Dalam
sepi ... dan sendiri ... pada masa itu…
Aku
menemukanmu—pada potret yang pernah kurekam
Memikat
... sempurna ... itulah yang hadir dalam pikiranku
Aku
mencoba menampikkan kalimat, "jatuh cinta, pada pandangan pertama"
Namun
sayangnya, hatiku selalu bergetar tatkala menatap paras cantikmu, mendengar
merdu suaramu; serta
Langkah
kakiku 'tak mampu untuk menjauhi dirimu
Aku
mencari cara untuk tetap melangkah, hingga akhirnya … cinta yang kupendam membawaku
sampai padamu
Dalam
cinta yang begitu merekah utuh
Hanya
satu nama yang kini aku tuju—yaitu kamu
Aku
merapal namamu pada gugusan pinta yang kulangitkan kepada-Nya
Karena,
aku hanya menginginkan namamu yang menemaniku—di dunia hingga ke surga
Kuhalau badai yang menghalangi langkah
Hingga
akhirnya aku berhasil membawamu kedalam istana yang ku bangun
Harapku
tetap sama, genggaman tanganmu mampu ku rasa hingga ke negeri abadi
Namun
dalam realita, pintaku 'tak pernah menjadi nyata
Ada
harapan kita yang hanya berhenti pada batas asa
Ada
belati yang tanpa sadar kutancapkan begitu dalam ke relung hatimu yang penuh
cinta
Menyayat
kemurnian cinta; hingga menggores dinding percaya
Luka itu
terlalu dalam kupahat dalam dada
Hingga
kata maaf 'tak akan mampu mengobati segala torehan luka
Dalam
peluk penyesalan serta hati yang begitu patah
Aku
melepasmu dengan begitu nelangsa dan pasrah
Aku
membiarkan sesak mengimpit dalam dada
Menjadikan
sesalku adalah kecewa yang paling nestapa
Kini ...
kerapuhan telah mengiringiku dalam tiap jejak-jejak langkah
Sejak kau
terlepas dan 'tak lagi menjadi sayap kehidupanku yang merekah
Kebodohanku
'tak mampu menjaga kesucian cinta yang telah engkau bina; dan
Aku ...
kini telah celaka atas apa yang dunia sebut—dengan karma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar