Aku pernah berfikir bahwa mencintai seseorang dengan segenap hati akan membuatnya melihat Ku.Aku yakin, Jika aku bertahan cukup lama, dia akan menyadari bahwa aku selalu ada, menggiringi langkahnya tanpa diminta.
Tapi aku lupa satu hal, tidak semua yang ada akan terlihat, tidak semua yang setia akan di pilih.
Aku menunggu seperti gelombang yang tak pernah lelah mencumbu karang. Mengira bahwa perlahan, kerasnya akan luluh, Retak, lalu akan menerima kehadiranku. Tapi dia tetap diam, seteguh batu yang tak tersentuh olah ribuan ombak.
Aku mencoba menjadi angin yang berbisik di sekelinglingnya, berharap dia akan merasakan hangatnya keberadaan ku. Tapi baginya, aku hanyalah udara yang berlalu tanpa arti.
Aku terus mencari alasan untuk tetap tinggal, terus meyakinkan diri bahwa mungkin esok dia akan melihatku. Tapi nyatanya, aku hanya menanam harapan di tanah yang tandus, menyiraminya dengan doa-doa yang ahirnya mengering oleh kenyataan.
Aku sibuk mengejar kapal yang bahkan tak menyadari bahwa aku ada, hingga lupa bahwa lautan terlalu luas hanya untuk menunggu di satu darmaga.
Aku menolak kenyataan, enggan menerima bahwa takdir allah lebih luas dari inginku. Iklas bukan bearti kalah, tetapi berhenti berjuang untuk sesuatu yang tak pernah berjuang untukku.
Dan kini, di titik ahir penantian ini, aku pun sadar pada ahirnya kita berdua buta, Dia tak melihat ku, dan aku tak melihat siapapun selain Dia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar