Sejak akhir tahun 2019 lalu, kita tahu wabah Corona ini ramai menjadi pemberitaan di media masa. Karena virus covid-19 ini diketahui penyebarannya sangat cepat sekali. Saat itu yang baru terkena adalah Cina, khususnya di Wuhan. Lalu kemudian menyebar ke berbagai Negara. Indonesia menjadi salah satunya saat ini.
Saat awal terjadinya Corona di Wuhan, ada diantara kita yang merasa sangat amat khawatir, bertanya-tanya "bagaimana nanti kalau virus itu masuk ke Indonesia?" Ada yang prihatin dengan keadaan masyarakat yang terkena dampak virus ini. Tapi tak sedikit pula yang berpikir dan berkata, "Rasakan deh tuh! Kena adzab dari Allah tuh. Akibat orang Cina bla..bla..bla.." Astaghfirullah. Padahal penduduk sanapun banyak dari saudara-saudara kita yang seiman dan sebangsa. Lagi pula, sejak kapan kita jadi asistennya Allah yang berhak menghakimi seperti itu?
Awal Maret bapak Presiden menginformasikan bahwa betul ada dua orang WNI positif terkena virus corona. Kabar tentang dua orang WNI positif Corona tersebut tersebar luas dengan cepat. Kita mulai panik. Apa yang ditakuti menjadi nyata. Sebagian orang sudah menduga dan mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari. Namun sebagian, panik bukan main! Lantas, masih adakah yang mau berperan sebagai asisten Allah? Menghakimi ini salah fulan, ini salah fulanah. Ini akibat kecerobahan fulan, ini akibat kejahatan fulana. Dan seterusnya!
Maret belum berakhir, namun data sudah menyebutkan bahwa warga negara Indonesia yang positif terkena virus ini 137, yang dinyatakan sembuh 8 orang, dan yang meninggal 5 orang. Ketakutan dan kepanikan kian menjadi! Penyebarannya begitu cepat. Walau hanya lewat sentuhan. Permasalahannya, kita tidak pernah tahu yang menyentuh atau yang disentuh kita apakah carrier virus tersebut?
Penyebaran virus yang begitu cepat ini membuat pemerintah dari taraf Nasional, provinsi, bahkan kota setempat mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan warganya selama 14 hari kedepan. Demi memutus mata rantai penyebaran virus ini.
Semua dari kita diminta meminimalisir keluar rumah kalau memang tidak terlalu penting, menghindari tempat-tempat yang ramai orang. Anak-anak yang sekolah, juga para mahasiswa diminta belajar dari rumah. Namun sedihnya, masih banyak diantara kita yang tidak paham dengan kebijakan diliburkan segala agenda pembelajaran.
Ah, ngapain harus takut bepergian. Mati mah urusan Allah. Tanpa terkena virus itu kita juga bakal mati!
Begitu kilah warga-warga yang agak sulit diajak kerja sama. Betul!! Urusan kapan kita mati itu ditangan Allah. Tapi kita sebagai manusia yang mampu berikhtiar untuk menjaga dan menahan diri, harus berikhtiar sedemikian rupa untuk membantu diri ini ataupun orang lain agar tidak terkena dampak dari virus ini. Kalau kita bisa menjaga kenapa harus mengorbankan diri sendiri dan juga orang terdekat? Bahkan Rasulullah pun pernah bersabda:
وَعَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:إذَا سمِعْتُمْ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإذَا وقَعَ بِأَرْضٍ، وَأَنْتُمْ فِيهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا متفقٌ عليهِ.
Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda : "Apabila kalian mendengar penyakit Tha'uun pada suatu daerah, maka jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didalamnya, maka jangan kalian keluar." (Muttafaq 'alaih)
Sudah sangat jelas sekali bukan pesan sang baginda Nabi? Maka berkaitan kebijakan libur yang diberikan sejatinya bukan untuk liburan. Senang-senang. Jalan-jalan. Pulang kampung. Kita diminta rehat sejenak di rumah. Kita diminta untuk saling bekerja sama meminimalisir penyebaran virus ini. Sebagai bentuk ikhtiar kita. Dan anggap saja ini waktunya untuk me time, or family time. Selalu ada sisi positif disetiap musibah yang datang.
Saat virus ini datang dan merebak ke belahan bumi Indonesia, kita pun tak sepatutnya panik dan takut berlebihan. Sangking takutnya, kita lebih takut mati karena dampak virus ini daripada takut mati karena belum punya bekal yang cukup untuk pulang. Jangan sampai kita lupa bahwa yang menggenggam nyawa kita adalah Allah. Dzat Maha Pencipta. Terkena atau tidak terkena virus ini, kita tetap akan mati. Entah kapan, dimana, dan bagaimana caranya. Namun ingat, walau demikian bukan berarti kita bisa ngeyel seenak hati dan kaki kita melangkah tanpa peduli untuk ikhtiar, menjaga dan melindungi diri agar terhindar dari virus ini.
Virus corona datang, merebak ke seluruh belahan bumi, termasuk Indonesia saat ini tentu semua sudah ada dalam ketetapan Allah. Tak ada segala sesuatu pun terjadi di bumi ini tanpa izin Allah. Lihatlah firman Allah;
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi, dan tidak pula pada diri kalian sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh al- Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah," (QS Al-Hadîd [57]: 22).
Apapun yang terjadi sekarang dengan Indonesia kita, dengan bumi ini semua sudah Allah tuliskan bahkan jauh sebelum kita ada di dunia ini.
Jangan panik kawan! Jangan takut! Yuk kita cari sisi positif dari datanganya virus corona ini ke negri kita.
Mungkin datangnya virus ini sebagai tanda kasih sayang Allah buat kita yang sedang jauh dari-Nya untuk mendekat, yang sudah dekat untuk semakin merapat. Mungkin Allah rindu rintihan betapa lemah tak berdayanya kita hanya dengan hadirnya si makhluk kecil ini. Mungkin Allah ingin menyadarkan kita betapa waktu kita selama ini habis terlalu banyak untuk hal duniawi. Hingga melupakan kita dari berdzikir. Allah inin kita lebih banyak berdzikir, meminta perlindungannya. Mungkin, Allah terlalu sayang kepada kita para orangtua yang telah memberikan tanggungjawab pendidikan anak-anak kita kepada sekolah. Allah ingin saat ini kita terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak kita. Walau hanya beberapa hari kedepan. Mungkin, Allah ingin membuat kita rehat sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan, atau beban tugas demi tugas kuliah. Allah ingin kita menikmati waktu bersama anak-anak ataupun orangtua kita.
Banyak sekali kemungkinan hal positif di balik merebaknya virus corona dan diliburkannya segala kegiatan di luar rumah selama dua pekan ini. Kemungkinan hal-hal positif yang kita dapatkan semua tergantung bagaimana kita berpikir dan menemukan hikmah dari semua yang terjadi ini.
Jangan panik kawan! Kita tak perlu merana karena si corona datang ke Indonesia, tapi kita pun tak boleh jumawa walau tak kena si virus corona.
Kuatkan iman. Kuatkan imun. Virus corona ini pasti berlalu dan berakhir atas izin Allah. Bersabarlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar