Rabu, 16 Maret 2022
Jumat, 18 Februari 2022
Coming Back (part 3)
Sudah memasuki
hari Rabu ke tiga di bulan Juli, dan ini artinya sudah tiga hari berlalu sejak
pertemuanku dengan Faiz di resto Papa. Hari ini aku meminta izin ke pihak
kantor karena tidak bisa masuk, karena sejak kemarin sore badanku mendadak
tidak enak. Aku memilih untuk beristirahat lebih dulu dan memulihkan kondisiku.
Mungkin ini ada efek dari pertemuan tempo hari.
Ya. Karena sejak
hari itu sampai malam tadi aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Banyak hal yang
aku pikirkan dan pertimbangkan sebelum aku benar-benar memberikan keputusan
atas pernyataan Faiz.
“Saran Papa, Ra.
Anak sebaik Faiz terlalu sayang untuk ditolak. Selama dia bekerja dengan Papa,
diperhatikan dia itu anaknya baik, sholeh, kerjanya pun jujur. Ditambah Papa
tahu bagaimana latarbelakang keluarganya.” Tutur Papa saat perjalanan pulang
kemarin.
“Iya, Ra. Mama
juga setuju banget sih kalau kamu sama Faiz. Tapi ya keputusan tetap di kamu.
Kami tidak memaksakan, kami hanya memberi saran. Ya kan, Pa?” kata Mama yang
disetujui oleh Papa.
Papa dan Mama
memang tidak memaksa, tapi saran dan pernyataan mereka membuat aku berat untuk
menolak. Menolak? Aku rasa terpikirkan untuk menolakpun tidak. Hanya
saja untuk menyatakan aku menerima lamarannya masih ada ragu menyelimuti.
Aku baru saja
melepas mukena usai salat zuhur saat terdengar notif pesan masuk berbunyi. Aku
kembali ke atas kasur, bersandar di kepala ranjang dan kemudian membuka pesan
yang baru saja masuk. Dari nomor tanpa nama.
Assalammualaikum.
Apa kabar, Ra? Lagi sibuk gak?”
Selasa, 15 Februari 2022
Coming Back (part 2)
September 2019
Sejak perpisahan itu, Faiz perlahan menghilang dari
hadapanku, dan bahkan dari hidupku. Kami bukan lagi berjarak seperti yang ia
katakan. Tapi kami saling menjauh, mungkin tepatnya dia yang terus melangkah
menjauh dari ku. Karena aku sudah berusaha mencoba mencari tahu tentangnya,
atau paling tidak aku mencoba mendapatkan kabar tentangnya. Aku pun ingin
sekali tahu, apakah dia merindukanku. Sama dengan rindu yang ku rasakan. Rindu
yang terus tersulam indah dalam angan dan harapan perjumpaan dengannya. Namun,
segala usaha yang aku lakukan nihil.
Aku mencoba untuk mulai melupakannya walau nyatanya tak
pernah berhasil. Selalu ada getar rindu yang menyelinap di kala aku teringat
dirinya. Karena Faiz adalah lelaki yang telah memenangkan hatiku. Lelaki yang
telah mencuri hatiku lalu sekarang ia pergi menghilang tanpa jejak. Lelaki yang
sempat ku lukiskan harapan indah dalam kanvas angan masa depan. Mungkin dia
sudah melangkah jauh, merajut masa depan yang indah bersama wanita lain.
Melupakanku yang masih berdiri di depan gerbang pengharapan, menanti
kehadirannya. Mungkin aku terlalu bodoh, terlalu menutup mata kepada lelaki
lain. Tapi sungguh, aku tak mampu untuk mencintai yang lain, selain dirinya.
Aku masih menggantungkan harapan yang sama pada bait doa yang selalu ku
panjatkan, bahwa suatu saat dia kembali. Kembali ke hadapanku, kembali ke
kehidupanku. Kembali untuk menjemputku menjadi wanita yang akan menyempurnakan
setengah agamanya.
Tak terasa hampir tiga tahun sudah sejak kepergiannya. Hampir
tidak ada lagi komunikasi diantara kami. Terakhir ia mengirmkan ku pesan
mengucapkan congratulations atas kelulusan dan acara wisudaku. Aku tahu dari
Reina yang masih rajin stalking media sosial Faiz, bahwa ia sudah lulus
lebih dulu daripada aku. Aku hanya membalas ucapan ia sekadarnya. Setelah itu,
tidak ada lagi basa basi yang terjalin.
Demi menyembuhkan luka kesedihan yang telah digorekan oleh Faiz,
Senin, 14 Februari 2022
Coming Back (part 1)
Oktober,
2016.
Sejak hari itu,
aku ingin membuktikan kepadanya, bahwa tanpanya aku akan baik-baik saja. Ya!
Setidaknya aku tidak ingin terlihat lemah didepannya. Aku tidak ingin dia
melihat air mata menetas dari sudut mataku. Walau hanya setetes! Tidak akan ku
biarkan dia melihatnya. Aku tidak ingin dia merasa bahwa lelaki baik di bumi
ini hanya dia saja. Masih banyak lelaki
baik yang akan datang dan menggantikan posisi mu kelak di hatiku. Itu yang
aku katakan dan aku tancapkan dalam hatiku yang basah karna menangisi perpisahan itu. Tentu saja aku
katakan itu demi menguatkan hati dan diriku atas keputusannya yang begitu
tiba-tiba. Walau nyatanya aku nyaris tak bisa bernapas dan berdiri saat dia
katakan perpisahan itu dengan begitu tegas.
Senin, 07 Februari 2022
Just for You
Kamu, lelaki terbaik yang aku miliki setelah Abi. Sebentar lagi, usia bahtera ini memasuki angka delapan tahun. Aku tahu, ini bukanlah perjalanan yang singkat. Walau dilihat dari usia anak-anak, usia pernikahan kita ini ibarat ny masih anak-anak sekali. Tapi selama delapan tahun ini banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan darimu.
Pada awalnya,
Senin, 25 Oktober 2021
Manusia Hanyalah Manusia
Manusia, hanyalah manusia
Sehebat apapun ia di mata manusia lainnya, tetap saja ia hanyalah manusia biasa, yang tidak sehebat itu, karena ia sama-sama diciptakan oleh Tuhan yang sama.
Semanis apapun ia pada seseorang, tetap saja ia hanyalah manusia biasa, yang tanpa disadari akan berubah menjadi hal terpahit bagi orang lain. Karena waktu dapat merubahnya
Sebaik apapun ia, tetap saja ia hanyalah manusia biasa, yang memang tidak sebaik itu, karena ada masanya dimana waktu membuat ia berubah menjadi sosok yang tidak pernah bisa dikenali lagi
Sabtu, 09 Oktober 2021
Beradab Dulu Berilmu Kemudian
Saat ini, berapa banyak kita bisa melihat dan menyaksikan sendiri dari orang-orang terdekat, dari kerabat karib, bahwa mereka memiliki ilmu yang tinggi, hafalan quran yang banyak, penguasaan ilmu tafsir, fiqih, hadist yang luar biasa. Namun sikap, dan adab mereka terhadap orang-orang sekitarnya tidak mencerminkan dan tidak sesuai dengan ilmu yang mereka miliki.
Para ulama kita telah banyak memberikan peringatan bahwa kita harus mempelajari adab terlebih dulu sebelum menggeluti sebuah bidang keilmuan. Imam Malik rahimahullah pernah mengatakan:
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu” (Hilyatul Auliya [6/330], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17])
Mengapa beradab dulu menjadi lebih penting sebelum kita menguasai sebuah ilmu?
Lihat! Yusuf bin Al Husain rahimahullah pernah berkata:
بالأدب تفهم العلم
“Dengan adab, engkau akan memahami ilmu” (Iqtidhaul Ilmi Al ‘Amal [31], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).
Sabtu, 18 September 2021
Lelaki Masa Lalu
"Aku ingin kita selesai di sini, Banyak hal yang mungkin harus kita perbaiki. Aku pikir kita lebih baik masing-masing dulu."
Kalimat yang dilontarkan tiga tahun lalu oleh Syakila, kembali berputar kembali di telinga dan juga ruang memorinya dengan sangat jelas. Saat itu,
Jumat, 17 September 2021
Air Mata
Hai, kamu yang telah memanggilku. terimakasih telah menjadikanku kawanmu. Kawan di setiap keadaan. Aku tahu, hadirku tak selalu menandakan suatu yang buruk. Terkadang, untuk hal yang membahagiakan saja, kamu pasti menghadirkanku. Lalu kau sebut aku ini "air mata kebahagiaan." Banggakah aku? Oh tentu, karena dengan hadirku orang yang melihatmu akan ikut menjadi haru, dan haru kebahagiaanmu akan semakin meningkat bukan?
Aku mungkin sering kali hadir di saat yang tak baik. Di saat kamu berduka, di saat kamu merasa sangat lelah, di saat kamu merasa sepi, atau bahkan di saat kamu sedang merindu. Apapun itu keadaan mu, aku tetap bangga dan bahagia, karena kamu menghadirkan aku sebagai kawanmu. Mengeluarkan ku secara nyata bukan berarti kamu adalah manusia lemah dan cengeng. Hadirku bisa saja menguatkan kamu kembali dari segala kelemahan dan kerapuhan yang menimpa. Ya kan?
Aku bangga dengan kamu, yang mampu menahanku untuk tidak keluar dari persembunyian. Walau nyatanya, aku sangatlah kamu butuhkan. Tidak mengapa. Walau ku tak nyata di wajahmu, namun aku tetap ada. Mendampingimu, dan menjadi saksi dari segala rasa yang tercipta di hatimu.
Duhai kamu yang telah menyimpanku begitu rapih, yang mengizinkan aku keluar ketika kita hanya berdua, yang tidak ingin menampakkan aku secara nyata dan berlebihan kepada khalayak banyak, aku ucapkan, terimakasih. Terimakasih kamu sudah belajar selalu kuat sejauh ini. Walau aku adalah bagian dari partikel kecil yang membantu menguatkan mu. Jangan malu untuk menghadirkanku, apalagi saat kamu sedang bersimpuh kepada-Nya. Aku akan sangat bangga dan bahagia saat kamu mampu menghadirkanku di saat kamu sedang bersama-Nya.
Sekali lagi, terimakasih ya.
Rabu, 25 Agustus 2021
Bahagiaku Karena DIA Begitu Dekat
Sejak senin kemarin, pembelajaran untuk kuliah PPG sudah dimulai. Suatu hal yang sejak beberapa bulan lalu aku takuti, aku khawatirkan, dan aku bayangkan akan serepot apa, Pada nyatanya, itu semua hanya berkeliaran dalam pikiran saja, tidak pada realitanya.
Ya! Realitanya, hari ini, sampai di hari ke tiga pelaksanaan PPG ini, aku merasakan betapa Allah memberikan banyak kemudahan.