Tampilkan postingan dengan label cerbung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerbung. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 Februari 2022

Coming Back (part 3)

2/18/2022 11:04:00 PM 0 Comments

 


Sudah memasuki hari Rabu ke tiga di bulan Juli, dan ini artinya sudah tiga hari berlalu sejak pertemuanku dengan Faiz di resto Papa. Hari ini aku meminta izin ke pihak kantor karena tidak bisa masuk, karena sejak kemarin sore badanku mendadak tidak enak. Aku memilih untuk beristirahat lebih dulu dan memulihkan kondisiku. Mungkin ini ada efek dari pertemuan tempo hari.

Ya. Karena sejak hari itu sampai malam tadi aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Banyak hal yang aku pikirkan dan pertimbangkan sebelum aku benar-benar memberikan keputusan atas pernyataan Faiz.

“Saran Papa, Ra. Anak sebaik Faiz terlalu sayang untuk ditolak. Selama dia bekerja dengan Papa, diperhatikan dia itu anaknya baik, sholeh, kerjanya pun jujur. Ditambah Papa tahu bagaimana latarbelakang keluarganya.” Tutur Papa saat perjalanan pulang kemarin.

“Iya, Ra. Mama juga setuju banget sih kalau kamu sama Faiz. Tapi ya keputusan tetap di kamu. Kami tidak memaksakan, kami hanya memberi saran. Ya kan, Pa?” kata Mama yang disetujui oleh Papa.

Papa dan Mama memang tidak memaksa, tapi saran dan pernyataan mereka membuat aku berat untuk menolak. Menolak? Aku rasa terpikirkan untuk menolakpun tidak. Hanya saja untuk menyatakan aku menerima lamarannya masih ada ragu menyelimuti.

Aku baru saja melepas mukena usai salat zuhur saat terdengar notif pesan masuk berbunyi. Aku kembali ke atas kasur, bersandar di kepala ranjang dan kemudian membuka pesan yang baru saja masuk. Dari nomor tanpa nama.

Assalammualaikum.

Apa kabar, Ra? Lagi sibuk gak?”

Selasa, 15 Februari 2022

Coming Back (part 2)

2/15/2022 10:24:00 PM 0 Comments



September 2019

Sejak perpisahan itu, Faiz perlahan menghilang dari hadapanku, dan bahkan dari hidupku. Kami bukan lagi berjarak seperti yang ia katakan. Tapi kami saling menjauh, mungkin tepatnya dia yang terus melangkah menjauh dari ku. Karena aku sudah berusaha mencoba mencari tahu tentangnya, atau paling tidak aku mencoba mendapatkan kabar tentangnya. Aku pun ingin sekali tahu, apakah dia merindukanku. Sama dengan rindu yang ku rasakan. Rindu yang terus tersulam indah dalam angan dan harapan perjumpaan dengannya. Namun, segala usaha yang aku lakukan nihil.

Aku mencoba untuk mulai melupakannya walau nyatanya tak pernah berhasil. Selalu ada getar rindu yang menyelinap di kala aku teringat dirinya. Karena Faiz adalah lelaki yang telah memenangkan hatiku. Lelaki yang telah mencuri hatiku lalu sekarang ia pergi menghilang tanpa jejak. Lelaki yang sempat ku lukiskan harapan indah dalam kanvas angan masa depan. Mungkin dia sudah melangkah jauh, merajut masa depan yang indah bersama wanita lain. Melupakanku yang masih berdiri di depan gerbang pengharapan, menanti kehadirannya. Mungkin aku terlalu bodoh, terlalu menutup mata kepada lelaki lain. Tapi sungguh, aku tak mampu untuk mencintai yang lain, selain dirinya. Aku masih menggantungkan harapan yang sama pada bait doa yang selalu ku panjatkan, bahwa suatu saat dia kembali. Kembali ke hadapanku, kembali ke kehidupanku. Kembali untuk menjemputku menjadi wanita yang akan menyempurnakan setengah agamanya.

Tak terasa hampir tiga tahun sudah sejak kepergiannya. Hampir tidak ada lagi komunikasi diantara kami. Terakhir ia mengirmkan ku pesan mengucapkan congratulations atas kelulusan dan acara wisudaku. Aku tahu dari Reina yang masih rajin stalking media sosial Faiz, bahwa ia sudah lulus lebih dulu daripada aku. Aku hanya membalas ucapan ia sekadarnya. Setelah itu, tidak ada lagi basa basi yang terjalin.

Demi menyembuhkan luka kesedihan yang telah digorekan oleh Faiz,

Senin, 14 Februari 2022

Coming Back (part 1)

2/14/2022 04:53:00 AM 1 Comments

 

Oktober, 2016.

Sejak hari itu, aku ingin membuktikan kepadanya, bahwa tanpanya aku akan baik-baik saja. Ya! Setidaknya aku tidak ingin terlihat lemah didepannya. Aku tidak ingin dia melihat air mata menetas dari sudut mataku. Walau hanya setetes! Tidak akan ku biarkan dia melihatnya. Aku tidak ingin dia merasa bahwa lelaki baik di bumi ini hanya dia saja. Masih banyak lelaki baik yang akan datang dan menggantikan posisi mu kelak di hatiku. Itu yang aku katakan dan aku tancapkan dalam hatiku yang basah karna menangisi perpisahan itu. Tentu saja aku katakan itu demi menguatkan hati dan diriku atas keputusannya yang begitu tiba-tiba. Walau nyatanya aku nyaris tak bisa bernapas dan berdiri saat dia katakan perpisahan itu dengan begitu tegas.

Rabu, 15 Februari 2012

Surat Untuk Mama, part 2

2/15/2012 08:28:00 PM 0 Comments


^^^
Andre langsung beralih ke kamar tidurnya dari ruang TV. Terdiam seorang diri di atas kasurnya yang cukup besar nan empuk itu. Kesendiriannya seperti membawa ia ke dalam kehidupannya beberapa tahun yang lalu. Ia pun tergerak untuk mengambil kotak yang menyimpan banyak kenangan  di masa lalunya. Andre seperti sedang menyaksikan film yang memutar kisah pertemuannya dengan sang pujaan hati yang kemudian memberikannya harta terindah, Aira.
^^^

Andre sudah mulai menyukai Anita saat pertama kali mereka bertemu di kampus dan sedang menjalankan Masa Perkenalan Mahasiswa Baru. Hari pertama MPMB menjadi hari pertama Andre kenal dengan sosok Anita. Sosok perempuan yang anggun, cantik, terlihat pintar dan baik. Andre semakin mengenal Anita saat mereka tahu bahwa mereka satu fakultas, satu jurusan, dan bahkan satu kelas! Suatu kebetulan yang sangat Andre sukai. Pendekatan pun mulai gencar Andre lakukan. Perlahan, namun tepat pada sasaran. Itulah prinsip Andre. Ia tidak ingin terlihat dan terlalu terburu-buru mendekati Anita. Takut salah langkah yang ada Anita meninggalkannya. Ia berusaha dan mencoba mencari tahu tentang Anita lebih dalam. Selama lima semester Andre hanya berani dekat dengan Anita. Memberikan perhatiannya. Selalu memberikan waktu untuk Anita saat ia butuh teman curhat. Tidak pernah ada pernyataan bahwa ia mencintai Anita. Bahkan ia pun selalu mencoba kuat dan tegar saat ia mendapatkan cerita bahwa Anita sudah berpacaran. Andre tidak pernah patah semangat. Dengan keyakinan rasa cinta, sayang serta perhatiannya yang selalu ia berikan kepada Anita, ia yakin suatu saat nanti Anita akan datang kepelukannya.
Memasuki akhir semester enam, Andre pun membuktikan sendiri keyakinannya itu. Anita kembali kepadanya. Anita datang kerumahnya dan menceritakan kisah berakhirnya hubungan Anita dengan pacarnya. Andre merasa sangat senang, walau di sisi lain hatinya ia ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Anita. Tiga bulan lamanya Andre mencoba membuat Anita melupakan masa lalu dengan mantan pacarnya itu. Berbagai macam hal Andre lakukan untuk menghibur Anita. Sampai akhirnya Andre pun berani mengungkapkan rasa cinta dan sayangnya itu kepada Anita.
“Aku mau menjadi pacar kamu, Ndre.” Jawab Anita.
“Kalau aku meminta kamu untuk menjadi calon pedampingku, apa kamu mau?” tanya Andre.
Anita terlihat tersipu malu dan akhirnya menjawab,
“Aku bersedia, Ndre.”
Jawaban itu membuat Andre seperti terbang ke langit. Walau hanya jawaban singkat dari Anita, itu semua membuat Andre luar biasa bahagia. Andre mulai mencari pekerjaan untuk mempersiapkan penikahannya nanti bersama Anita. Tidak peduli jika ia masih kuliah. Ia akan mengatur waktu sebaik mungkin untuk bisa kuliah dengan cepat dan mendapatkan hasil yang sempurna serta bekerja untuk mengumpulkan biaya menuju pernikahannya nanti.
Waktu kelulusan pun tiba. Andre dan Anita lulus bersamaan. Andre menyandang gelar sebagai mahasiswa terbaik di jurusan HI. Setahun setelah kelulusan mereka, Andre melamar Anita, dan selang sebulan setelah acara lamaran itu, mereka pun menikah. Suatu kebahagiaan yang tiada tara yang Andre dan Anita rasakan. Andre tidak menyangka bahwa penantiannya selama enam semester untuk mendapatkan Anita tidak sia-sia. Pada akhirnya Anita pun menjadi istrinya. Andre merasa menjadi pria yang paling beruntung karena telah mencintai, menyayangi, serta mencintai Anita, wanita catik, pintar, cerdas, baik, dan begitu menghormati orang tua.
Andre yang menjadi anak terakhir dari tiga bersaudara akhirnya harus menetap di rumah orang tuanya.
“Siapa yang akan mengurus Ibu dan Bapak kalau kamu keluar dari rumah ini, De?” tanya Ibu suatu hari saat Andre menyatakan rencananya ingin memiliki rumah sendiri bersama Anita.
Andre pun menceritakan ketidak inginan Ibu jika ia dan Anita meninggalkan Ibu dan Bapak hanya berdua di rumah yang cukup besar itu.
“Yasudah, Mas. Benar kata Ibu, kalau kita keluar, siapa yang akan mengurus mereka? Aku siap ko, merawat Ibu dan bapak, sampai kapanpu!” kata Anita menenangkan suamianya itu.
Andre tersenyum mendengar ucapan istrinya itu. Kebanggaan Andre kepada Anita naik satu tingkat. Bersyukurnya Andre karena memiliki istri yang begitu pengertian dan mau berkorban demi dirinya dan Ibu serta bapak.
Lima bulan setelah pernikahan mereka, Anita memberikan tanda-tanda bahwa di dalam rahimnya akan tumbuh buah hati mereka. Dan sejak saat itu Anita melepaskan pekerjaannya sebagai wanita karir dan total hanya mengurus Ibu dan Bapak di rumah. Serta menjaga buah hati mereka ini sepenuh hati. Ibu dan Bapak pun ikut menjaga dan memperhatikan kondisi Anita. Walau ini bukanlah cucu pertama bagi Ibu dan Bapak, tapi calon cucunya inilah yang akan menjadi cucu pertama yang tinggal bersama mereka. Ibu dan Bapak membayangkan betapa ramainya rumah ini jika si kecil ini terlahir ke dunia, mengisi bagian dari rumah ini. Ibu dan Bapak tidak membiarkan Anita bekerja keras. Mereka pun tidak akan membiarkan Anita kelelahan. Tugas anita hanyalah menjaga sang buah hati hingga lahir nanti.
Dan saatnya telah tiba. Sembilan bulan ia melalui hari-hari bersama sang buah hati yang menemaninya kemana pun ia pergi dan melangkah. Sembilan bulan sudah Anita menjaga buah hatinya dengan Andre di dalam rahimnya yang kokoh. Kini saatnya ia keluar dari persembunyiannya. Saatnya sang buah hati ikut merasakan dan menghirup udara dunia. Dan terlahir lah anak perempuan yang mungil dan cantik dengan proses dan kondisi yang normal. Perpaduan antara Andre dan Anita yang sangat pas. Hidungnya mancung seperti Anita, kulitnya sawo matang seperti Andre. Matanya pun benar-benar perpaduan antara Andre dan Anita yang sangat seimbang.

Surat Untuk Mama, part 1

2/15/2012 11:47:00 AM 0 Comments

Dua hari menjelang pesta ulangtahunku yang ke- 17
20 September 2008
Untuk Periku yang tak pernah ku lihat ....
Untuk pahlawanku yang tak pernah ku tatap ....
Mama.
Bagaimana dengan Mamamu? Mamaku selalu menyenangkan. Dia adalah orang yang sangat baik! Coba sekarang kamu ceritakan bagaimana dengan Mamamu? Apakah dia orang yang baik juga seperti Mamaku?
Pertanyaan itu sering sekali aku dapatkan sejak dulu. Sejak aku mulai sekolah. Sejak aku memiliki teman banyak. Mereka saling membanggakan Mamanya. Mereka saling menceritakan kebaikan Mamanya. Tapi aku tidak pernah bisa melakukan itu, Ma. Karena aku tidak pernah tahu semua tentang Mama. Kata Papa, Mama adalah orang yang baik dan cantik. Aku pernah sekali diperlihatkan foto Mama. Dan aku akui bahwa Mama memang orang yang cantik, dan mungkin juga baik. Saat ada seseorang yang menanyakan bagaimana Mamaku? Maka yang hanya bisa ku katakan adalah bahwa Mama adalah sosok perempuan yang sangat cantik.
Ma, tahukah Mama? Aku sangat merindukan Mama! Di setiap jantung ini berdegup, di setiap tarikan serta hembusan nafas ini, aku selalu menunggu kedatangan Mama. Aku tidak akan memaksa Mama untuk tinggal bersama ku serta bersama Papa, Nenek, dan Kakek di rumah ini. Aku hanya ingin Mama datang. Walau sebenatar saja, Ma. Walau hanya memelukku sedetik, Ma. Karena aku sangat merindukan Mama.
Dulu, saat aku masih duduk di bangku SD. Aku selalu iri dengan teman-temanku, Ma.