Selasa, 12 April 2022

Bukan Milik Kita



 9/30

Beberapa hari lalu, aku membaca berita tentang dua orang anak lelaki yang ditinggalkan di pinggir jalan oleh orangtunya. Ada juga tayangan berita yang memberitahukan tentang seorang bayi yang ditemukan di tempat pembuangan sampah. Yang sempat viral adalah tentang seorang ibu yang tega menggorok anaknya dengan dalih ia tak ingin anaknya merasakan sakit karena kejamnya hidup baginya.

Mungkin bagi mereka itu bentuk dari kasih sayang mereka. Mereka tentu berpikir bahwa anak-anak mereka harus tumbuh bahagia dan berkecukupan. Aku yakin mereka tentu juga pedih melakukan itu semua, namun mereka seolah tak memiliki pilihan. Padahal, bagi seorang anak, hidup bersama dengan orangtuanya adalah sebuah kebahagiaan itu sendiri.

Ah, rasanya Miris! Sedih!

Saat melihat dan mendengar berita itu. Entah, apapun alasan si orangtua melakukan tindakan tersebut, sangat disayangkan karena sang anak menjadi korban. Sedangkan di tempat lain, banyak orang yang sedang berharap akan kehadiran sang buah hati. Bahkan ada pula yang baru saja kehilangan.

Salah satunya adalah kerabatku, panggil saja dia Arkana dan Yania. Pasangan Ayah dan Ibu muda, yang hanya diberi kesempatan membersamai sang buah hati selama enam bulan.

“Ramadhan tahun lalu, kami bahagia sekali merasakan kehadiran Naya di rahim Yania. Kami membayangkan bagaimana bahagianya kami menghadapi Ramadhan tahun depan dengan adanya Naya bersama kami.” Ucap Arkana mengawali ceritanya kepadaku saat itu.

Naya putri kecil yang sangat dinantikan kehadirannya oleh Arkana dan Yania. Saat pertama kali mengetahui ada jabang bayi di rahim Yania, mereka sangat bahagia. Ramadhan tahun lalu mereka lalui dengan rasa bahagia dan tak sabar melihat Naya terlahir ke dunia. Qadarullah, Naya terlahir prematur. Ada kondisi yang tak normal di dalam dirinya. Bahagia bertemu dengan Naya bercampur dengan rasa sedih harus Arkana dan Yania lalui bersama. Yania sudah dinyatakan boleh kembali kerumah setelah melahirkan, sedangkan Naya masih harus menetap di rumah sakit untuk beberapa waktu. Meninggalkan Naya di rumah sakit sendiri untuk terus berjuang agar mampu bertahan hidup, adalah hal yang berat untuk Arkana dan Yania. Namun mereka memiliki keyakinan bahwa suatu hari Naya akan pulang dengan keadaan sehat. Dan jauh lebih kuat. Keyakinan itu selalu dibangun oleh Arkana dan Yania dalam barisan doa mereka. Mereka ingin hidup bersama dan bahagia bersama Naya, membersamai Naya hingga dewasa menjadi impian mereka.

Allah menjawab harapan mereka. Naya dapat pulang dari rumah sakit dengan keadaan jauh lebih baik. Namun harapan untuk dapat bersama Naya hingga Naya besar, tak dijawab oleh-Nya. Hanya enam bulan! Kebersamaan itu hanya enam bulan. Menjelang Ramadhan tahun ini, kondisi Naya kembali drop, dan harus dibawa ke rumah sakit. Setelah berjuang beberapa hari di rumah sakit, akhirnya Naya kembali ke sisi-Nya dengan begitu tenang. Meninggalkan goresan luka yang begitu perih di hati Yania sebagai ibunya, juga Arkana sebagai ayahnya.

Harapan melihat senyum Naya setiap hari, dapat menggendong tubuh mungilnya, memeluknya dengan kehangatan cinta, mendenga tawanya, melewati ramadhan bersama, hanya menjadi harapan kosong bagi Arkana dan Yania.

“Enam bulan kemarin bersama Naya, benar-benar membuat kami bahagia. Walau hanya enam bulan, tapi setidaknya kami merasakan bagaimana kami menjadi orangtua. Bagaimana kami harus banyak belajar dari sosok mungil seorang Naya. Jika orang berkata kami adalah orangtua yang hebat dan kuat, bukan! Karena sebenarnya Allah lah yang membuat kami kuat melalui Naya, putri kecil hebat yang mengajarkan bagaimana kami harus kuat dan berjuang. Naya memberikan kami banyak pelajaran berharga. Hadirnya membuat kami belajar untuk selalu bersyukur, bersabar, juga ikhlas dengan segala ketentuan Allah.”

Tentu rasanya berat bagi Arkana dan Yania, harus melewati Ramadhan tahun ini dengan hujan rindu kepada putri kecilnya, amanah Allah yang telah membuat mereka begitu sangat bahagia.

Cerita yang mengalir dari Arkana dan Yania membuat aku semakin tersadar, bahwa yang kita miliki bukanlah milik kita. Melainkan milik Allah. Segala yang ada di dalam dekapan dan genggaman, kelak harus kita lepaskan juga. Merelakannya untuk pulang kepada sang pemiliknya. Mereka pun telah memberikan aku pelajaran, bahwa seperti apapun tingkah pola anak-anak di samping kita, bersyukur dan bersabarlah. Mereka tak lama bersama kita. Karena lelahnya kita membersamai sang buah hati, itu menjadi hal yang sangat dirindukan oleh mereka yang telah ditinggalkan, atau yang sedang dalam penantian. Bersabarlah. Bersyukurlah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar