Selasa, 28 Mei 2024

Lelaki Bermental Baja

Lelaki bermental baja. Ku sebut dirinya seperti itu. Karena telah banyak cerita perjuangan yang ku yakini bahwa akupun tak akan pernah sanggup menjalani hari-hari seperti apa yang telah dilewatinya; kehilangan ayah di usia yang masih sangat belia, membantu ibu yang harus menghidupi keluarga, di saat yang sama pula dirinya harus berjuang untuk tetap melanjutkan pendidikan demi menggapai impiannya. Impiannya tergapai, namun perjuangannya tak berhenti di sana. Dirinya terus berjalan di atas koridor yang menyuarakan kebaikan. Hari-harinya selalu bising dengan rencana, target, juga aksi penyiaran kebaikan. Detak waktunya selalu sibuk memikirkan orang lain, memikirkan pendidikan anak-anak negeri yang tak mampu melanjutkan karena terhimpit ekonomi. Hingga pernah aku begitu cemburu dengan sikapnya. Dan ia hanya berkata, "kamu belum paham. Akan tiba waktunya kau mengerti kenapa semua ini harus dilakukan." Lalu aku hanya bisa terbungkam mendengar kalimat yang meluncur darinya.

Semangatnya selalu ku apresiasi sekaligus membuatku iri. Namun ku cukup sadar diri, bahwa mentalku belum sebaja miliknya. Lelaki bermental baja itu, ku panggil dengan sebutan; Ayah.
Ya. Setiap kali ada yang bertanya seperti apa ayahku, maka akan ku jawab, bahwa dia adalah manusia bermental baja. Tak mudah rapuh! Tak mudah goyah, apalagi menyerah.
Ayah, mirisnya anakmu ini ternyata tak bisa mengikuti jejak langkahmu. Padahal berkali-kali kau berpesan bahwa aku tak boleh menjadi seseorang yang mudah menyerah. Sayangnya, di saat aku begitu rapuh dan membutuhkan peluk semangat darimu, saat aku butuh pelajarn hidup agar mampu sekuat dirimu, kau telah tertidur berselimut tanah. Mungkin sedang menikmati hasil kebaikan-kebaikan yang selama ini kau tanamkan. Mungkin kau sedang menikmati tempat peristirahatan mu yang menjelma menjadi taman surga.
Ayah, padahal kau belum sempurna membangun mentalku untuk kuat sepertimu. Dan aku kini harus memaksa langkahku untuk tetap tegap walau tanpamu. Meski mentalku tak sebaja milikmu. Maafkan aku, jika sekali waktu aku lelah dan merasa ingin menyerah. Karena sungguh, aku tak bisa seperti mu, Ayah, lelaki bermental baja yang selalu ku rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar