Sudah ribuan kilometer ku melangkah, menjauh dari tanah kelahiran. Meninggalkan dua orang teristimewa nan berharga dalam hidupku. Dengan dalih, aku ingin berjuang menggapai impian demi membuat mereka tersenyum bangga. Serta terangkat martabatnya. Aku tahu pergi menjauh dari rumah yang begitu hangat adalah langkah yang paling berat ku ayunkan. Tapi mereka mendorongku untuk tetap pergi, dengan alasan, agar aku mendapatkan segala hal terbaik di tanah rantau. Demi melihat senyum bangga terukir di wajah mereka, ku sapa tanah rantau dengan suka cita. Ku katakana pada mereka aku telah sampai dengan selamat dan bahagia.
Waktu terus
berjalan. Kehidupanku terus berlanjut. Aku yang paling terbiasa hidup bersama
mereka, kini harus sendirian menghadapi kerasnya dunia. Aku yang sering kali
bercerita dan mengeluh baik buruknya hari yang ku lalui, kini harus ku pilah
pilih mana cerita yang layak untuk mereka dengar. Tentunya, aku selalu memilih
cerita yang berisi tentang suka cita, kebahagiaan, serta keberhasilan yang
telah ku raih. Ku pastikan mereka tak akan pernah mendengar cerita tentang
bagaimana aku yang harus menghadapi pahit dan getirnya kehidupan yang ku lalui
tanpa mereka membersamai di sisi. Mereka tak akan pernah mendengar bagaimana
perihnya perutku menahan lapar di kala malam semakin pekat, sedang aku tak
memiliki lembaran rupiah dalam genggaman. Mereka pun tak akan tahu bagaimana
rindu yang menyapa dalam sepinya malam seringkali menyakitkan.
Ku tahu, doa
mereka selalu melangit menemani setiap derap langkah yang ku pijak. Aku pun
tahu, harapan mereka melihat ku pulang dengan membawa keberhasilan selalu
mereka langitkan. Tapi kali ini, aku hanya ingin pulang. Tanpa melihat setinggi
apa harapan yang mereka gantungkan kepadaku. Tanpa ada yang harus aku bawa untuk
dipersembahkan.
Aku hanya ingin
pulang. Melepas lelah di pangkuan Ibu, berdialog penuh makna bersama Bapak.
Menikmati masakan terlezat buatan Ibu, mengiring senja dengan berbagi cerita
kepada Bapak, ditemani secangkir kopi hangat yang disajikan Ibu.
Aku ingin
pulang. Merasakan kembali kecup hangat di kening sebagai ucapan selamat pagi,
atau selamat tidur menjemput mimpi dari Ibu. Menatap kembali senyuman teduh
dari wajah tegas milik Bapak. Mendengarkan sejuta nasihat dari mereka agar aku
menjadi sosok yang kuat menghadapi dunia yang seringkali tak bersahabat. Aku rindu semua hal saat aku bersama mereka. Aku
hanya ingin pulang, Bu. Aku hanya ingin pulang, Pak. Aku rindu bersama kalian.
Aku hanya ingin pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar