9/30
Beberapa hari lalu, aku membaca berita tentang dua orang anak lelaki
yang ditinggalkan di pinggir jalan oleh orangtunya. Ada juga tayangan berita
yang memberitahukan tentang seorang bayi yang ditemukan di tempat pembuangan
sampah. Yang sempat viral adalah tentang seorang ibu yang tega menggorok
anaknya dengan dalih ia tak ingin anaknya merasakan sakit karena kejamnya hidup
baginya.
Mungkin bagi mereka itu bentuk dari kasih sayang mereka. Mereka tentu berpikir bahwa anak-anak mereka harus tumbuh bahagia dan berkecukupan. Aku yakin mereka tentu juga pedih melakukan itu semua, namun mereka seolah tak memiliki pilihan. Padahal, bagi seorang anak, hidup bersama dengan orangtuanya adalah sebuah kebahagiaan itu sendiri.
Ah, rasanya Miris! Sedih!
Saat melihat dan mendengar berita itu. Entah, apapun alasan si
orangtua melakukan tindakan tersebut, sangat disayangkan karena sang anak
menjadi korban. Sedangkan di tempat lain, banyak orang yang sedang berharap
akan kehadiran sang buah hati. Bahkan ada pula yang baru saja kehilangan.
Salah satunya adalah kerabatku, panggil saja dia Arkana dan Yania.
Pasangan Ayah dan Ibu muda, yang hanya diberi kesempatan membersamai sang buah
hati selama enam bulan.
“Ramadhan tahun lalu, kami bahagia sekali merasakan kehadiran Naya di rahim
Yania. Kami membayangkan bagaimana bahagianya kami menghadapi Ramadhan tahun
depan dengan adanya Naya bersama kami.” Ucap Arkana mengawali ceritanya
kepadaku saat itu.
Naya putri kecil yang sangat dinantikan kehadirannya oleh Arkana dan
Yania. Saat pertama kali mengetahui ada jabang bayi di rahim Yania, mereka
sangat bahagia. Ramadhan tahun lalu mereka lalui dengan rasa bahagia dan tak
sabar melihat Naya terlahir ke dunia. Qadarullah, Naya terlahir prematur. Ada kondisi
yang tak normal di dalam dirinya. Bahagia bertemu dengan Naya bercampur dengan
rasa sedih harus Arkana dan Yania lalui bersama. Yania sudah dinyatakan boleh
kembali kerumah setelah melahirkan, sedangkan Naya masih harus menetap di rumah
sakit untuk beberapa waktu. Meninggalkan Naya di rumah sakit sendiri untuk
terus berjuang agar mampu bertahan hidup, adalah hal yang berat untuk Arkana
dan Yania. Namun mereka memiliki keyakinan bahwa suatu hari Naya akan pulang
dengan keadaan sehat. Dan jauh lebih kuat. Keyakinan itu selalu dibangun oleh
Arkana dan Yania dalam barisan doa mereka. Mereka ingin hidup bersama dan
bahagia bersama Naya, membersamai Naya hingga dewasa menjadi impian mereka.
Allah menjawab harapan mereka. Naya dapat pulang dari rumah sakit
dengan keadaan jauh lebih baik. Namun harapan untuk dapat bersama Naya hingga
Naya besar, tak dijawab oleh-Nya. Hanya enam bulan! Kebersamaan itu hanya enam
bulan. Menjelang Ramadhan tahun ini, kondisi Naya kembali drop, dan harus
dibawa ke rumah sakit. Setelah berjuang beberapa hari di rumah sakit, akhirnya
Naya kembali ke sisi-Nya dengan begitu tenang. Meninggalkan goresan luka yang
begitu perih di hati Yania sebagai ibunya, juga Arkana sebagai ayahnya.
Harapan melihat senyum Naya setiap hari, dapat menggendong tubuh
mungilnya, memeluknya dengan kehangatan cinta, mendenga tawanya, melewati
ramadhan bersama, hanya menjadi harapan kosong bagi Arkana dan Yania.
“Enam bulan kemarin bersama Naya, benar-benar membuat kami bahagia.
Walau hanya enam bulan, tapi setidaknya kami merasakan bagaimana kami menjadi
orangtua. Bagaimana kami harus banyak belajar dari sosok mungil seorang Naya. Jika
orang berkata kami adalah orangtua yang hebat dan kuat, bukan! Karena sebenarnya
Allah lah yang membuat kami kuat melalui Naya, putri kecil hebat yang
mengajarkan bagaimana kami harus kuat dan berjuang. Naya memberikan kami banyak
pelajaran berharga. Hadirnya membuat kami belajar untuk selalu bersyukur,
bersabar, juga ikhlas dengan segala ketentuan Allah.”
Tentu rasanya berat bagi Arkana dan Yania, harus melewati Ramadhan
tahun ini dengan hujan rindu kepada putri kecilnya, amanah Allah yang telah
membuat mereka begitu sangat bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar