Kehilangan ...
Sebuah niscaya yang pasti terjadi pada setiap insan di bumi. Hanya perihal waktu yang menentukan kapan itu terjadi. Dengan sangat sadar kumemahi hal itu.
Namun kali ini, bukan ku menolak takdir-Nya. Hanya saja ku ingin bertanya, mengapa harus aku lagi?? Begitu egoiskah diri ini? Begitu dalamkah cinta dan penguasaanku atas mereka? Sehingga Sang pemilik jiwa cemburu akan sikapku, hingga kemudian menjemput mereka pulang dari sisiku.
Duhai Allah...
Jika memang sikap ku membuatMu cemburu ... aku minta maaf. Meski kusadari bahwa permintaan maafku tidak akan pernah mengembalikan mereka padaku. Namun kehilangan tiga lelaki berharga dalam hidupku sungguh menyakitkan, Ya Rabb …
Pertama, Kau memanggil pulang lelaki sebagai cinta pertamaku … yang ku sebut, ayah. Di saat aku belum puas merasakan peluk hangat penuh kasih darinya. Di saat aku sedang sangat membutuhkan sosoknya sebagai pelindungku. Dan aku pasrah menjalani hariku yang tiba-tiba berubah sepi tanpa hadirnya lagi.
Kedua , Kau memanggil dia, lelaki yang telah berhasil membuatku jatuh cinta begitu dalam. lelaki bertanggungjawab yang berani meminangku untuk menyempurnakan separuh agamanya. Di saat aku sedang begitu bahagia merasakan curahan cinta darinya. Di saat aku begitu berbunga menimati usia pernikahan kami yang bahkan belum menginjak angka tiga tahun. Lalu aku … kembali pasrah menikmati hidupku yang kembali sepi.
Ketiga, dengan begitu mengejutkannya, Kau pun menjemput pulang lelaki mungil nan lucu bak malaikat tanpa sayap yang membuatku kuat berdiri hingga hari ini. Permata hatiku. Pelukis senyum yang begitu tulus. Pemilik cinta tanpa syarat. Yang selalu kembali dalam pelukku tanpa melihat bagaimana keadaanku. Suara celotehannya yang sering kali membuatku tertawa, berpikir, dan terkadang merasa jengkel. Tapi sungguh ... aku sangat mencintainya. Tidurnya dalam pelukku yang tak kunjung bangun kembali, membuatku tak mampu mempercayai garis takdir hidup ini.
Mengapa harus ia pun Kau biarkan pulang ke sisi-Mu? duhai Allah …
Di saat Kau tahu betapa ku ingin menyaksikan ia tumbuh besar menjadi lelaki kuat nan hebat. Namun ternyata Kau hanya memberiku kesempatan untuk bersamanya di angka empat tahun tiga bulan.
Ya Allah … Sungguh aku begitu kehilangan!
Maaf ... jika kini aku hanya mampu mengeluh, dan banyak bertanya pada Mu perihal kehilangan ini. Kata mereka, aku adalah orang terpilih yang memiliki pundak yang kuat untuk menanggung ujian ini. Tapi aku tidak merasakan kekuatan itu sama sekali! Yang aku tahu, aku begitu kehilangan. Aku begitu hancur karena kehilangan ini.
Apa yang sebenarnya sedang Kau ajarkan padaku dari rasa kehilangan ini??
Jika Kau ingin aku kembali belajar perihal sabar dan ikhlas … tolong bantu aku, ya Rabb …
Karena sungguh ... kehilangan kali ini sangat menyakitkan untukku. Peluk aku duhai Allah … mampukanlah hati dan diri ini mengukir sabar yang lebih lebar, juga ikhlas yang lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar