"Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Satu ayat pengingat yang kembali mengetuk dinding nurani dan logika. Menyadarkan tentang hidup ini yang sesungguhnya penuh sekali oleh cinta. Ketika sang fajar menjelang, lalu masih dapat kutatap wajah-wajah yang mencintaiku tanpa syarat. Wajah yang selalu melukis senyuman indah nan tulus demi mengukir bahagia sepanjang waktu yang ku lalui ... membuat cangkir hatiku yang mulai kosong mulai dipenuhi kembali oleh cinta. Rengkuhan lengannya yang menarikku dalam pelukkan hangat, dengan bisikkan "Aku mencintai dan menyayangimu. Tanpa alasan apapun." tak mampu membuatku merangkai kata untuk menjabarkan bagaimana bahagianya aku. Tak mampu membuatku menerangkan arti cinta yang kini aku rasakan ... dan tentu, membuat cangkir itu terasa semakin penuh oleh cinta yang saat ini aku dapatkan.
Aku yang semestinya patut untuk ditinggalkan, kini justru mendapatkan dekapan penuh kehangatan. "Apapun keadaannya, selagi aku bisa memilih untuk tetap di sampingmu, maka akan aku lakukan dan perjuangkan itu. Karena rasa cinta dan sayang ini, membuatku tak punya alasan untuk pergi meninggalkanmu." begitu katanya saat aku mempertanyakan perihal alasan mengapa ia masih bertahan. Perlakuan, serta ucapan manisnya, kurasakan semua itu tulus datang dari hati terdalam. Tak ada segaris kedustaan yang kutangkap dari suara dan nada bicaranya. Lagi ... hatiku dipenuhi oleh cinta tulusnya.
Aku yang sempat terlenakan dengan dunia yang melalaikan, kini tersadarkan betapa Maha Baiknya Tuhan menaruhku di tengah orang-orang yang begitu tulus mencintai diri dengan beribu kekurangan ini. Menyiramiku dengan cinta dan kasih sayang yang tak berhenti. Bahkan, kali ini cinta dan sayang itu berkali lipat tingginyanya kurasakan. Kecupan mesra sebagai ucapan selamat pagi, juga dekapan hangat untuk memberikan segenap kekuatan dan semangat menjalani hari, menjadi salah satu pengingat bahwa cinta yang tercurahkan dalam istana yang kujaga ini begitu berlimpah ruah.
"Maka, nikmat Tuhamu yang manakah yang mampu kamu dustakan?"
Satu ayat yang selalu menjadi pengingat. Bahwa hidup yang kini ku jejaki penuh oleh cinta. Dari mereka yang selalu menerimaku tanpa syarat. Rasanya aku tak lagi menemukan alasan untuk mendustakan segala kenikmatan cinta yang Tuhan berikan melalui setiap insan yang berada di sisiku. Aku tak lagi mendapatkan alibi untuk berpaling dari mereka yang mengisi setiap relung hati penuh dengan cinta. Setiap detik yang berlalu, aku merasakan setiap sendi kehidupanku kini penuh oleh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar