Pikiranku ribut sekali sejak pagi.
Hei, kamu kenapa?
Tajam sekali pradugamu atasku. Sampai hati kau menuduhku serendah itu. Aku hanya ingin sedikit melangkah keluar. Menghirup udara segar demi menjadikan hati serta pikiranku lapang dan tetap waras. Tak bolehkah aku merasakan itu?
Pikiranku ribut sekali sejak pagi!
Semua mendadak rumit!
Salahku memang ... ketika batas ruang yang ada kuhalau perlahan. Bukan untuk kuhapuskan, bukan pula untukku meninggalkan tempatku sekarang. Aku hanya ingin tempat ini menjadi lebih luas.
Hei, bolehkah aku bicara?
Apa yang terjadi padamu, atau bahkan apa yang terjadi pada mereka, belum tentu terjadi padaku, bukan?
Aku sudah cukup paham berdiri dimana aku sekarang ini. Untuk menghancurkan yang kita sudah bangun bersama adalah hal yang mustahil bagiku.
Bolehkah aku bicara?
Bahwa kini aku merasa ... begitu bodoh dan pengecut.
Karena telah memilih selalu diam dari segala sakit yang ku rasa!
Karena telah memilih bungkam dari segala kecewa yang tercipta!
Karena telah memilih ... tak bersuara dan melerai peperangan batin dan pikiran yang hadir di hadapan!
Ya! Bodohnya aku!
Terlalu asik menikmati pikiran ku yang terlalu ribut sendiri.
Terlalu pasrah membiarkan dirimu ada di dalam pikiranmu sendiri ... tanpa tahu bagaimana aku.
Selalu menunggu karya2 mu selanjutnya
BalasHapus