Selasa, 29 September 2020

Perjodohan Terindah (Bagian 3)

9/29/2020 09:28:00 AM 0 Comments

 


“Sama siapa?” desakku. Tiba-tiba ia menatapku begitu dalam dengan wajah yang sangat serius.

“Sama seorang perempuan.” Jawabnya mengerjaiku.

“Ya Tuhan, Jay! Gue juga tau lah sama perempuan! Kalau sama laki-laki artinya lu ‘sakit.’ Gue serius nih Jay.” Kata ku dengan ajntung yang berdegup lebih cepat karena melihat tatapan Jay tadi.

“Udah ah, balik yuk ke kelas.” Ajaknya sambil melangkah lebih dulu.

Aku mendengus kesal dengan sikap Jay yang seperti ini. Sumpah demi apapun, aku ingin sekali mengetahui seseorang yang istimewa di hati Jay saat ini. Aku mencoba menjaga jarak langkahku dengannya. Ia yang sudah berada beberapa langkah di depanku menghentikan langkahnya, dan kembali ke sampingku.

“Cepetan dong jalannya, Kei! Lama banget lu kaya siput!” katanya sambil merangkulku. Ia memang sudah sering seperti itu denganku. Mungkin baginya itu hal yang biasa, namun belakangan bagiku hal itu menjadi tak biasa.

Bukan karena perlakuannya atau sikapnya, tapi aku menjadi tak seperti biasa karena perasaanku sendiri. Perasaan tidak biasa yang perlahan timbul akibat keakraban kami setiap hari. Perasaan yang sulit sekali aku kontrol akhir-akhir ini. Perasaan yang berharap ia lebih dari seorang sahabat sekaligus rival dalam memperebutkan posisi peringkat pertama di kelas.

Sabtu, 26 September 2020

Perjodohan Terindah (bagian 2)

9/26/2020 04:48:00 PM 1 Comments

 


 

__Bagian 1__ 

“Tujuh tahun yang lalu??” Tanya Ayah, Ibu, dan juga kedua orangtuanya secara berbarengan.

Ya, tujuh tahun yang lalu, aku bertemu dan mengenal dia saat kami masih berseragam abu-abu. Ia teman sekelas ku sejak kelas satu semester dua. Sejak aku pindah ke sekolah Pelita Nusantara dari sekolah favoritku di Bandung.

Setelah nyaris sepuluh tahun kami di Bandung, Ayah harus kembali lagi ke Jakarta dan fokus mengurus bisnisnya di Jakarta. Oleh sebab itu aku mau tidak mau harus rela meninggalkan kota kembang menuju ibu kota.

Di Pelita Nusantara itulah aku mengenal Jay, begitu aku memanggilnya atas permintaan ia saat kami pertama kali berkenalan. Jay satu-satunya teman lelaki yang akrab dengan ku. Aku sendiri pun heran dengan diriku sendiri yang bisa begitu dekat dan akrab dengan Jay hanya dalam waktu kurang dari dua bulan keberadaanku di Pelita Nusantara.

Bagiku Jay sosok yang begitu hangat kepada siapapun. Ia termasuk seorang lelaki yang begitu supel kepada siapa saja. Aku nyaris tak pernah melihat ia memiliki musuh, atau sekedar mendengar omongan miring tentang dirinya. Bukan saja hangat, ramah, dan supel. Ia juga sosok yang cerdas, secara fisik bisa diaktakan dia tampan, tinggi, belum lagi ia adalah kapten basket di sekolah. Tak heran jika cewek-cewek di sekolah saat itu banyak yang mencari perhatiannya dan berusaha mendekatinya. Herannya, dari sekian banyak teman wanita di sekolah, tidak ada satu pun di antara mereka yang menarik perhatiannya Jay.

Aku seolah kembali ke masa itu. Masa di saat kami masih bisa bersama-sama. Saling bercerita dan berdiskusi tentang banyak hal di sekolah. Jay dan aku seperti dua orang yang selalu ditakdirkan untuk berada di kelas yang sama sejak pertama kali aku datang di Pelita Nusantara hingga hari perpisahan sekolah kami tiba.

Jumat, 25 September 2020

Perjodohan Terindah (bagian 1)

9/25/2020 11:16:00 AM 0 Comments

 


Aku nyaris tak percaya dengan apa yang berada di hadapanku saat ini. Biodata seorang laki-laki dalam sebuah map, yang kini di tangan membuat aku tak bisa berkedip beberapa saat. Ia adalah lelaki yang ingin Ayah kenalkan kepadaku.

“Dia anak dari sahabat Ayah yang udah lama ingin sekali Ayah kenalkan sama kamu. Ayah dan sahabat ayah berharap kalian bisa berjodoh suatu hari nanti, dan kami ingin kalian bisa saling berkenalan saja dulu.” Terang Ayah saat aku membaca biodata di hadapanku.

“Bagaimana, Key? Kamu mau?” tanya Ayah membuyarkan lamunanku.

Aku mengangguk memberi jawaban kepada Ayah.

“Kamu tidak keberatan kan, Nak?” tanya ibu sekedar meyakinkan.

“Tidak Ibu. Tidak sama sekali.” Jawabku untuk meyakinkan Ayah dan Ibu. Terlihat senyum lega dan bahgaia di wajah mereka yang mulai nampak keriput halus. Tanda mereka sudah mulai menua.

“Ibu dan Ayah tidak akan memaksa menjodohkan kamu dengan dia. Kami hanya berusaha untuk memperkenalkan kamu dengan dia dulu. Ya, syukur-syukur memang kamu setuju dengan perjodohan ini dan cocok dengan dia. Kalaupun tidak, ya sudah, tidak masalah.” Kata Ayah. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Ayah. Jikalau saja Ayah tahu yang sebenarnya. Ah, biarlah waktu yang akan memberitahu Ayah yang sebenarnya, bisikku dalam hati.

Kamis, 23 Juli 2020

Batagor Rasa Nagih

7/23/2020 10:38:00 AM 0 Comments
Berawal dari berpikir bikin cemilan praktis, dan sehat untuk anak-anak di rumah, yang anti ribet prosesnya, cari bahan-bahannya, karena aku males sama hal yang terlalu ribet. Hahaha. Walhasil, aku memutuskan untuk mencoba bikin batagor yang super praktis.

Jujur, aku bukan tipe orang yang suka masak dan bikin cemilan. Tapi aku juga gak suka kalau anak-anak jajan di warung. Hahaha. Karena ketidak sukaan melihat anak-anak jajan itulah akhirnya aku memaksa diri aku untuk rajin masak dan bikin cemilan di rumah. Membuat batagor ini adalah pertamakalinya dalam hidup. 😄😄 Saat sudah matang, dan minta suami cobain terus dia bilang, "enak banget bu batagornya! Beneran deh.. enak banget!" Wuiiih rasanya berbunga banget! 😄😄😄 Sempet gak percaya sih. Terus aku bilang "Ah, boong kali! Kamu mah cuma mau bikin aku geer doang!" tapi dia bilang "enggak bu. aku gak boong. emang beneran enak batagornya. Nagih banget!"

Mungkin kebanyakan orang akan berpikir dan bilang "Ya wajarlah suami lu ngomong begitu, lha elu kan istrinya. dia mau nyenengin istrinya lah!" Ooooh,, anda salah ferguso. Suami aku orang paling jujur soal rasa masakan aku. Kalau kata dia kurang enak, dia akan bilang koreksian rasanya harus ditambah apa dikurangin apa bumbunya, tapi kalau kata dia udah enak ya berarti emang udah. Karena soal masak memasak aku dibanding dia, lebih jago dan lebih pinter dia daripada aku. 😁

Hal yang lebih meyakinkan aku kalau emang dia benar-benar jujur suka dan ketagihan dengan batagor buatan aku itu setelah beberapa hari gak buat, kemarin dia minta, "Yank, bikin batagor lagi dooong. enak tau batagornya." So, kemarin pagi-pagi aku belanja bahan-bahannya ke warung, dan siang langsung eksekusi, dan malam hari batagornya sudah habis. 😄😍 Alhamdulillah.

Sempat bagi juga ke kakak sepupuh, ke anak-anak santri akhwat, ke salah satu teman kerja di sini juga, dan kata mereka "Batagornya enaaaak banget!! nagih banget rasanya!"
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Cuma itu yang bisa aku ucapkan berulang kali. Bersyukur banget karena Allah ngasih ijin melalui karya dari tangan aku banyak orang yang bahagia, walau gegara si batagor doang. 😄

Buat kamu yang mau tau si batagor rasa nagih ini, coba bikin deh di rumah. Walau mungkin nanti rasanya beda-beda dikit sama hasil yang aku buat, karena kan kalau makanan walau resep sama beda tangan suka beda rasanya, tapi enggak ada salahnya kan kalau kamu-kamu mencobanya di rumah. Ini aku kasih resepnya. 👇👇

Resep Batagor :

Bahan-bahan inti;
- 1 kotak tahu putih
- 1 butir telur ayam
- 2 siung bawang putih (dihaluskan)
- 100gr tepung terigu
- 150gr tepung kanji
- Daun bawang (secukupnya)
- Garem (secukupnya)
- Kaldu jamur (secukupnya)
- Lada (secukupnya)
- Air 120ml

Bahan pelengkap:
- Kulit Pangsit
- Minyak untuk menggoreng

Cara Membuat;
1. Hancurkan tahu putih menggunakan garpu
2. Masukkan semua bahan inti menjadi satu dengan tahu.
3. Aduk adonan sampai kekentalan adonan dirasa cukup, cek rasa.
4. Siapkan kulit pangsit yang sudah di potong bagi 2 atau bagi 4.
5. Panaskan minyak.
6. Letakkan 1 sendok teh adonan ke atas kulit pangsit, lalu goreng sampai berwarna kecoklatan.
7. Batagor siap dihidangkan.... 😊😉


Mudahkan?? Coba deh dirumah. Semoga ini bisa menjadi refrensi buat cemilan keluarga dirumah.


sumber gambar : by google

Sabtu, 04 Juli 2020

Inilah Pernikahan

7/04/2020 10:32:00 AM 0 Comments
Inilah pernikahan. Penyatuan dua insan yang menciptakan bahtera rumah tangga. Menciptakan cerita suka duka bersama yang tercatat lekat dalam memori kehidupan.
Pernikahan, tak semesti nya terjadi dan bertahan karena keterpaksaan, atau karena tuntutan. Biarkan ia terjadi dan bertahan karena ada getaran cinta yang hadir seiring detak nadi saat kamu saling menatap, saling berjabat, dan saling berdekatan.

Pernikahan bukanlah berbicara tentang dua insan yang harus bahagia hanya hari ini. Bukan berbicara tentang mahar yang mahal, pesta yang megah nan meriah, bukan juga tentang kebahagiaan yang terukur dari nominal biaya pesta megah. Bukan!

Pernikahan adalah bagaimana kita berbicara untuk selalu bahagia bersama pasangan hingga maut yang mampu memisahkan. Berbicara tentang saling menguatkan saat badai gelombang ujian datang menerjang. Berbicara tentang saling pengertian, saling memberi, bukan saling menuntut. Berbicara tentang management waktu dan financial dengan baik. Berbicara tentang masa depan, tentang arah tujuan pernikahan itu.

Pernikahan bukanlah tempat untuk beradu siapa yang paling pintar, bukan beradu siapa yang harus mendengarkan, bukan beradu siapa paling kuat mempertahankan ego, bukan juga tempat untuk saling menuntut.

Pernikahan adalah tempat untuk kita saling berbagi nasihat, saling mendengarkan, saling mengalah, dan saling memberi. Memberi kasih sayang dan cinta, memberi pengertian, memberi maaf, memberi waktu luang, memberi perhatian lebih satu dengan yang lain. 

Pernikahan adalah tempat kita saling menjaga, saling peduli, saling mendukung, dan saling bekerja sama, dan saling berbagi kisah suka dan duka bersama.

Jangan kamu membicarakan pernikahan hanya sekedar persiapan pesta megah nan mewah karena perjalanan pernikahan sesungguhnya adalah setelah pesta itu berakhir! 

Percayalah, tak ada pernikahan yang berjalan mulus halus untuk mempertahankannya. Kelak di tengah jalan, kamu akan menemukan kerikil kehidupan yang akan menguji seberapa kuat pernikahan mu itu. Saat kamu mampu melewati kerikil-kerikil ujian pernikahan itu, kamu akan mendapatkan hikmah luar biasa yang bisa kamu jadikan pembelajaran hidup agar pernikahan mu itu semakin kuat dan kokoh berdiri. 

Tidak ada pernikahan yang selalu penuh dengan tawa tanpa air mata! Yang selalu bahagia tak mengenal duka. Kelak kamu akan menemukan masa yang membuatmu hanya bisa menangis dan merasa lelah hingga ingin hati menyerah. Tapi berpisah bukanlah jalan keluar dan tempat pelarian dari segala masalah. Berbicaralah! Selesaikan masalah mu. Tebus setiap kesalahan yang pernah terjadi dengan perubahan yang lebih baik. Agar kapal pernikahan yang sedang dinaiki ini tak karam di tengah laut kehidupan.

Ketahuilah bahwa pernikahan adalah ladang ibadah  seumur hidup. Seiring kau menggoreskan cerita suka duka, ada balasan terindah yang sedang disiapkan oleh Sang Maha Kuasa.

Sabtu, 11 April 2020

Sebuah Jawaban (Part 2)

4/11/2020 02:51:00 PM 2 Comments

Senja mulai menurunkan tirainya, dan aku masih menikmati waktu dengan memandang potret Kenan. Beginilah caraku menikmati waktu tiap akhir pekan. Berdiam diri di kamar, merehatkan pikiran dan badan yang sudah lelah memikirkan kerjaan di butik, sambil memandangi potret Kenan. Lelaki yang tak pernah mampu aku biarkan untuk pergi dari hati dan pikiran.

Tiba-tiba saja ponselku berdering. Nomor tanpa nama tertera di layar ponselku. Aku pun menjawab panggilan itu dengan sedikit keraguan.

“Halo Ta, apa kabar?” Sapa orang di sebarang telepon.

Aku tak percaya dengan suara yang baru saja aku dengar! Aku merasa seperti sedang berhalusinasi bahwa potret yang berada di genggamanku itu bersuara.

“Halo, Ta.” Suara di sebrang telepon memanggilku lagi. Dadaku seketika berdetak lebih cepat dari normalnya. Ada rasa bahagia tak terkira. Setelah dua tahun benar-benar tidak ada komunikasi, tidak lagi mendengar suaranya, dan kini suara itu kembali menyapa. Aku nyaris ingin menjerit bahagia karenanya.

“Hai, Kenan. Aku baik. Kamu?” jawabkku dengan sebisa mungkin menyembunyikan getar suaraku.

“Aku baik. Bisa keluar rumah sebentar?” tanya Kenan. Aku langsung mengintip dari jendela kamarku yang berada di lantai atas, dan melihat ia sedang berdiri di depan rumahku.

“Bisa, tunggu sebentar.” Jawabku yang langsung memutuskan sambungan telepon, dan mengganti baju secepat kilat. Lalu berlari menuruni anak tangga.

Sebuah Jawaban (Part 1)

4/11/2020 02:47:00 PM 0 Comments

“Ta, besok aku tetap harus pergi. Papa minta aku menggantikannya sementara waktu mengurus usahanya yang di Singapur.” Kata dia sore itu, di tempat makan favorit kami, sepulang aku kuliah. Dia menjemputku sore itu sepulang kerja. Aku dan dia terpaut usia empat tahun. Dia sudah sibuk dengan dunia kerjanya, sedang aku, sedang sibuk memikirkan proposal skripsi.

Aku hanya diam mendengar keputusannya. Aku bisa apa? Aku tak ingin menjadi wanita egois, aku tidak ingin merusak hubungan harmonis antara anak dan ayahnya. Maka lebih baik aku mengalah, bukan?

“Ta, kenapa diam? Ngomong lah, Ta. Jangan diam aja.” Pintanya sambil menatapku.

“Pergilah kalau memang kamu harus pergi, jaga dirimu baik-baik selama di sana.” Jawabku sambil mengalihkan pandangan darinya.

“Apa kita enggak bisa coba untuk …”

“Gak perlu. Kamu tau prinsip aku, kan? Aku enggak mau ganggu kamu. Aku mau kamu fokus dengan urusan kamu di sana.”Ucapku memotong kalimatnya. Aku tahu apa yang akan dia minta. Dia pun hanya terdiam mendengar keputusanku.

Sore itu, tempat dan makanan favoritku seolah berubah rasa. Tempat itu menjadi tempat menyimpan cerita bahagiaku dengannya, juga saksi atas perpisahan kami. Makanan kesukaanku pun terasa begitu hambar. Aku benar-benar tidak bias menikmati momen kebersamaan dengannya sore itu. Tidak seperti hari-hari sebelumnya.

“Aku mau pulang.” Pinta ku tak lama kemudian.

Jumat, 10 April 2020

Sepertinya!

4/10/2020 12:38:00 PM 0 Comments
Saat mata memandang potret dirinya
Saat telinga mendengar kisah demi kisahnya
Kala hati mencoba ikut merasakannya
Di saat ia tak lagi ada
Alam pikiran membawa memori memori masa lalu saat bersamanya
Kehadapanku dengan begitu nyata.
Aku mulai berbisik dalam diam

Aku ingin sepertinya.

Sanggup merasakan lelah, yg mungkin bisa beratus kali lipat dari rasa lelah yang orang lain rasakan
Memberikan kasih sayang juga perhatian yang tulus untuk ummat
‎ Menjadikan ladang dakwah dimanapun ia berdiri sebagai bekal untuk berpulang
‎ Memberikan karya terbaik sebelum berjalan menuju negri abadi
‎ Meninggalkan jejak yang indah di ingatan siapa saja

Aku ingin sepertinya

Seperti ia yang tak peduli peluh hingga darah yg menetes
Demi memberikan yang terbaik bagi ummat dan agama ini
‎ Mencintai anak-anak yang tak ada ikatan darah dengannya
namun ia mencintai juga menyayanginya layak anak sendiri
‎Seperti ia yang amarahnya adalah bentuk cinta dan kasih sayang

‎Namun tanya dalam benak
mampukah aku?

Melawan Lelah hingga rasa lelah itu menjadi lelah melekat padaku
Melakukan kebaikan demi kebaikan
Hingga aku lupa sudahkah aku melakukan kebaikan-kebaikan itu?
Bekerja dan berkorban dengan tetesan peluh hingga darah yang ku punya
Tanpa ada hitungan matematika duniawi


Mampukah aku?

Entah. Jawab dari penjuru hati kecil

Aku hanya tahu, bahwa diri ini ingin sepertinya

Seperti ia sang lelaki cinta pertamaku
Lelaki yang darahnya mengalir dalam tubuhku
Lelaki yang selalu mencintaiku tanpa syarat dan tanpa pamrih
Sosok pejuang paling nyata dan paling dekat dihadapanku

Aku ingin sepertinya

Seperti ia yang menutup usianya dengan senyuman abadi
Senyuman penuh kedamaian, yang memancarkan makna
"Aku pulang. Waktu ku sudah selesai di sini. Lanjtkanlah estafet dakwah ini. Aku yakin, kamu bisa."

Ah, aku tak begitu yakin. Namun aku ingin sekali sepertinya.

Seperti ia, lelakiku, yang ku panggil Abi.

Rabu, 01 April 2020

Cinta Dalam Netra

4/01/2020 02:53:00 PM 1 Comments

 

 

Sudah dua tahun perpisahan itu terjadi. Tapi bagi Aksa kejadian itu seperti baru kemarin. Semua masih terlihat begitu jelas dan nyata. Tatapan mata, raut wajah, serta rasa kecewa dari gadis itu masih bisa ia lihat dengan jelas. Seandainya saja kesalahan itu tidak pernah terjadi, pasti dia masih bersama gue di sini. Bisik hati Aksa begitu lirih sambil menatap langit-langit kamarnya.

Fany, gadis cantik nan mungil serta pintar. Dialah yang tidak pernah bisa menghilang dari pikirannya, ataukah memang Aksa yang tidak berani menghilangkannya? Entahlah, yang pasti Aksa masih merasa begitu kehilangan sejak perpisahan itu. 

Perempuan yang ia kira tidak akan pernah membawa pengaruh besar dalam hidupnya itu ternyata telah menyihirnya tanpa sadar. Perempuan yang ia pikir sama dengan perempuan-perempuan lainnya, ternyata berbeda. Aksa pun baru menyadarinya sejak malam itu, malam perpisahan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

 

Jumat, 27 Maret 2020

Bayang Masa Lalu

3/27/2020 12:07:00 PM 1 Comments
Raka belum bisa tertidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Ia mengambil gawainya yang tersimpan di atas nakas samping tempat tidur. Melihat tanggal yang tertera di layar utama. 19 Februari. Tanggal ulangtahunnya. Bisik hati Raka. Ingin ia mengetik sebuah pesan yang akan dikirim kepada si dia yang sedang berulang tahun. Namun tiba-tiba wanita yang sudah dinikahi selama tiga tahun ini, yang sedang tertidur di sampingnya terbangun dan melihat Raka sedang menatap layar gawainya.
"Belum tidur, Mas?" Tanya sang istri di sela rasa kantuknya.
"Belum, gak bisa tidur. Gak tau kenapa." Jawab Raka sambil meletakkan kembali gawainya, lalu kembali merebahkan badan di samping sang istri.
"Aku tau caranya biar kamu bisa tidur." Kata sang istri yang langsung memijat kepala Raka.
Andai kamu yang melakukan ini buat aku. Sempurna pasti kebahagiaan aku. Ucap Raka dalam hati sambil membayangkan seseorang yang sedang berulang tahun hari itu.

Subuh menjelang. Raka sudah bangun lebih dulu sebelum istrinya terbangun. Ia tak benar-benar bisa tidur semalaman. Hati dan pikirannya melayang kepada satu sosok yang tidak pernah sanggup ia lupakan. Satu sosok yang pernah singgah sebagai cinta pertamanya dan tak akan pernah pergi.
"Kamu sudah rapih, Mas? Mau berangkat ke kantor?"
Tanya sang istri yang baru saja terbangun. Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 pagi. 
"Iya, aku harus menyiapkan materi untuk meeting hari ini." Jawab Raka sambil merapihkan dasinya.
"Aku buatkan sarapan dulu ya, sebentar." Kata sang istri sambil beranjak dari tempat tidurnya.
"Enggak perlu, aku udah bikin roti bakar tadi. Sudah aku siapkan juga untuk dibawa ke kantor. Kamu masuk pagi hari ini?" 
Sang istri berbalik badan dan kembali duduk di pinggir ranjang. Ada sedikit rasa bersalah menyelinap dalam hatinya. Harusnya aku bisa bangun lebih pagi. Biar mas Raka tidak menyiapkan segalanya sendiri. Bisik hati istri Raka.
"Iya, aku masuk pagi. Tapi nanti jam setengah delapan aku baru berangkat kayanya." Jawab sang Istri yang berprofesi sebagai perawat.
"Ya sudah. Aku pamit ya. Kamu nanti hati-hati berangkatnya. Aku juga sudah buatkan kamu roti bakar untuk sarapan. Jangan lupa dimakan." Kata Raka yang disusul kecupan hangat di kening sang istri. Rutinitas wajib sebelum mereka berpisah untuk menjalankan tugas masing-masing