Langit mulai menurunkan tirai gelapnya, menyelimuti sepi dan heningnya malam yang penuh kegundahan pada isi kepala yang begitu ributnya. Runtuh! Gelap! Tak tau arah! Itulah yang ku rasa sejak hati dan harapanku dihancurkan oleh realita. Terengah aku melangkah tak berarah. Mencari sandaran demi mendapatkan tenang. Namun tak juga ku dapatkan.
Logikaku telah menekan segala perasaan yang datang mengacaukan isi kepala. Ia telah berteriak menyadarkan bahwa ini adalah dunia dengan penuh tipu daya. Memintaku menyadari bahwa seringkali kenyataan tak sejalan dengan harapan. Namun rasa kecewa ini begitu menusuk dinding hati, menggores luka dengan begitu perih. Seakan membuatku hancur tak berdaya untuk menghadapi sebuah kenyataan.
Wahai sang penenang di kala duka, dimanakah kamu? Tertidur atau tertawakah kamu melihat keadaan ku saat ini?
Dimanapun dan apapun yang kamu lakukan di sana, kupastikan kamu sedang melihatku dari kejauhan. Kau sedang menyaksikan bagaimana aku dicabik dan dihancurkan oleh pengharapanku sendiri. Namun kau lebih memilih diam, berlagak tak melihat aku yang begitu patah dan hancur. Tak peduli dengan apa yang kini sedang ku hadapi. Kau berlagak seolah aku bukanlah bagian darimu. Padahal dirimu begitu ku butuhkan. Meski untuk sekedar mendengarkan keluh kesah emosi dan rasa penyesalanku.
Biarlah, kini ku berjalan tak berarah. Menikmati sakitnya dihancurkan oleh pengharapan. Meski ku tahu, kelak segala cerita hari ini akan menjadi kenangan yang bahkan dapat ditertawakan. Setidaknya, saat ini aku mampu mendapat hikmat dari setiap apa yang telah terpahat dari-Nya. Meski ku harus berjalan dengan langkah tak berarah.
~~~
Created by: Jufa&Rahmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar