Rabu, 04 Juni 2025

Hari Ini Aku Memilih Diriku Sendiri

Cinta yang seperti apa lagi yang harus aku percaya? Ketika orang yang sangat aku cinta, bisa dengan mudahnya mengkhianati. Kepercayaan seperti apa lagi yang harus ku bangun tinggi? Jika ternyata, orang yang membangun kepercayaan bersamaku, justru ia yang menghancurkannya tanpa bersisa.
Kerinduan seperti apa lagi yang harus ku rapalkan dalam sunyinya malam, ketika seseorang yang sangat aku rindukan bisa dengan mudahnya mengabaikan segala perasaan dan pengorbananku.

Rasanya sakit!
Rasanya terlalu limbung aku menghadapi ini!

Aku mencoba menambal hatiku dengan harapan, tapi harapan itu rapuh, ia mudah retak oleh kenangan-kenanganmu yang datang tanpa izin.
Aku pernah percaya, bahwa cinta adalah tentang bertahan dan saling menggenggam, bukan tentang siapa yang paling dulu melepaskan. Tapi kamu justru menghancurkan percaya itu, menjadikan aku seperti rumah yang tak layak pulang, seperti tumpuan yang tak lagi kau butuhkan.
Kini aku tak lagi menanti. Bukan karena rasa ini mati, tapi karena aku memilih untuk mencintai diriku sendiri lebih dulu. Sebab dari semua kehilangan, yang paling perih adalah kehilangan diriku saat memperjuangkanmu.
Dan jika suatu hari kamu bertanya, mengapa aku tak lagi ada di tempat yang sama— jawabannya sederhana: aku lelah berlari dalam lingkar luka yang kamu ciptakan sendiri.
Aku pernah menatapmu dengan begitu percaya bahwa kamu berbeda, tapi nyatanya aku salah menilai. 
Jika kamu pernah melihatku yang paling berisik di hari-harimu, hari ini aku memilih diam, bukan karena tak peduli. 
Aku hanya mulai belajar bahwa tidak semua yang kita perjuangkan harus kembali. Bahwa tidak semua yang diharapkan adalah yang terbaik. 

Aku lelah dengan cukup terluka, dan kini aku ingin sembuh. 
Aku tak ingin lagi menyalahkan siapa pun, juga tidak ingin terus bertanya pada semesta.

Mungkin ini bukan akhir yang kuharapkan, tapi ini adalah akhir yang harus kuterima dan ku jalani. Seperti kamu, yang sudah terus melangkah melanjutkan hidup dan bahagia. 

Dan meskipun namamu tak lagi ku pinta dalam doa, tapi aku tetap mendoakanmu… diam-diam, dalam hati yang perlahan belajar ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar