sebelum kita menguasai sebuah ilmu?

Lihat! Yusuf bin Al Husain rahimahullah pernah berkata:

بالأدب تفهم العلم

“Dengan adab, engkau akan memahami ilmu” (Iqtidhaul Ilmi Al ‘Amal [31], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).

Rabu, 09 Desember 2020

Penuh Misteri

12/09/2020 08:48:00 AM 0 Comments

 


Sahabat, hidup ini begitu banyak misteri. Allah sengaja membuat kita tak pernah tahu apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Jangankan esok, sedetik kedepan pun kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita. Hidup ini sungguh penuh misteri.

Sahabat, misteri dalam hidup ini begitu banyak. Dalam hal apapun. Bahkan, ketika kita berpikir bahwa kita benar-benar mengenal seseorang, atau kita yakin segala rencana kita akan berjalan dengan baik, ternyata, sebuah kenyataan yang Allah berikan tidak seperti itu.

Suatu hari nanti, akan ada masa kita merasa si A adalah seseorang paling mengerti, menyayangi, dan peduli dengan kita. Ternyata, dibelakang kita dia tidak benar-benar seperti itu.

Atau, kita pernah berada pada situasi dimana kita bertemu dengan si B, yang terlihat tidak begitu peduli dengan kita, tatap matanya tak pernah bersahabat, tutur katanya tak pernah halus. Namun nyatanya, di belakang kita dia adalah orang yang paling sering dan paling kencang menyebut nama kita dalam setiap rangkaian do'a yang ia langitkan.

Bisa jadi, si C yang terlihat jahat ternyata berhati malaikat. Si D yang dinilai berhati malaikat, justru penjahat paling kejam yang tak pernah diketahui siapapun. 

Bahkan mungkin, kita pernah mengalami keadaan yang begitu membahagiakan. Membuat kita merasa orang paling bahagia di dunia ini. Namun ternyata, sejam kemudian Allah ganti lekuk tawa itu dengan rintikan air mata kesedihan yang tidak pernah bisa dibendung. Sehingga yang lahir dalam pikiran dan lisan kita adalah "Mengapa harus begini, Ya Allah?"

Saat tanya itu menggema, hanya ada satu jawaban yang pasti. Bahwa hidup ini terlalu penuh misteri!!

Tidak ada yang pernah tahu dan bisa menerka apa yang akan terjadi esok, atau apa yang sedang terjadi di belakang kita hari ini.

Sahabat, ingatlah bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara. Kita hanya sedang memainkan peran kita masing-masing. Kita sedang diberi tugas oleh Allah memainkan peran kita dengan baik selama masih berada di bumi-Nya. 

Segala misteri yang ada dalam hidup ini biarlah menjadi cerita yang hanya Allah yang tahu bagaimana akhirnya misteri-misteri ini terungkap, atau tetap menjadi bagian dari cerita yang tak pernah terungkap.

Kelanjutan cerita dari peran yang sedang kita mainkan ini biarlah menjadi urusan Allah. Tugas kita cukup terimalah dengan hati yang lapang. Apapun cerita yang disajikan oleh-Nya untuk kehidupan kita. Apapun alur cerita yang diberikan oleh-Nya untuk kita mainkan. Karena dunia ini hanya sementara, hanya panggung permainan, yang cepat atau lambat akan kita tinggalkan.

Bagaimana cara kita meninggalkan panggung ini akan selalu menjadi misteri dari Allah.

Bahagia, sedih, tangis, dan tawa, tak akan pernah abadi, duhai sahabat. Terimalah semua cerita itu dengan penuh ikhlas dan rasa syukur. Karena hidup ini sangat penuh dengan misteri. Hanya Allah yang benar-benar tahu setiap detik ke detik setiap kejadian ke kejadian, setiap alur cerita yang kita perankan selama kita berada di dunia ini.

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S.57:20)

Senin, 07 Desember 2020

Saat Ujian Tiba.

12/07/2020 04:10:00 PM 0 Comments


Sahabat, igatlah bahwa dalam hidup ini, tidak semua cerita yang kita lalui berjalan indah dan bahagia sesuai harapan dan mimpi kita. Semasa hidup ini, kita akan bertemu dengan ruang dan waktu yang menguji kita. Menguji keimanan kita, menguji kesabaran kita, menguji keikhlasan kita.

Saat ujian itu tiba, berputus asa bukanlah pilihan yang tepat bagi kita yang mengaku beriman kepada Allah. Menolak atau memaki takdir-Nya juga bukanlah sikap yang benar. Kerap kali hati dan pikiran merasa tidak sanggup menghadapi ujian dari-Nya. Seringkali hati dan pikiran merasa bahwa tantangan dari-Nya begitu berat untuk dihadapi. Sehingga yang hadir memeluk hati dan pikiran adalah rasa putus asa.

Ketahuilah sahabat, bahwa sejatinya bukanlah diri yang tak mampu menghadapi ujian dan tantangan dari Allah. Karena sejatinya tidak ada tantangan serta ujian yang melebihi kapasitas kemampuan kita memikulnya. Hanya saja rasa takut serta putus asa dalam pikiran dan hati lebih besar sehingga membuat kita tidak berani melangkah dan merasa tak sanggup untuk menghadapinya. 

Ingatlah sahabat, bahwa Allah tidah pernah memberikan ujian dan tantangan diluar batas kemampuan hamba-Nya. sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran :

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...(QS 2:286)

 Maka seberat apapun ujian yang sedang berada dihadapan kita, itu sudah tentu sesuai kapasitas kekuatan pundak kita untuk memikulnya. Bukankah Allah yang Maha Tahu setiap keadaan dan kemampuan kita sebagai hamba-Nya? Bahkan, Allah lebih tau diri ini daripada kita sendiri.

Maka bersabarlah sahabat, saat ujian itu tiba. 

Apapun ujian kehidupan yang sedang kamu hadapi, yakinlah bahwa kamu bisa menghadapinya. Yakinlah bahwa kamu sanggup memikulnya. Percayalah bahwa Allah selalu memberikan kemudahan bersama kesulitan ujian hidup yang sedang kamu hadapi.

Sabtu, 04 Juli 2020

Inilah Pernikahan

7/04/2020 10:32:00 AM 0 Comments
Inilah pernikahan. Penyatuan dua insan yang menciptakan bahtera rumah tangga. Menciptakan cerita suka duka bersama yang tercatat lekat dalam memori kehidupan.
Pernikahan, tak semesti nya terjadi dan bertahan karena keterpaksaan, atau karena tuntutan. Biarkan ia terjadi dan bertahan karena ada getaran cinta yang hadir seiring detak nadi saat kamu saling menatap, saling berjabat, dan saling berdekatan.

Pernikahan bukanlah berbicara tentang dua insan yang harus bahagia hanya hari ini. Bukan berbicara tentang mahar yang mahal, pesta yang megah nan meriah, bukan juga tentang kebahagiaan yang terukur dari nominal biaya pesta megah. Bukan!

Pernikahan adalah bagaimana kita berbicara untuk selalu bahagia bersama pasangan hingga maut yang mampu memisahkan. Berbicara tentang saling menguatkan saat badai gelombang ujian datang menerjang. Berbicara tentang saling pengertian, saling memberi, bukan saling menuntut. Berbicara tentang management waktu dan financial dengan baik. Berbicara tentang masa depan, tentang arah tujuan pernikahan itu.

Pernikahan bukanlah tempat untuk beradu siapa yang paling pintar, bukan beradu siapa yang harus mendengarkan, bukan beradu siapa paling kuat mempertahankan ego, bukan juga tempat untuk saling menuntut.

Pernikahan adalah tempat untuk kita saling berbagi nasihat, saling mendengarkan, saling mengalah, dan saling memberi. Memberi kasih sayang dan cinta, memberi pengertian, memberi maaf, memberi waktu luang, memberi perhatian lebih satu dengan yang lain. 

Pernikahan adalah tempat kita saling menjaga, saling peduli, saling mendukung, dan saling bekerja sama, dan saling berbagi kisah suka dan duka bersama.

Jangan kamu membicarakan pernikahan hanya sekedar persiapan pesta megah nan mewah karena perjalanan pernikahan sesungguhnya adalah setelah pesta itu berakhir! 

Percayalah, tak ada pernikahan yang berjalan mulus halus untuk mempertahankannya. Kelak di tengah jalan, kamu akan menemukan kerikil kehidupan yang akan menguji seberapa kuat pernikahan mu itu. Saat kamu mampu melewati kerikil-kerikil ujian pernikahan itu, kamu akan mendapatkan hikmah luar biasa yang bisa kamu jadikan pembelajaran hidup agar pernikahan mu itu semakin kuat dan kokoh berdiri. 

Tidak ada pernikahan yang selalu penuh dengan tawa tanpa air mata! Yang selalu bahagia tak mengenal duka. Kelak kamu akan menemukan masa yang membuatmu hanya bisa menangis dan merasa lelah hingga ingin hati menyerah. Tapi berpisah bukanlah jalan keluar dan tempat pelarian dari segala masalah. Berbicaralah! Selesaikan masalah mu. Tebus setiap kesalahan yang pernah terjadi dengan perubahan yang lebih baik. Agar kapal pernikahan yang sedang dinaiki ini tak karam di tengah laut kehidupan.

Ketahuilah bahwa pernikahan adalah ladang ibadah  seumur hidup. Seiring kau menggoreskan cerita suka duka, ada balasan terindah yang sedang disiapkan oleh Sang Maha Kuasa.

Senin, 16 Maret 2020

Corona Merebak di Indonesia. Tak perlu Panik!

3/16/2020 04:42:00 PM 0 Comments
Sejak akhir tahun 2019 lalu, kita tahu wabah Corona ini ramai menjadi pemberitaan di media masa. Karena virus covid-19 ini diketahui penyebarannya sangat cepat sekali. Saat itu yang baru terkena adalah Cina, khususnya di Wuhan. Lalu kemudian menyebar ke berbagai Negara. Indonesia menjadi salah satunya saat ini.

Saat awal terjadinya Corona di Wuhan, ada diantara kita yang merasa sangat amat khawatir, bertanya-tanya "bagaimana nanti kalau virus itu masuk ke Indonesia?" Ada yang prihatin dengan keadaan masyarakat yang terkena dampak virus ini. Tapi tak sedikit pula yang berpikir dan berkata, "Rasakan deh tuh! Kena adzab dari Allah tuh. Akibat orang Cina bla..bla..bla.." Astaghfirullah. Padahal penduduk sanapun banyak dari saudara-saudara kita yang seiman dan sebangsa. Lagi pula, sejak kapan kita jadi asistennya Allah yang berhak menghakimi seperti itu?

Awal Maret bapak Presiden menginformasikan bahwa betul ada dua orang WNI positif terkena virus corona. Kabar tentang dua orang WNI positif Corona tersebut tersebar luas dengan cepat. Kita mulai panik. Apa yang ditakuti menjadi nyata. Sebagian orang sudah menduga dan mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari. Namun sebagian, panik bukan main! Lantas, masih adakah yang mau berperan sebagai asisten Allah? Menghakimi ini salah fulan, ini salah fulanah. Ini akibat kecerobahan fulan, ini akibat kejahatan fulana. Dan seterusnya!

Maret belum berakhir, namun data sudah menyebutkan bahwa warga negara Indonesia yang positif terkena virus ini 137, yang dinyatakan sembuh 8 orang, dan yang meninggal 5 orang. Ketakutan dan kepanikan kian menjadi! Penyebarannya begitu cepat. Walau hanya lewat sentuhan. Permasalahannya, kita tidak pernah tahu yang menyentuh atau yang disentuh kita apakah carrier virus tersebut?

Penyebaran virus yang begitu cepat ini membuat pemerintah dari taraf Nasional, provinsi, bahkan kota setempat mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan warganya selama 14 hari kedepan. Demi memutus mata rantai penyebaran virus ini.
Semua dari kita diminta meminimalisir keluar rumah kalau memang tidak terlalu penting, menghindari tempat-tempat yang ramai orang. Anak-anak yang sekolah, juga para mahasiswa diminta belajar dari rumah. Namun sedihnya, masih banyak diantara kita yang tidak paham dengan kebijakan diliburkan segala agenda pembelajaran.

Ah, ngapain harus takut bepergian. Mati mah urusan Allah. Tanpa terkena virus itu kita juga bakal mati!

Begitu kilah warga-warga yang agak sulit diajak kerja sama. Betul!! Urusan kapan kita mati itu ditangan Allah. Tapi kita sebagai manusia yang mampu berikhtiar untuk menjaga dan menahan diri, harus berikhtiar sedemikian rupa untuk membantu diri ini ataupun orang lain agar tidak terkena dampak dari virus ini. Kalau kita bisa menjaga kenapa harus mengorbankan diri sendiri dan juga orang terdekat? Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda:
وَعَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ  عنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:إذَا سمِعْتُمْ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإذَا وقَعَ بِأَرْضٍ، وَأَنْتُمْ فِيهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا متفقٌ عليهِ.


Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda : "Apabila kalian mendengar penyakit Tha'uun pada suatu daerah, maka jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didalamnya, maka jangan kalian keluar." (Muttafaq 'alaih)

Sudah sangat jelas sekali bukan pesan sang baginda Nabi? Maka berkaitan kebijakan libur yang diberikan sejatinya bukan untuk liburan. Senang-senang. Jalan-jalan. Pulang kampung. Kita diminta rehat sejenak di rumah. Kita diminta untuk saling bekerja sama meminimalisir penyebaran virus ini. Sebagai bentuk ikhtiar kita. Dan anggap saja ini waktunya untuk me time, or family time. Selalu ada sisi positif disetiap musibah yang datang.

Saat virus ini datang dan merebak ke belahan bumi Indonesia, kita pun tak sepatutnya panik dan takut berlebihan. Sangking takutnya, kita lebih takut mati karena dampak virus ini daripada takut mati karena belum punya bekal yang cukup untuk pulang. Jangan sampai kita lupa bahwa yang menggenggam nyawa kita adalah Allah. Dzat Maha Pencipta. Terkena atau tidak terkena virus ini, kita tetap akan mati. Entah kapan, dimana, dan bagaimana caranya. Namun ingat, walau demikian bukan berarti kita bisa ngeyel seenak hati dan kaki kita melangkah tanpa peduli untuk ikhtiar, menjaga dan melindungi diri agar terhindar dari virus ini.

Virus corona datang, merebak ke seluruh belahan bumi, termasuk Indonesia saat ini tentu semua sudah ada dalam ketetapan Allah. Tak ada segala sesuatu pun terjadi di bumi ini tanpa izin Allah. Lihatlah firman Allah;
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi, dan tidak pula pada diri kalian sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh al- Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah," (QS Al-Hadîd [57]: 22).

Apapun yang terjadi sekarang dengan Indonesia kita, dengan bumi ini semua sudah Allah tuliskan bahkan jauh sebelum kita ada di dunia ini. 

Jangan panik kawan! Jangan takut! Yuk kita cari sisi positif dari datanganya virus corona ini ke negri kita. 

Mungkin datangnya virus ini sebagai tanda kasih sayang Allah buat kita yang sedang jauh dari-Nya untuk mendekat, yang sudah dekat untuk semakin merapat. Mungkin Allah rindu rintihan betapa lemah tak berdayanya kita hanya dengan hadirnya si makhluk kecil ini. Mungkin Allah ingin menyadarkan kita betapa waktu kita selama ini habis terlalu banyak untuk hal duniawi. Hingga melupakan kita dari berdzikir. Allah inin kita lebih banyak berdzikir, meminta perlindungannya. Mungkin, Allah terlalu sayang kepada kita para orangtua yang telah memberikan tanggungjawab pendidikan anak-anak kita kepada sekolah. Allah ingin saat ini kita terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak kita. Walau hanya beberapa hari kedepan. Mungkin, Allah ingin membuat kita rehat sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan, atau beban tugas demi tugas kuliah. Allah ingin kita menikmati waktu bersama anak-anak ataupun orangtua kita.

Banyak sekali kemungkinan hal positif di balik merebaknya virus corona dan diliburkannya segala kegiatan di luar rumah selama dua pekan ini. Kemungkinan hal-hal positif yang kita dapatkan semua tergantung bagaimana kita berpikir dan menemukan hikmah dari semua yang terjadi ini.

Jangan panik kawan! Kita tak perlu merana karena si corona datang ke Indonesia, tapi kita pun tak boleh jumawa walau tak kena si virus corona.

Kuatkan iman. Kuatkan imun. Virus corona ini pasti berlalu dan berakhir atas izin Allah. Bersabarlah.

Jumat, 15 Maret 2019

Inilah 7 Keutamaan Sedekah Untuk Diri Kita

3/15/2019 01:07:00 PM 14 Comments


Inilah 7 Keutamaan Sedekah Untuk Diri Kita- Akhir-akhir ini semarak sekali tentang kegiatan "Jum'at Berbagi" dalam bentuk makanan, cemilan, atau sekadar segelas minuman. Orang-orang seperti berlomba untuk berbagi kepada sesamanya.


Bukan saja soal makanan, atau materi. Di antara mereka ada yang turut ikut sumbangsih dengan tenaga. Misalnya dengan membantu memasak, atau packing makanan untuk dibagikan. Dikarenakan minimnya kondisi materi yang mereka miliki.

Sebuah kesalahan besar jika kita berpikir untuk berbagi, untuk bersedekah hanyalah dengan uang yang kita miliki. Karena kita bisa berbagi dalam bentuk apapun. Bahkan dalam riwayat pun dikatakan bahwa senyuman kita kepada saudara kita pun adalah sedekah.

Sedekah pun tak boleh pandang bulu, tertuju hanya kepada orang tertentu saja. Karena hal yang lebih baik adalah ketika kita mampu berbagi kepada siapapun. Termasuk kepada orang yang kita benci sekalipun. 

Dengan ikhlasnya berderma kepada siapa saja, kita akan mendapatkan banyak keutamaan untuk hidup ini. Diantaranya adalah;

  1. Menguatkan Iman
Bersedekah merupakan salah satu perintah bagi umat muslim. Dengan bersedekah disertai niat demi ibadah kepada Allah, maka akan menguatkan keimanan kita kepada Allah. Karena ibadah yang kita lakukan adalah sarana pengabdian kita kepada Allah.

  1. Menghapus Dosa
Kita tentu sering mendengar kalimat "manusia  adalah tempatnya salah dan penuh dosa." Yup! Betul sekali. Tak ada manusia yang luput dari kesalahan. Hampir setiap hari selalu ada kesalahan yang terjadi baik disengaja maupun tidak. Dilakukan secara sadar ataupun tidak. 

Olehkarena itu, sedekah menjadi salah satu cara yang disediakan oleh Allah paling mudah untuk menghapus dosa-dosa kita. 

Sebagaimana yang telah Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam sabdakan : 

Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api." (HR. At-Tirmidzi).

  1. Menyembuhkan penyakit
Mungkin di antara kita ada yang merasa aneh dan bingung. Apa kaitannya bersedekah dengan kesembuhan dari penyakit?

Mari kita lihat jawabannya dengan menyimak sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam "Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah." 

Hadist tersebut jelas maknanya. Dan sudah tentu, sebagai umat muslim tuntunan kita adalah apa yang termaktub dalam Quran dan sunah. 

Ada sebuah kisah yang membuktikan ini. Dalam Shaih at-Targhib, Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang laki-laki tentang penyakit yang menimpa lututnya semenjak tujuh tahun. Ia telah berobat ke para dokter, meminum berbahai macam obat. Namun hasilnya nihil.

Ibnu al-Mubarak pun berkata kepadanya : Pergi dan halilah sumur, karena manusia sedang membutuhkan air. Saya berharap akan ada mata air dalam sumur yang engkau gali dan dapat menyembuhkan sakit di lututmu." Laki-laki itu pun pergi dan menggali sumur. Lalu ia pun sembuh. 

Cobalah bersedekah dengan berniat minta disembuhkan dari penyakit oleh Allah. Karena hanya Allah semata yang Maha Pemberi Kesembuhan.

  1. Menambah Rezeki.
Keutamaan berikutnya dari bersedekah adalah menambah rezeki. Dengan kita banyak berbagi sesungguhnya kita telah melipat gandakan rezeki kita.

Mungkin hasil lipat ganda dari rezeki itu tak berupa barang atau materi yang sama seperti yang telah kita keluarkan, tetapi sudah pasti apa yang kita keluarkan untuk kebaikan maka Allah akan menggantikannya dengan berlipat-lipat nilainya.

Tak perlu takut akan menjadi miskin ketika kita banyak membagi kepada oranglain. Rasulullah pun bersabda : "Harta tidak akan berkurang dengan sedekah."

Seperti pengalaman yang pernah saya saksikan sendiri.

Ada seorang anak yatim yang bersekolah di pondok pesantren yatim dhuafa. Suatu ketika sekolahannya mengadakan galang dana peduli palestina. Si fulanah ini ikut turut menyumbangkan uang terakhirnya. Sebut saja misal nominalnya 50.000. 

Lalu salah satu gurunya bertanya, "Kenapa kamu menyumbangkan semua uang jajan kamu? Nanti kamu jajan pake apa?" 

Si anak menjawab "Oh, gakpapa, Pak. Masalah jajan mah tenang aja. Gak bisa jajan bisa puasa."

Tiga hari kemudian, tiba-tiba saja ada undangan santunan untuk anak yatim dan dhuafa. Si fulanah ini termasuk yang hadir di dalam undangan tersebut. Sepulangnya dari acara tersebut, dia membawa amplop yang isinya sebesar 500.000

Maa Sya Allah. Apa yang si anak tersebut keluarkan, Allah gantikan berkali kali lipat. 
Percayalah! Semakin berbagi semakin bertambah rejekimu.

Dalam hadits lain yang dinarasikan oleh Abu Hurairah r.a., Nabi SAW pernah bersabda: “Tidak ada hari yang disambut oleh para hamba melainkan di sana ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata: “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfaq.” Sedangkan (malaikat) yang lainnya berkata: “Ya Allah berikanlah kehancuran kepada orang-orang yang menahan (hartanya).” (H.R. Bukhari – Muslim)

  1. Dilipatgandakan Pahala
Setiap kebaikan sekecil apapun, tentu akan mendapatkan ganjaran berupa pahala, yang kelak akan menjadi tiket masuk kita menuju syurga-Nya. 
Allah Maha Melihat. Setiap apapun yang dilakukan oleh kita, pasti Allah akan melihat kita. Sedekah sedikit apapun itu pasti Allah melihatnya. Disitulah Allah melipatgandakan pahala orang-orang yang bersedekah.
Allah berfirman: “Perumpamaan orang-orang yang mendermakan (shodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrah-Nya) lagi Maha Mengetahui“. (QS. Al-Baqoroh: 261)
  1. Memperpanjang usia dan meringankan sakaratul maut
Usia dan sakitnya sakaratul maut akan selalu menjadi rahasia dan misteri. Hingga nanti kita sendiri yang menghadapinya. Namun, panjangnya usia bisa kita tambahkan dan sakitnya sakaratul maut bisa kita ringankan yaitu dengan sedekah.
Seperti sabda Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam , “Sedekah dari seorang Muslim menigkatkan (hartanya) dimasa kehidupannya. Dan juga meringankan kepedihan saat maut (Sakratulmaut), dan melauinya (sedekah) Allah menghilangkan perasaan sombong dan egois. (Fiqh-us-Sunnah vol. 3, hal 97)
  1. Mendapatkan Naungan di Hari Kiamat
Rasulullah SAW bersabda “Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad)
Dari Uqbah bin Amir ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Setiap individu berada dalam naungan sedekahnya sampai dia diadili di antara manusia.”
Nabi pernah menyebutkan bahwa tujuh hal yang akan menjadi payung yang menaungi pada hari kiamat antara lain seseorang yang bersedekah secara rahasia sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya. (HR. Bukhari Muslim)
“Sesungguhnya sedekah akan memadamkan panas kubur bagi pelakunya. Sungguh pada hari kiamat, seorang mukmin akan berlindung di bawah naungan sedekahnya

Itulah 7 keutamaan dari sedekah yang kelak akan kita dapati. Tak perlu takut miskin. Tak perlu takut tak bisa berbagi. Karena berbagi tak mesti dengan materi, tak mesti dengan uang.
Bersedekah, bisa kita lakukan dengan cara apapun, dan dalam bentuk apapun. Sekalipun hanya dengan senyuman dan membantu orang lain dengan tenaga.
Yuk bersedekah! 

Rabu, 13 Maret 2019

Bersyukur Di Saat Tersungkur, Mampukah?

3/13/2019 09:44:00 AM 11 Comments

Seringkali kita hanya melihat satu waktu saat kita sakit dan melupakan 99 kali saat kita sehat. Kapan saja kita kehilangan rasa syukur, maka kita akan kehilangan sifat iman kita
-Sheikh Kamaluddin Ahmed-

Bersyukur di Saat Tersungkur, Mampukah? Jika bersyukur pada sebuah keadaan yang dirasa membahagiakan, saat diberikan kenikmatan, terwujudnya apa yang diimpikan, mungkin bukanlah perkara yang sulit. Setiap orang tentu dengan mudah akan melantunkan kalimat syukur kepada-Nya.

Namun, ketika sebuah keadaan datang tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika harapan tak menjadi kenyataan. Ketika apa yang diimpikan tak kunjung menjadi nyata. Dan ketika kita dihadapkan dengan situasi yang begitu menyesakkan dada, begitu pelik. Masih mampukah kita berterimakasih kepada Allah? Masih mampukah kita menemukan kenikmatan dan kasih sayang-Nya di antara serpihan rasa sakit yang begitu menyiksa? Tentu tak semua orang mampu untuk itu.

Sungguh tidak ada alasan untuk kita tak bersyukur. Sepahit apapun kehidupan yang sedang kita jalani, tentu ada satu hal yang begitu manis dan indah yang dapat kita syukuri.

 Bahkan Ibn Qayyim Al-Jauziyah pernah berkata bahwa iman terdiri dari dua bagian : setengahnya adalah kesabaran (Sabr) dan setengahnya lagi adalah bersyukur (Shukr). Maka sudah selayaknya kita harus bersyukur di kondisi apapun. Bahkan di kondisi yang menurut kita itu sangatlah menghimpit.

Namun hal yang seringkali terjadi dan menjadi sebuah kesalahan adalah, ketika kita berkata, “Aku bersyukur dengan keadaan ini.” Tetapi di belakang kalimat itu disertakan sebuah ungkapan keluhan. Padahal sesungguhnya bersyukur itu tak mengenal kata mengeluh. Tak mengenal kata tapi.

Cobalah latih hati ini untuk bersyukur di kondisi sesusah apapun. Walau pada kenyataannya hal ini tak semudah yang diucapkan, dan tak semua orang mampu untuk melakukannya.

Bagaimana bisa bersyukur di tengah rasa pahit yang sedang menghujam?

Bisa! Jika kita mau menyadari bahwa nikmat Allah begitu banyak telah diberikan kepada kita. Mencoba menyadari bahwa ternyata masih banyak orang yang lebih tidak beruntung dibandingkan kita. Dan mencoba membuka setiap penghalang dari rasa bersyukur itu. 

Lihatlah apa yang difirmankan Allah dalam al-Quran 
surah Al-Mulk ayat 23: "Katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." 
Al-Quran seringkali menyebutkan tiga hal yang sering tertutup dan membuat manusia terhalang dari rasa bersyukur. Yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati nurani. Ini berarti menandakan bahwa tiga hal tersebut memiliki posisi penting untuk membantu kita bersyukur di kala tersungkur.

Cobalah lakukan ketiga hal berikut ini untuk membantu kita mengucap terimakasih kepada-Nya walau keadaan tak seindah yang diharapkan.

Pertama, Membuka Mata

Membuka mata, menjadi tips pertama untuk mempertahankan rasa syukur di kondisi sesulit apapun. Bukalah matamu! Lihatlah sekelilingmu! Sadari betapa banyak nikmat Allah yang tercurahkan untuk kita, dan lihatlah bahwa ternyata masih banyak di luar sana orang-orang yang lebih menderita dari kita. 

Misalnya, jika saat ini kita merasa hidup begitu sulit dari segi ekonomi. Tempat tinggal terasa cuma sepetak karena berada di sebuah kontrakan. Mau masak makanan bingung karena harus cari bahan makanan termurah untuk bisa dimasak. 

Maka, bukalah matamu dan lihat betapa di luar sana masih ada orang yang tak punya penghasilan yang pasti. Masih ada orang yang tempat tinggalnya beratapkan jembatan berdinding selembar papan. Lihatlah! Ternyata di luar sana masih ada orang yang terpaksa berpuasa karena tak memiliki bahan makanan untuk dimasak dan dimakan. 

Bukalah matamu dan bersyukurlah lebih banyak. Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan janganlah melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu."

Kedua, Membuka Telinga

Setelah membuka mata, kita juga mesti membuka telinga untuk bisa selalu bersyukur. Membuka telinga artinya mendengarkan secara jernih berbagai masukan, nasihat, dan informasi dari siapapun.

Sebagai contoh, ketika kita menghadapi suatu masalah dan ujian hidup dengan berat hati, lalu orangtua, sahabat, atau mungkin pasangan kita memberikan masukan, memberikan solusi dari masalah kita. Maka seharusnya tak ada alasan untuk kita mengingkari nikmat-Nya.


Ketiga, Membuka Hati

Tips terakhir agar selalu bersyukur di kala sesulit apapun adalah membuka hati nurani. Artinya berjiwa besar terhadap apa yang terjadi dan selalu berpikir positif. Apapun yang terjadi pada diri kita, baik maupun buruk adalah nikmat pemberian Allah untuk menguji kita apakah tambah bersyukur atau mengingkari nikmat tersebut.

Berjiwa besar artinya memahami bahwa jika mendapatkan suatu keadaan yang pahit menurut hati kita, hal itu bukanlah akhir dari segalanya. Karena ternyata keadaan pahit itu bisa jadi menyadarkan kita bahwa selama ini kita terlalu banyak mengabaikan hal-hal manis yang telah Allah berikan.

Ibaratnya saja, saat kita kehilangan kedua orangtua, atau orang-orang terkasih.  Kita baru menyadari betapa mereka sangatlah penting dan berharga dalam hidup kita. Sedangkan saat mereka masih ada, kita seringkali dibuai oleh kesibukan kita hingga jarang menghadirkan quality time bersama mereka yang pada akhirnya hal ini menjadi penyesalan tiada akhir.

Kesadaran hati dan pikiran kita akan betapa pentingnya kehadiran mereka itulah yang patut kita syukuri. Karena kita akan belajar untuk lebih mengharga setiap waktu kebersamaan.

Yuk! Buka mata, telinga, dan hati kita agar bisa selalu bersyukur di kondisi sepelik apapun. Tak perlu merasa paling menderita. Jika ternyata masih banyak hal yang bisa kita syukuri sekalipun berada di tengah rasa sakit.


~~~~^^^~~~~

Senin, 11 Maret 2019

Tiga Pilar Kebahagiaan

3/11/2019 11:18:00 AM 12 Comments
Tiga Pilar Kebahagiaan- Bahagia apa yang kamu inginkan? Bagaimana kita mendatangkan kebahagiaan itu? Dan siapakah yang tak ingin bahagia dalam hidupnya?
Sudah tentu setiap orang ingin selalu merasakan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang selalu kekal hingga ke akhirat nanti, tentu itu menjadi kebahagiaan dambaan setiap insan. Namun sayangnya, tak sedikit yang mampu menghadirkan kebahagiaan itu. Padahal hakikatnya kebahagiaan itu harus diciptakan. Karena memang sejatinyanya kebahagiaan itu dekat. Tapi lagi-lagi tak semua orang mampu menciptakan kebahagiaan itu. 
Dan tahukah, bahwa ternyata untuk sebuah kebahagiaan, kita perlu memiliki pilar-pilar kebahagiaan itu sendiri. Karena sebelum kita menciptakan kebahagiaan itu, paling tidak kita perlu tahu tiga pilar untuk kita mendatangkan kebahagiaan yang diharapkan. 
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah ada tiga pilar kebahagiaan yang harus kita miliki.
Pertama: Mensyukuri Nikmat.
Sekarang, coba kita tengok sekitar kita. Sudah berapa nikmat yang kita dapati hari ini?
Oksigen yang gratis dari Allah. Orang tua yang sayang dan pedulinya luar biasa. Teman dan sahabat yang terasa seperti saudara sedarah karena sikapnya yang sangat baik. 
Tetangga yang sering peduli kepada kita, Kakak atau adik yang sayang dan mencintai kita. 
Bos di tempat kerja yang perhatian dan peduli kepada karyawannya. Perjalanan menuju kantor yang tak semacet biasanya.

Dosen pembimbing skripsi yang baik nan memudahkan perjalanan si skripsi hingga cepat terselesaikan. Bisnis yang terus meroket dan berkembang hingga ke seantreo Indonesia bahkan mancanegara.
Suami/ Istri yang sayang dan perhatian banget soal agama dan akhirat. Anak-anak yang penurut, dan sholeh. Dan tentu masih banyak lagi kenikmatan yang kita dapati hari ini. 
Sudahkah kita bersyukur untuk itu semua??
Bersyukur, bersyukur, bersyukur dan terus bersyukur atas apa yang telah kita dapati dari-Nya. Ketika kita mampu mensyukuri setiap nikmat yang Allah berikan, tentu kebahagiaan akan datang menemani hari-hari kita.
Allah pun telah berjanji bagi siapa yang bersyukur maka akan ditambahkan kenikmatannya (Q.S Ibrahim : 7). Bahkan dengan bersyukur pun akan menyelamatkan kita dari adzab Allah. Seperti firman Allah dalam surat An-Nisa : "Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim”. Bukankah janji-janji Allah itu akan mendatangkan kebahagiaan walau bukan di dunia sudah pasti di akhirat kelak. 
Pilar kedua : Bersabar atas cobaan
Manusia mana yang dalam hidupnya tak Allah berikan cobaan? Dalam perjalan hidup kita, dari sekian banyak kenikmatan yang kita dapati, tentu ada cobaan pula yang menghampiri. Namun setiap orang berbeda menyambutnya. Ada yang mengeluh tak berkesudahan. Ada yang meratapi tiada henti, dan ada pula yang mencoba selalu bersabar, karena percaya ada Allah yang selalu membantu. Ini sulit memang, tapi ketika kita mampu bersabar atas cobaan yang datang, kita pasti merasakan kebahagiaan. Tak di dunia, pasti kelak di akhirat.
 Seperti janji Allah dalam firman-Nya : “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214)”
Bahkan dalam Hadist pun dikatakan “Tak seorang muslim pun yang ditimpa  gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bukankah dihapuskan segala dosa, dan memasuki surga-Nya akan menjadi kebahagiaan abadi untuk kita?

Dan pilar ketiga: Memohon Ampun atas Kesalahan
“Manusia mah tempatnya salah, enggak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan.”   Sahabat tentu sering mendengar kalimat seperti ini bukan? Yap! Saya pun setuju. Enggak ada manusia yang luput dari kesalahan. Tapi tidak semua manusia menyadari kesalahannya dan segera memohon ampun kepada sang Khalik. Atau bahkan, tak jarang pula yang langsung meminta maaf ketika berbuat kesalahan kepada kerabatnya.
Padahal, memohon ampun atas kesalahan merupakan salah satu pilar penting untuk kita meraih kebahagiaan. Tak perlu malu, Tak perlu sungkan. Allah senang kepada hamba-Nya yang datang dan memohon ampunan. Jangan berpikir “Ah, udah banyak dosa begini. Malu ngadu sama Allah.” Kalau kita malu ngadu dan memohon ampunan kepada Allah, lantas kita mau memohon kepada siapa lagi??
Lihat nih janji Allah dalam surat Az-Zumar ayat 53 “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” Dan juga dalam surat Asy-Syuura ayat 25 “Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Bukankah mendapatkan rahmat, ampunan dari Allah akan memberikan kebahagiaan untuk kita?
Sahabat, itulah tiga pilar kebahagiaan yang harus kita miliki. Ingatlah bahwa kebahagiaan yang kita tuju bukan sekedar kebahagiaan di dunia, melainkan juga kebahagiaan di akhirat kelak. Kebahagiaan yang akan abadi selamanya.
Semoga apa yang saya tuliskan ini bermanfaat untukmu dan kita semua dalam menciptakan kebahagiaan.
~~~~~****~~~~~

Rabu, 06 Maret 2019

Warna Warni Kehidupan

3/06/2019 11:06:00 AM 1 Comments

Dalam perjalanan hidup ini, kita akan menemukan banyak warna warni yang yang selalu siap mengindahkan kanvas putih kehidupan kita. 

Karena sangat tidak mungkin jika hidup ini hanya diisi oleh satu warna, satu rasa. Entah itu hanya terisi oleh kebahagiaan atau kesedihan dan penderitaan saja. Yang pasti itu adalah hal yang mustahil.

Karena jika kita hanya bisa merasakan kebahagiaan, bagaimana caranya kita bisa tahu rasanya bersedih? Dan darimana kita tahu caranya menangis? Sedangkan kita tidak pernah merasa kesedihan dan penderitaan?? 

Lalu, jika kita hanya bisa merasakan kesedihan, bagaimana caranya kita bisa tahu rasanya bahagia? Dan tahu bagaimana caranya tertawa? Sedangkan kita tidak pernah merasakan kebahagiaan?

Jika hidup ini hanya ada kenikmatan, kekayaan, serba kecukupan, maka darimana kita akan belajar bersabar menghadapi keadaan yang menghimpit?

Atau, ketika hidup ini hanya ada kesulitan, penderitaan, serba kekurangan, maka darimana kita akan belajar bersyukur saat menghadapi keadaan yang penuh kenikmatan?

Kebahagiaan, kesedihan, penderitaan, canda, tawa, rindu, cinta, serta tangis, merupakan warna-warni di atas lembar putih sejarah kehidupan kita. Warna warni kehidupan yang begitu berimbang yang telah diberikan oleh Sang Maha Pencipta kehidupan ini.

Rasanya lelah dan menyakitkan memang ketika kita berjumpa dengan suatu masalah yang tidak pernah kita sukai, dan masalah itu pun muncul karena ulah jahatnya lidah berucap. Rasanya lelah memang. Saat ujian hidup dirasa tak ada hentinya. Walau jiwa dan raga sudah semaksmimal mungkin mencari solusi dari setiap ujian yang menimpa.

Namun, sadarkah kita?? Ketika masalah menerpa, di balik itu semua banyak tersimpan hikmah, dan pembelajaran hidup menuju proses pendewasaan diri.

 Tergantung kita memandang ke arah mana dari setiap masalah dan ujian yang menimpa?? Negatif? Ataukah, positif??

Kekuatan yang paling ampuh ketika kita menghadapi sebuah masalah, kesedihan, ujian, penderitaan, hanyalah SABAR dan IKHLAS diiringi dengan DOA.

Ingatlah Sahabat bahwa sesungguhnya bukan sabar jika masih terbatas ruang dan waktu. Bukan ikhlas jika kita tak pernah diuji. Dan hanya doa yang akan menguatkan diri dan hati saat ujian datang menimpa. 

Percayalah!! Ketika kesabaran, keikhlasan, dan do`a kita ini digali melebihi dalamnya lautan, maka, keberkahan untuk kita pun seperti laut beserta isinya.

Hidup ini terlalu singkat nan sesaat jika hanya kita lukis dengan satu warna. Maka lukislah perjalanan hidup ini dengan berbagai warna, dan biarkan hidup ini menjadi berwarna warni. 

Melangkah Menggapai Impian

3/06/2019 05:29:00 AM 0 Comments


Sejatinya, aku sedang melangkah. Menuju gerbang impian yang sejak bertahun kebelakang telah ku goreskan.

Entah, kapan kaki ini akan menginjak garis finish pada impian itu. Aku tak pernah tahu. Karena hanya Allah yang memegang kunci izin itu. Yap! izin untukku sampai ataukah masih harus melangkah dengan sabar dan gigih. Karena hal yang selalu aku yakini adalah aku pandai berencana, tetapi Allah yang Maha Menentukan. Karena, siapa lah aku? Hanya manusia biasa yang hanya mampu berencana, lalu berikhtiar mewujudkan apa yang aku impikan.

Namun Allah? Dia adalah Maha Segalanya. Maha Baik, Maha Pemberi yang terbaik. Allah selalu memberikan apa yang sesungguhnya aku butuhkan. Allah yang akan memberikan segala hal terbaik menurut-Nya. Seindah apapun rencanaku, segigih apapun usahaku, sekeras apapun perjuanganku, jika kata Allah "Belum hari ini aku berikan impianmu menjadi nyata, nanti, bersabarlah, dan teruslah berusaha," maka aku bisa apa? 

Salahku beberapa waktu lalu, aku pernah berhenti melangkah. Merasa putus asa. Berpikir untuk menyudahi langkah menuju impian itu. Membiarkan apa yang aku impikan hanya sekedar impian. Tapi ternyata, aku tak benar-benar bisa menyudahi apa yang telah aku mulai. Cara satu-satunya adalah aku harus tetap melangkah. Hingga nanti aku tiba pada impian yang aku tuju. Bukan kah hasil tak pernah membohongi proses? Bukan kah Allah Maha Melihat segala usaha kita? Dan bukankah Allah pula yang selalu memberikan kemudahan bersama kesulitan?

~~~
Ayolah melangkah!

Teruslah berusaha!

Wujudkan impianmu itu!

Jangan berikan alasan untukmu berhenti di tengah jalan!

Jika kau berhenti melangkah hari ini, bisa jadi sebenarnya esok akan kau jemput impian itu. Tapi karena kau berhenti, maka tak akan pernah nyata kau jemput impian itu!

Ayolah! Kau mampu mencapai impian mu itu!
~~~

Kalimat-kalimat itu selalu aku gemakan dalam hati dan pikiran. Agar aku tak lelah mencoba. Tak lelah melangkah. Tak lelah berusaha. Walau nyatanya sesekali waktu aku masih memberikan jeda untuk beristirahat. Mengumpulkan kembali kekuatan dan itikadku. Menggemakan kembali kalimat yang menjadi energi untuk ku terus melangkah. Bukankah Allah telah berjanji dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 bahwa Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 
Maka seharusnya tak ada alasan lagi bagiku untuk berdiam diri. Aku harus terus berusaha mencapai apa yang aku impikan. 

Bahkan, seorang Thomas Alfa Edison pun harus mengalami ribuan kegagalan terlebih dulu untuk menggapai impiannya membuat terang dunia. Maka apa yang baru aku alami belum ada apa-apanya. Dan tentu akan aku iringi setiap langkah menuju impian itu dengan doa kepada-Nya. Allah yang Maha Mendengar dan Maha menjawab segala permohonan. Karena Allah telah berfirman : Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.  (QS. Al-Mukminun: 60).

Bukankah janji Allah Maha Benar? Jika bukan bersandar dan memohon kepada-Nya, maka mau kepada siapa lagi aku berharap agar impianku kelak menjadi nyata? Dan aku yakin, sebuah impian tak akan tergapai begitu saja. Butuh ekstra doa dan perjuangan yang tak kenal lelah dan putus asa untuk menggapainya.

Ingatlah wahai diri, Allah selalu melihat setiap langkah usaha ini, dan selalu mendengar apa yang dibisikkan kepada-Nya. Dan Allah pula yang akan mewujudkan setiap impian yang sedang dituju. Bismillah! Yakinlah bahwa diri ini mampu!!

Jumat, 01 Maret 2019

Ciptakanlah Bahagiamu!

3/01/2019 10:20:00 AM 0 Comments
Jangan iri melihat bahagianya orang lain saat ini. Karena kamu tak tahu sudah berapa duka yang ia lewati. Dan seberapa besar kesedihan yang ia sembunyikan.

Ciptakanlah bahagiamu sendiri!

Karena hal yang seringkali terjadi adalah ketika seseorang merasa dirinya paling merana, paling sedih, paling susah, dan tidak memiliki kebahagiaan seperti orang-orang yang ia lihat di kehidupan nyata maupun di dunia maya. Merasa tergoda dengan anak-anak muda yang menjadi selebgram. Merasa teruji dengan mamakgram (sebutan untuk mak emak aktif di instagram) yang terlihat sangat bahagia, sedangkan kita tidak bisa.

Duhai diri!

Sadarlah. Bahwa bahagia itu bukan melihat standar orang lain. Bukan bersandar pada sosok ideal bagi pikiran orang lain.

Bahagia itu dekat! Bahagia itu tercipta ketika kamu menciptakan standar dirimu sendiri untuk bahagia. Ketika kamu mampu menciptakan sesuatu yang ideal versi kamu. Bukan versi orang lain. Dan bahagia itu adalah ketika kamu mampu bersyukur atas apa yang kau miliki saat ini, tanpa membandingkannya dengan orang lain.

Jika hanya ada kecewa dan duka ketika sibuk menatap kebahagiaan orang lain, mengapa tak kau sibukkan diri saja menciptakan bahagiamu?

Bukankah setiap manusia itu berhak untuk bahagia??


Kamis, 05 April 2018

Tak Usah Merasa Paling

4/05/2018 09:52:00 PM 0 Comments
Assalammualaikum...haaii sahabat..
Bagaimana kabarnya hari ini?
Semoga selalu sehat.. Dan selalu bahagia.. :)

Sahabat, pernah gak sih merasa "Paling bahagia," atau mungkin merasa "paling sengsara." Sehingga seringkali membuat kita merasa sombong terhadap apa yang kita miliki, atau membuat kita lupa bersyukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan.


Aku pernah!! (Jujur aja ini sih.. hahaha.. Astaghfirullah.). Dan pasti kebanyakan orang seperti itu. ada yang merasa paling baik, merasa paling bahagia, merasa paling menderita, merasa paling berat mendapatkan beban hidup, merasa paling kaya, dan merasa paling paling yang lainnya.


Dan memang pada kenyataannya banyak orang yang seperti itu.

Merasa tak punya uang serupiah pun dalam dompet (padahal di celengan atau di bank masih punya simpenan), lalu merasa menjadi orang yang "susah" banget. Padahal ternyata, di luar sana, masih ada orang yang hidupnya bener bener lebih susah. Mungkin, yang namanya "memiliki simpanan dalam celengan" hanya menjadi angan-angan belaka.

Merasa menjadi anak yang paling menderita lantaran tiap pagi dibangunin tidur sama emak pake teriakan yang nyaringnya melebihi priwitan tukang parkir! (Hahaha,, oke, ini sih lebay!!). Padahal disekitar kita mungkin aja ada yang sangat menderita lantaran gak pernah ketemu sama emaknya sejak kecil.


Atau, ada orang yang merasa paling berduit karena baru bisa beli mobil secara cash. Dia pamer sana sini. Padahal ternyata, ada orang yang lebih berduit, yang bisa mampir ke luar negeri kapanpun dia mau tapi diam-diam aja tuh!


Ya!! dan masih baaaanyaaak lagi contoh kasus disekitar kita yang bisa diperhatikan dengan seksama untuk diambil hikmahnya.


Tak usahlah kita merasa paling menderita hanya karena orangtua telat kirim uang untuk bayar kost, atau hanya karena si doi pergi begitu saja tanpa kabar tau-tau sudah nikah dengan pilihan hati yang lain, atau hanya karena hal-hal sepele lainnya.


Tak usah pula merasa paling bahagia, paling jemawa, paling memiliki segalanya hanya karena memiliki materi ber-jut-jut, atau ber-eM-eM.

Karena kita tak pernah sadar, bahwa disekitar kita sejatinya masih ada yang jauh dibawah kita, jauh lebih menderita dari kita. Atau bahkan ada yang lebih bahagia dari kita walaupun tak punya materi sama seperti kita.

Bahagia dan bersedihlah secukupnya. Tak perlu merasa paling. Karena dari kebahagiaan dan kesedihan yang kita rasakan, pasti ada orang lain yang sedang merasa lebih bahagia atau lebih menderita.

:)