Dipatahkan Realita
Aku tidak pernah jatuh cinta sedalam ini. Menaruh harapan kepada orang yang sama dalam waktu yang cukup panjang. Ya, tiga tahun waktu yang cukup lama untuk menunggu dan menantinya menjadi milikku, bukan? Aku tahu, dia telah menjalin hubungan serius dengan seseorang. Ia bersama teman sekelasnya, sudah menjalin hubungan yang cukup serius. Bahkan kabar terakhir yang ku dengar darinya, mereka akan membawa hubungan itu hingga ke jenjang pernikahan selepas wisuda nanti.
Bagas. Nama lelaki yang selama ini telah membuatku berhasil
jatuh cinta sedalam ini. Dia kakak seniorku sejak di bangku SMA hingga di
kampus yang sama. Ia memiliki rahang yang tegas, mata yang tajam, alis mata
yang cukup tebal, serta tinggi badan sekitar 170 cm, yang akhirnya menjadi daya
pikat tersendiri di mataku. Jarak rumah kami yang begitu dekat, hanya berbeda
satu blok, membuat hubungan aku denganya pun begitu dekat sejak lama. Kami
sering kali menghabiskan waktu untuk sekadar berdiskusi singkat. Atau di saat
aku butuh bantuannya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Atau sekadar
menghabiskan malam minggu yang panjang dengan ngobrol ngalor ngidul sambil
menikmati semangkuk bakso dan es campur. Namun semua kedekatan kami terjalin sebelum
ku tahu ia telah memiliki tambatan hati.
Aku mundur perlahan.