Jumat, 10 April 2020

Sepertinya!

Saat mata memandang potret dirinya
Saat telinga mendengar kisah demi kisahnya
Kala hati mencoba ikut merasakannya
Di saat ia tak lagi ada
Alam pikiran membawa memori memori masa lalu saat bersamanya
Kehadapanku dengan begitu nyata.
Aku mulai berbisik dalam diam

Aku ingin sepertinya.

Sanggup merasakan lelah, yg mungkin bisa beratus kali lipat dari rasa lelah yang orang lain rasakan
Memberikan kasih sayang juga perhatian yang tulus untuk ummat
‎ Menjadikan ladang dakwah dimanapun ia berdiri sebagai bekal untuk berpulang
‎ Memberikan karya terbaik sebelum berjalan menuju negri abadi
‎ Meninggalkan jejak yang indah di ingatan siapa saja

Aku ingin sepertinya

Seperti ia yang tak peduli peluh hingga darah yg menetes
Demi memberikan yang terbaik bagi ummat dan agama ini
‎ Mencintai anak-anak yang tak ada ikatan darah dengannya
namun ia mencintai juga menyayanginya layak anak sendiri
‎Seperti ia yang amarahnya adalah bentuk cinta dan kasih sayang

‎Namun tanya dalam benak
mampukah aku?

Melawan Lelah hingga rasa lelah itu menjadi lelah melekat padaku
Melakukan kebaikan demi kebaikan
Hingga aku lupa sudahkah aku melakukan kebaikan-kebaikan itu?
Bekerja dan berkorban dengan tetesan peluh hingga darah yang ku punya
Tanpa ada hitungan matematika duniawi


Mampukah aku?

Entah. Jawab dari penjuru hati kecil

Aku hanya tahu, bahwa diri ini ingin sepertinya

Seperti ia sang lelaki cinta pertamaku
Lelaki yang darahnya mengalir dalam tubuhku
Lelaki yang selalu mencintaiku tanpa syarat dan tanpa pamrih
Sosok pejuang paling nyata dan paling dekat dihadapanku

Aku ingin sepertinya

Seperti ia yang menutup usianya dengan senyuman abadi
Senyuman penuh kedamaian, yang memancarkan makna
"Aku pulang. Waktu ku sudah selesai di sini. Lanjtkanlah estafet dakwah ini. Aku yakin, kamu bisa."

Ah, aku tak begitu yakin. Namun aku ingin sekali sepertinya.

Seperti ia, lelakiku, yang ku panggil Abi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar