Jumat, 05 Maret 2021

Hai Ayah, Aku Rindu

3/05/2021 01:39:00 AM 0 Comments

Hai Ayah, pada malam ku bisikkan rindu. Rindu yang tak pernah kunjung temu. Aku rindu, Ayah. Rindu akan hadirmu di sini. Dengan segala tawa candamu. Cerita dukamu. Keluh perjuanganmu. Peluk hangatmu. Aku rindu, Ayah.

 

Hai Ayah, pada mimpi ku ucap terimakasih. Karena temu itu akhirnya nyata. Nyata yang sesaat. Nyata pada dunia mimpi. Membuat ku tersenyum saat membuka mata. Dan menangis saat ku beranjak. Karena temu pada dunia nyata, tak akan kunjung tiba.

 

Hai Ayah,

Sabtu, 13 Februari 2021

Anosmia Pertama

2/13/2021 09:40:00 AM 0 Comments

 Setelah sekian lama enggak merasakan batuk, pilek, bulan ini kemabli merasakan lagi. Bahkan, bisa dibilang lebih parah dari yang dulu-dulu. Karena flu kali ini sampai membuat Anosmia. 😢😢😭

Saat menulis ini, sudah hari ke 3 enggak bisa mencium bau apa-apa. Rasanya sedih banget! Ada rasa khawatir dan takur juga. Karena sudah dua minggu ini kami semua di pesantren sedang isolasi mandiri, dikarenakan ada beberapa anak yang positif terpapar Covid-19, maka, saat kondisi seperti ini terjadi ke diri sendiri, jadi khawatir banget. Sempat bertanya-tanya apakah si virus itu juga mampir ke diri ini?

Sabtu, 23 Januari 2021

Menyapih dengan Mudah

1/23/2021 10:28:00 PM 0 Comments

Sahabat, menjadi seorang wanita yang diberikan

amanah lebih oleh Allah, menyandang status sebagai seorang Ibu, sungguh tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dihadapi. Banyak ujian dan tantangan yang harus bisa dihadapi untuk dapat dilewati. Mulai dari masa kehamilan yang sungguh tidaklah mudah, lalu melahirkan yang harus bertaruh nyawa, dilanjut kembali dengan menyusui sebagai bentuk cinta kasih kita memberikan asupan yang terbaik untuk si buah hati. Setelah menyusui dua tahun, adalagi tantangan untuk kita si ibu. Yaitu, menyapih si anak dari kegiatan menyusui.
Banyak dari para ibu mengakui bahwa masa proses menyapih adalah masa yang sangat menguras pikiran dan tenaga, juga menguji kesabaran sekaligus keikhlasan. Ketika proses menyapih dimulai, tentu ada rasa berat hati dari kita sebagai Ibu, dan tentu kondisi terberat juga bagi si anak. Karena ada satu momen kelekatan kita dengan si anak yang harus berhenti. Tapi, itu semua tetap harus kita hadapi.
Alhamdulillah, Allah telah menitipkan tiga mujahid sebagai amanah dari-Nya untukku. Itu artinya, sudah tiga kali aku melewati fase hamil, melahirkan, menyusui, dan menyapih. Yang setiap dari mereka memiliki cara dan cerita yang berbeda. Dari anak pertama dan kedua aku banyak belajar tentang banyak hal untuk memahami mereka. Termasuk dalam proses menyapih. Alhamdulillah, anak ketiga ku sudah lolos disapih diwaktu yang belum sampai seminggu. Alhamdulillah.

Banyak yang bertanya, "Ko bisa secepat itu? Gimana caranya? Apa tips dan triknya?"

Rabu, 09 Desember 2020

Penuh Misteri

12/09/2020 08:48:00 AM 0 Comments

 


Sahabat, hidup ini begitu banyak misteri. Allah sengaja membuat kita tak pernah tahu apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Jangankan esok, sedetik kedepan pun kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita. Hidup ini sungguh penuh misteri.

Sahabat, misteri dalam hidup ini begitu banyak. Dalam hal apapun. Bahkan, ketika kita berpikir bahwa kita benar-benar mengenal seseorang, atau kita yakin segala rencana kita akan berjalan dengan baik, ternyata, sebuah kenyataan yang Allah berikan tidak seperti itu.

Suatu hari nanti, akan ada masa kita merasa si A adalah seseorang paling mengerti, menyayangi, dan peduli dengan kita. Ternyata, dibelakang kita dia tidak benar-benar seperti itu.

Atau, kita pernah berada pada situasi dimana kita bertemu dengan si B, yang terlihat tidak begitu peduli dengan kita, tatap matanya tak pernah bersahabat, tutur katanya tak pernah halus. Namun nyatanya, di belakang kita dia adalah orang yang paling sering dan paling kencang menyebut nama kita dalam setiap rangkaian do'a yang ia langitkan.

Bisa jadi, si C yang terlihat jahat ternyata berhati malaikat. Si D yang dinilai berhati malaikat, justru penjahat paling kejam yang tak pernah diketahui siapapun. 

Bahkan mungkin, kita pernah mengalami keadaan yang begitu membahagiakan. Membuat kita merasa orang paling bahagia di dunia ini. Namun ternyata, sejam kemudian Allah ganti lekuk tawa itu dengan rintikan air mata kesedihan yang tidak pernah bisa dibendung. Sehingga yang lahir dalam pikiran dan lisan kita adalah "Mengapa harus begini, Ya Allah?"

Saat tanya itu menggema, hanya ada satu jawaban yang pasti. Bahwa hidup ini terlalu penuh misteri!!

Tidak ada yang pernah tahu dan bisa menerka apa yang akan terjadi esok, atau apa yang sedang terjadi di belakang kita hari ini.

Sahabat, ingatlah bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara. Kita hanya sedang memainkan peran kita masing-masing. Kita sedang diberi tugas oleh Allah memainkan peran kita dengan baik selama masih berada di bumi-Nya. 

Segala misteri yang ada dalam hidup ini biarlah menjadi cerita yang hanya Allah yang tahu bagaimana akhirnya misteri-misteri ini terungkap, atau tetap menjadi bagian dari cerita yang tak pernah terungkap.

Kelanjutan cerita dari peran yang sedang kita mainkan ini biarlah menjadi urusan Allah. Tugas kita cukup terimalah dengan hati yang lapang. Apapun cerita yang disajikan oleh-Nya untuk kehidupan kita. Apapun alur cerita yang diberikan oleh-Nya untuk kita mainkan. Karena dunia ini hanya sementara, hanya panggung permainan, yang cepat atau lambat akan kita tinggalkan.

Bagaimana cara kita meninggalkan panggung ini akan selalu menjadi misteri dari Allah.

Bahagia, sedih, tangis, dan tawa, tak akan pernah abadi, duhai sahabat. Terimalah semua cerita itu dengan penuh ikhlas dan rasa syukur. Karena hidup ini sangat penuh dengan misteri. Hanya Allah yang benar-benar tahu setiap detik ke detik setiap kejadian ke kejadian, setiap alur cerita yang kita perankan selama kita berada di dunia ini.

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S.57:20)

Senin, 07 Desember 2020

Saat Ujian Tiba.

12/07/2020 04:10:00 PM 0 Comments


Sahabat, igatlah bahwa dalam hidup ini, tidak semua cerita yang kita lalui berjalan indah dan bahagia sesuai harapan dan mimpi kita. Semasa hidup ini, kita akan bertemu dengan ruang dan waktu yang menguji kita. Menguji keimanan kita, menguji kesabaran kita, menguji keikhlasan kita.

Saat ujian itu tiba, berputus asa bukanlah pilihan yang tepat bagi kita yang mengaku beriman kepada Allah. Menolak atau memaki takdir-Nya juga bukanlah sikap yang benar. Kerap kali hati dan pikiran merasa tidak sanggup menghadapi ujian dari-Nya. Seringkali hati dan pikiran merasa bahwa tantangan dari-Nya begitu berat untuk dihadapi. Sehingga yang hadir memeluk hati dan pikiran adalah rasa putus asa.

Ketahuilah sahabat, bahwa sejatinya bukanlah diri yang tak mampu menghadapi ujian dan tantangan dari Allah. Karena sejatinya tidak ada tantangan serta ujian yang melebihi kapasitas kemampuan kita memikulnya. Hanya saja rasa takut serta putus asa dalam pikiran dan hati lebih besar sehingga membuat kita tidak berani melangkah dan merasa tak sanggup untuk menghadapinya. 

Ingatlah sahabat, bahwa Allah tidah pernah memberikan ujian dan tantangan diluar batas kemampuan hamba-Nya. sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran :

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...(QS 2:286)

 Maka seberat apapun ujian yang sedang berada dihadapan kita, itu sudah tentu sesuai kapasitas kekuatan pundak kita untuk memikulnya. Bukankah Allah yang Maha Tahu setiap keadaan dan kemampuan kita sebagai hamba-Nya? Bahkan, Allah lebih tau diri ini daripada kita sendiri.

Maka bersabarlah sahabat, saat ujian itu tiba. 

Apapun ujian kehidupan yang sedang kamu hadapi, yakinlah bahwa kamu bisa menghadapinya. Yakinlah bahwa kamu sanggup memikulnya. Percayalah bahwa Allah selalu memberikan kemudahan bersama kesulitan ujian hidup yang sedang kamu hadapi.

Selasa, 01 Desember 2020

Memilih Setia

12/01/2020 07:40:00 PM 0 Comments


Pagi ini benar-benar kelabu bagiku. Walau langit begitu cerah dan mentari begitu gagah. Entah, sudah berapa bulir air mata yang jatuh membasahi sajadahku sejak tahajud tadi. Aku begitu sesak. Begitu terluka. Hingga aku tak tau lagi harus bersikap apa selain diam dan menikmati hangatnya setiap tetes air mata yang jatuh membasahi wajah.


"Kamu kenapa, de?" Tanya mas Revan seusai shalat dhuhaku. Dan ini pertanyaan ke sekian yang dilontarkannya sejak subuh tadi.


"Enggak apa-apa. Aku hanya kangen Papa." Selalu begitu jawabku.


Aku mencoba untuk tak berdusta kepadanya. Aku memang merindukan Papa. Lalu hadir sebuah masalah yang kini tanpa sadar membuatku semakin merindukan sosok Papa. Karena bagiku, Papa adalah satu-satunya lelaki terbaik yang aku miliki dan tak akan pernah menyakiti anak perempuan satu-satunya ini.

Sabtu, 03 Oktober 2020

Menanti Senja

10/03/2020 07:44:00 PM 0 Comments


Dua bulan sudah berlalu, dan Rina masih setia pada tempat dan waktu yang sama selama dua bulan ini.

Lepas waktu asar, hingga maghrib menjelang, ia dengan setia menanti semburat senja hadir sambil menikmati es kelapa muda di tempat langganannya, di pesisir pantai.

Ia seperti mendapati kekuatan dan semangat baru untuk menghadapi hari esok ketika guratan senja menyapanya di penghujung hari. Menatap matahari terbenam dengan perlahan seolah menjadi candu baginya.

Walau pada akhirnya, ketika malam menyapa, ia akan tetap merasakan hal yang sama. Rindu, sakit, juga kehilangan.

Bagaimana tidak? Ketika cinta bersama Senja-nya mulai tumbuh dan semakin berbunga, justru ia harus dihadapi oleh kenyataan untuk selalu menanti Senja yang tak akan pernah kembali dalam pelukannya.


Malam itu ....

Selasa, 29 September 2020

Perjodohan Terindah (Bagian 3)

9/29/2020 09:28:00 AM 0 Comments

 


“Sama siapa?” desakku. Tiba-tiba ia menatapku begitu dalam dengan wajah yang sangat serius.

“Sama seorang perempuan.” Jawabnya mengerjaiku.

“Ya Tuhan, Jay! Gue juga tau lah sama perempuan! Kalau sama laki-laki artinya lu ‘sakit.’ Gue serius nih Jay.” Kata ku dengan ajntung yang berdegup lebih cepat karena melihat tatapan Jay tadi.

“Udah ah, balik yuk ke kelas.” Ajaknya sambil melangkah lebih dulu.

Aku mendengus kesal dengan sikap Jay yang seperti ini. Sumpah demi apapun, aku ingin sekali mengetahui seseorang yang istimewa di hati Jay saat ini. Aku mencoba menjaga jarak langkahku dengannya. Ia yang sudah berada beberapa langkah di depanku menghentikan langkahnya, dan kembali ke sampingku.

“Cepetan dong jalannya, Kei! Lama banget lu kaya siput!” katanya sambil merangkulku. Ia memang sudah sering seperti itu denganku. Mungkin baginya itu hal yang biasa, namun belakangan bagiku hal itu menjadi tak biasa.

Bukan karena perlakuannya atau sikapnya, tapi aku menjadi tak seperti biasa karena perasaanku sendiri. Perasaan tidak biasa yang perlahan timbul akibat keakraban kami setiap hari. Perasaan yang sulit sekali aku kontrol akhir-akhir ini. Perasaan yang berharap ia lebih dari seorang sahabat sekaligus rival dalam memperebutkan posisi peringkat pertama di kelas.

Sabtu, 26 September 2020

Perjodohan Terindah (bagian 2)

9/26/2020 04:48:00 PM 1 Comments

 


 

__Bagian 1__ 

“Tujuh tahun yang lalu??” Tanya Ayah, Ibu, dan juga kedua orangtuanya secara berbarengan.

Ya, tujuh tahun yang lalu, aku bertemu dan mengenal dia saat kami masih berseragam abu-abu. Ia teman sekelas ku sejak kelas satu semester dua. Sejak aku pindah ke sekolah Pelita Nusantara dari sekolah favoritku di Bandung.

Setelah nyaris sepuluh tahun kami di Bandung, Ayah harus kembali lagi ke Jakarta dan fokus mengurus bisnisnya di Jakarta. Oleh sebab itu aku mau tidak mau harus rela meninggalkan kota kembang menuju ibu kota.

Di Pelita Nusantara itulah aku mengenal Jay, begitu aku memanggilnya atas permintaan ia saat kami pertama kali berkenalan. Jay satu-satunya teman lelaki yang akrab dengan ku. Aku sendiri pun heran dengan diriku sendiri yang bisa begitu dekat dan akrab dengan Jay hanya dalam waktu kurang dari dua bulan keberadaanku di Pelita Nusantara.

Bagiku Jay sosok yang begitu hangat kepada siapapun. Ia termasuk seorang lelaki yang begitu supel kepada siapa saja. Aku nyaris tak pernah melihat ia memiliki musuh, atau sekedar mendengar omongan miring tentang dirinya. Bukan saja hangat, ramah, dan supel. Ia juga sosok yang cerdas, secara fisik bisa diaktakan dia tampan, tinggi, belum lagi ia adalah kapten basket di sekolah. Tak heran jika cewek-cewek di sekolah saat itu banyak yang mencari perhatiannya dan berusaha mendekatinya. Herannya, dari sekian banyak teman wanita di sekolah, tidak ada satu pun di antara mereka yang menarik perhatiannya Jay.

Aku seolah kembali ke masa itu. Masa di saat kami masih bisa bersama-sama. Saling bercerita dan berdiskusi tentang banyak hal di sekolah. Jay dan aku seperti dua orang yang selalu ditakdirkan untuk berada di kelas yang sama sejak pertama kali aku datang di Pelita Nusantara hingga hari perpisahan sekolah kami tiba.

Jumat, 25 September 2020

Perjodohan Terindah (bagian 1)

9/25/2020 11:16:00 AM 0 Comments

 


Aku nyaris tak percaya dengan apa yang berada di hadapanku saat ini. Biodata seorang laki-laki dalam sebuah map, yang kini di tangan membuat aku tak bisa berkedip beberapa saat. Ia adalah lelaki yang ingin Ayah kenalkan kepadaku.

“Dia anak dari sahabat Ayah yang udah lama ingin sekali Ayah kenalkan sama kamu. Ayah dan sahabat ayah berharap kalian bisa berjodoh suatu hari nanti, dan kami ingin kalian bisa saling berkenalan saja dulu.” Terang Ayah saat aku membaca biodata di hadapanku.

“Bagaimana, Key? Kamu mau?” tanya Ayah membuyarkan lamunanku.

Aku mengangguk memberi jawaban kepada Ayah.

“Kamu tidak keberatan kan, Nak?” tanya ibu sekedar meyakinkan.

“Tidak Ibu. Tidak sama sekali.” Jawabku untuk meyakinkan Ayah dan Ibu. Terlihat senyum lega dan bahgaia di wajah mereka yang mulai nampak keriput halus. Tanda mereka sudah mulai menua.

“Ibu dan Ayah tidak akan memaksa menjodohkan kamu dengan dia. Kami hanya berusaha untuk memperkenalkan kamu dengan dia dulu. Ya, syukur-syukur memang kamu setuju dengan perjodohan ini dan cocok dengan dia. Kalaupun tidak, ya sudah, tidak masalah.” Kata Ayah. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Ayah. Jikalau saja Ayah tahu yang sebenarnya. Ah, biarlah waktu yang akan memberitahu Ayah yang sebenarnya, bisikku dalam hati.