Hai ... apa yang sedang kaupikirkan? Kenapa aku melihat banyak banget benang kusut dalam dirimu?
Hhh ... sebelum kujawab, boleh gak kubertanya? Bagaimana perasaanmu sebenarnya? Bisakah kamu jujur dengan perasaanmu sendiri?
Ah ... pertanyaan apa ini?
Hahaha ... jujur? Terhadap rasa yang hadir pada diriku? Bagaimana kumampu jujur atas rasa yang tercipta ini, sedang dia, sebagai logika, sering kali mencekalnya! Hhf ... bagaimana aku harus mengatakannya? Tiap kali detak rasa ini hadir, aku selalu 'tak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan logika. Aku ... dan logika ... seringkali berada pada persimpangan jalan untuk memilih. Tidak jarang, pilihan kami 'tak searah.
Tuhan ... aku terlalu banyak keinginan dalam memilih ketika keraguan terus saja mengetuk dada atau bahkan menari dalam logika.
Pertama ... aku ingin memilih untuk mencintai, namun logika memintaku untuk menghentikan getar cinta itu.
Kedua ... aku ingin memilih untuk memiliki, namun logika menyadarkanku bahwa tidak ada satu hal pun di bumi ini yang mampu kumiliki.
Ketiga ... aku ingin memilih untuk setia, namun logika menghadirkanku memori tentang patah yang begitu menyakitkan sebagai pengujinya.
Keempat ... aku ingin memilih berbagi rasa, namun logika menyanjungku, ia mengatakan bahwa aku 'tak akan mampu melakukan itu.
Kelima ... aku ingin memilih untuk tetap merindukannya, namun logika mengingatkan tentang betapa sesak dan sakitnya disaat memilih jalan itu.
Keenam ... aku ingin memilih jatuh cinta padanya, yang memberikan bahagia dengan cara yang berbeda, namun logika dengan keras melarangku untuk jatuh cinta padanya.
Lalu terakhir ... aku ingin memilih untuk menikmati rasa cemburu yang tertuju kepadanya, namun lagi-lagi logika mengingatkanku, bahwa aku' tak memiliki hak apa pun untuk cemburu kepadanya.
Setiap kali kuhadir pada persimpangan keinginan itu, pada akhirnya aku kalah! Kalah pada setiap pilihan logika yang aku rasa memang lebih banyak benarnya. Walau kemudian, aku harus berjalan tanpa mengerti apa yang sesungguhnya kurasa dan kumau.
Karena terlalu banyak aku menuruti logika. Terlalu sering aku mengalah pada pilihannya. Hingga kemudian, aku tak mampu benar-benar mengerti dengan rasa yang kumiliki.
~~~~~~~
17 Juli 2023
Karya Wildah Rahmi
Editor : Rizki Satria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar