Saat telinga mendengar kisah demi kisahnya
Kala hati mencoba ikut merasakannya
Di saat ia tak lagi ada
Alam pikiran membawa memori memori masa lalu saat bersamanya
Kehadapanku dengan begitu nyata.
Aku mulai berbisik dalam diam
Aku
ingin sepertinya.
Sanggup merasakan lelah, yg mungkin bisa beratus kali
lipat dari rasa lelah yang orang lain rasakan
Memberikan kasih sayang juga perhatian yang tulus untuk ummat Menjadikan ladang dakwah dimanapun ia berdiri sebagai bekal untuk berpulang
Memberikan karya terbaik sebelum berjalan menuju negri abadi
Meninggalkan jejak yang indah di ingatan siapa saja
Aku ingin sepertinya
Seperti ia yang tak peduli peluh hingga darah yg menetes
Demi memberikan yang terbaik bagi ummat dan agama ini
Mencintai anak-anak yang tak ada ikatan darah dengannya
namun ia mencintai juga menyayanginya layak anak sendiri
Seperti ia yang amarahnya adalah bentuk cinta dan kasih sayang Namun tanya dalam benak
mampukah aku?
Melawan Lelah hingga rasa lelah itu menjadi lelah melekat padaku
Melakukan
kebaikan demi kebaikan
Hingga aku lupa sudahkah aku melakukan
kebaikan-kebaikan itu?
Bekerja dan berkorban dengan tetesan peluh hingga darah yang ku punya
Tanpa ada hitungan matematika duniawi
Mampukah aku?
Entah. Jawab dari penjuru hati kecil
Aku hanya tahu, bahwa diri ini ingin sepertinya
Lelaki yang darahnya mengalir dalam tubuhku
Lelaki yang selalu mencintaiku tanpa syarat dan tanpa pamrih
Sosok pejuang paling nyata dan paling dekat dihadapanku
Aku ingin sepertinya
Senyuman penuh kedamaian, yang memancarkan makna
"Aku pulang. Waktu ku sudah selesai di sini. Lanjtkanlah estafet dakwah ini. Aku yakin, kamu bisa."
Ah, aku tak begitu yakin. Namun aku ingin sekali sepertinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar