Bintang Kecil dan Rembulan Terang

Aku permah, menjadi bagian dari gemintang di langit malam, untuk sekadar menemani rembulan yang kesepian dan sendiri

Kau tahu?
Aku mungkin terlihat dekat, tapi sejatinya jarak yang terbentang begitu jauh.
Sebelum akhirnya ia yang mendekatkan jarak itu.
Ya! Rembulan itu mendekatiku. Memilihku menjadi bintang paling terang dan istimewa diantara yang lainnya.
Memangkas semua jarak yang menjauhkan .
Aku hanya ingin bersamamu dan disampingmu, begitu katanya.
Saat sebuah tanya mengapa kulayangkan padanya, ia menjawab;
karena kamu adalah bintang paling terang yang sungguh mengagumkan.
Bersamamu aku merasa nyaman dan bahagia.

Rembulan...
Begitu ku memanggilnya.
Ribuan detik berlalu dan aku begitu setia mendampinginya.
Bersama menikmati langit pekat, dinginnya udara yang berembus, dan mega-mega yang beriringan  di setiap malam menjelang

Hingga datang hari dimana ia tak terlihat lagi di tempat biasanya.
Ia ada, tapi tak lagi menghampiriku
Ia terlihat, namun enggan menyapaku
Perlahan, ku lihat ia mulai berpaling.
Mencari gemintang lain yang lebih terang untuk menemaninya menghabiskan waktu bersama

Jarak itu kembali terbentang begitu jauh
Aku tersadar bahwa ternyata aku bukanlah satu-satunya bintang yang mengagumkan untuknya
Dengan tatap nanar serta hati yang begitu terluka, ku biarkan ia membentangkan kembali jarak itu
Ku biarkan ia mencari bintang yang lain untuk bahagianya

Walau api membara menghitamkan asa, muncul dari sinar mata yang menyala
Aku mengutuknya dengan segala sumpah serapahku, namun hanya lidah kelu yang rindu
menagih janji dalam diam, menggugat semua kata yang telah terucap
Meracau dalam irama kebodohan yang melantunkan kecamuk dendam yang merindu

Namun apalah dayaku?

Kau lah Rembulan terang, aku hanyalah bintang kecil tertutup awan
Kutitipkan air mataku dalam gumpalan mega malam yang menghitam
Yang jelas tak akan terlihat saat sinarmu terang bersinar menawan
aku marah. Aku sedih. Aku benci. Tapi aku sangat merindukanmu, Rembulan.