Sabtu, 11 Mei 2024

Cinta Sahabat

 


Banyak orang mengatakan, antara kita tak mungkin selamanya menjadi sahabat. Tak mungkin rasa yang kita punya hanya berhenti di batas rasa sayang. Tak mungkin jika di antara kita tak ada percikan cinta. Lalu aku, dengan segala ego dan atas nama harga diri, berjuang ingin membuktikan bahwa ucapan mereka salah. Aku selau berusaha membuktikan bahwa kita memanglah sepasang sahabat yang saling menyayangi, dan tak akan pernah ada percikan api cinta yang merusak ikatan persahabatan kita.

Namun, seiring waktu berputar egoku mereda, harga diri ku pertaruhkan. Hatiku lelah untuk terus berpura-pura menyayangimu hanya sebagai sahabat. Aku letih dengan terus menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya. Aku pun jengah dengan selalu memadamkan percikan api cinta yang selalu hadir saat sedang bersamamu.

Jujur, aku terlena dengan segala perhatianmu. Aku terbuai dengan segala sikap bergantungnya kamu. Aku merasa menjadi satu-satunya orang yang selalu bisa kau tuju kapanpun kau mau, dan butuhkan. Maka, aku berpikir, mustahil jika bibit cinta itu tak tumbuh dalam hatimu.

Dengan rasa percaya diri yang membuncah, ku datang menghampirimu dengan membawa sebuket cinta dalam hati, beserta pernyataan cinta yang telah ku susun rapih di balik lisanku yang kelu saat berhadapan denganmu. Lalu dengan beraninya, ku suarakan pernyataan cinta yang telah ku susun dan ku simpan selama ini untukmu. Berharap, kau menjawab dengan rasa yang sama.

Ternyata harapanku salah! Aku terlalu tinggi bermimpi bahwa cinta sebagai sahabat dalam hatimu akan berubah sepertiku. Pernyataanku dijawab olehmu dengan menghadirkan seseorang yang kemudian kamu perkenalkan sebagai kekasih. Kamu berlagak bahwa selama ini orang yang paling mengerti dan selalu ada untukmu adalah dia yang kau sebut pujaan hatimu. Sikapmu seolah memaksa langkahku untuk kembali mundur agar tak melebihi batas kata sahabat.

Mungkinkah percikan api cinta ini hanya hadir padaku saja? Ataukah sesungguhnya percikan itu kau rasakan juga, namun kau hanya takut mengungkapkan apa yang sebenarnya dirasa? 

Argh!! Bermacam pertanyaan konyol mulai bermain dalam benak. Mencipta tawa getir di balik air mata yang tersembunyi pada aliran hujan yang mengguyur sekujur badan. Hingga kemudian membuatku tersadar bahwa semua rasa cinta yang hadir telah mendatangkan kecewa juga rasa bersalah pada persahabatan yang telah kita bangun bertahun lamanya. 

Salahkah cinta sahabat yang telah tumbuh merekah dalam hati ini? Salahkah jika aku harus jatuh cinta pada sahabatku sendiri??

Terlepas benar atau salah dari rasa yang tercipta ini, aku hanya ingin kamu memaafkanku. Tetap menerimaku dalam kehidupanmu. Tetap menjadikan aku tempat kembalimu, ketika kamu sudah tidak lagi bersamanya, atau di saat kamu ingin bercerita tentang suka duka saat kamu bersamanya. Karena sebenarnya aku tak ingin kamu pergi dengan membawa benci padaku, dan kemudian melupakan persahabatan kita yang telah terbina bertahun lamanya. Sedangkan aku di sini, terkoyak oleh perasaan cinta kepada sahabat yang tak akan pernah kunjung terbalas.

<><><><>

bs; menepi, instrumen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar