Aku pernah terbang tinggi mengepakkan sayap pada hutan barisan kata. Bukan untuk mencarimu. Namun heranku, kepakan ini berhenti di sisimu. Aku pun kemudian bersandar di dekatmu.
Menikmati indahnya ciptaan Tuhan berwujud kamu. Mengagumi setiap pahatan yang dibentuk oleh Tuhan tentang dirimu. Begitu pun dirimu. Kau begitu terlihat menikmati kehadiranku. Banyak tanya yang kau lontarkan demi membuatku berlama-lama di dekatmu. Herannya, aku menikmati itu!
Apakah aku jatuh cinta?
Ah! Tak mungkin!!
Aku hanya mengagumi, bisikku dalam hati.
Sesat sebelum aku kembali terbang, kau menahanku. "Tetaplah di sini. Temaniku dengan kicau merdumu. Agar aku tak lagi sepi berada di sini," begitu pintamu.
Aku ingin sekali terbang mencari bahagiaku. Atau paling tidak, sekadar mengepakkan sayapku yang mulai kebas karena terlalu lama kubiarkan diam. Namun pintamu, membuatku tak kuasa mengepakkan sayap dan pergi menjauh.
"Tapi suatu hari nanti, aku harus pergi. Lalu kamu, harus kembali membiasakan diri tanpaku di sisi." Ucapku memberitahu.
Ya! Karena aku cukup sadar diri, bahwa kamu bukanlah tempatku untuk menetap. Aku hanya sedang menemani dirimu yang terlihat kesepian. Aku hanya sedang singgah. Hatiku pun rasanya tak sanggup merusak rona indah di wajahmu karena bahagia akan hadirku.
"Aku tahu, tapi setidaknya, jangan pergi sekarang. Tetaplah di sini hingga waktu yang mengharuskanmu pergi." Lirihmu kembali memohon untukku berdiam lebih lama.
Tanpa penolakan apapun, aku menurutimu. Menemanimu yang terlihat begitu menikmati akan hadirku. Hingga akhirnya, sebuah badai datang mengusirku paksa dari sisimu. Ku tahu kau berat akan kepergianku. Namun ... harus kamu sadari bhawa aku hanya singgah. Dan harus aku yakini bahwa waktu yang kita miliki telah usai. Maaf, aku harus terpaksa pergi dari sisimu. Bukan karena inginku. Tapi karena keadaan yang mengharuskanku pergi. Karena waktu singgahku telah habis. Kuharap, setelah kepergianku kamu akan tetap baik-baik saja.
.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar