Kamu, lelaki terbaik yang aku miliki setelah Abi. Sebentar lagi, usia bahtera ini memasuki angka delapan tahun. Aku tahu, ini bukanlah perjalanan yang singkat. Walau dilihat dari usia anak-anak, usia pernikahan kita ini ibarat ny masih anak-anak sekali. Tapi selama delapan tahun ini banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan darimu.
Pada awalnya,
kamu memang bukan tipe aku. Jauh sekali dari tipe lelaki yang aku impikan. Tapi ternyata, kamu adalah lelaki yang sangat membuat aku nyaman, dan banyak membuka pikiran aku yang sempit. Kamu membuka mataku yang seringkali tertutup terhadap banyak hal. Kamu, imam yang selalu berjuang menggenggam tanganku, dan membimbingku untuk terus berada di jalan yang tepat. Sedang aku, si makmum yang sangat keras kepala. Aku tahu, tidak mudah tentu perjuanganmu untuk menjadikan ku lebih baik. Ya! Aku merasa jauh lebih baik. Setelah bertemu, mengenal, dan hidup bersamamu.Tidak bisa dipungkiri, selalu banyak ekspektasiku tentang kamu. Terlalu tinggi mimpi dan harapanku terhadap kamu. Sehingga seringkali membuat aku begitu lelah dengan perjalanan ini. Tak jarang bisikan setan untuk berhenti pada perjalanan ini, menghampiri hati dan pikiranku. Tapi aku tidak pernah menemukan alasan kuat dan logis untuk berhenti pada perjalan ini. Aku pun selalu tidak yakin akan mampu hidup jika berpisah denganmu.
Aku ingat, seseorang pernah berkata padaku, "Lebih baik marah dengan pasangan yang ada dihadapan, karena seiring waktu amarah itu akan mereda, dan dia tetap ada di samping kita, daripada merindukan dia yang udah gak pernah bisa lagi kita temui. So, banyak bersyukurlah! Manfaatkan waktu sebaik mungkin selama dia masih ada."
Kalimat itu selalu menjadi kekuatanku untuk menepis bisikan-bisikan setan yang meminta ku untuk menyerah dan berhenti pada perjalanan ini. Bukankan kebahagiaan dan penghargaan tertinggi bagi kaum mereka adalah ketika berhasil memisahkan sepasang kekasih yang halal?
Jujur, aku seringkali lelah berada di posisi ini, di peran ini, dan lelah ini membuat emosiku tidak stabil. Tidak karuan rasanya. Aku yakin kamu tahu, betapa kacaunya aku kalau sudah meledak. Hahahaha. Kamu pun sering berkata "energi positifku seperti terkuras habis kalau emosi negatifmu sudah meledak kemana-mana." dan saat kalimat itu terucap, aku hanya diam. Emosi? masih! Mereda? tidak! Berpikir untuk segera berubah? My be yes, my be no! hahaha. Ya! jahat memang kalau dipikir-pikir. Tapi yaitulah aku. Emak-emak labil yang seringkali merasa kacau. Aku saja kadang bingung dan bertanya "Ada apa dengan aku? rasanya aku harus ke psikolog!" Karena aku seringkali meras mood swing yang kelewatan dan aneh!
Hingga akhirnya, quality time kita beberapa waktu lalu, dialog kita beberapa saat lalu, membuat aku tersadar, bahwa selama ini aku yang salah. Lelah secara fisik dan psikis selama ini yang aku rasakan adalah karena aku sendiri. Kalau katamu, "kamu terlalu perfeksionis. Untuk beberapa hal mungkin baik, namun di hal yang lain justru membuat kamu tersiksa."
Ya! Aku setuju!
Saran-saran yang kamu berikan saat itu aku simak, aku cerna dalam-dalam, dan aku coba terapkan.
Dan satu pesanmu lagi yang membuat aku tertampar adalah, "Ingat, bahwa sebuah pernikahan itu bukan tempat untuk saling merubah sesuai yang kita mau, melainkan saling menerima, saling mendukung, saling mengingatkan, dan saling memberi. Karena itulah cinta."
Ya! kamu benar. Dan mulai siang itu, aku merasa selama ini begitu egois kepada kamu, kepada hubungan kita. Parahnya, anak-anak yang menjadi korban keegoisan aku.
Sejak hari itu, aku bertekad untuk semakin memperbaiki diri. Aku ingin menjadi wanita yang menyandang label seorang istri juga ibu terbaik. Aku ingin jika kelak aku menutup usia lebih dulu darimu, kamu akan mengenangku menjadi wanita terbaik yang pernah Allah titipkan dalam hidupmu, menjadi Ibu terbaik yang pernah Allah berikan kepada anak-anak kita.
Sejak hari itu, aku kembali merasakan jatuh cinta untuk kesekian kalinya kepadamu. Kembali bersyukur tak terkira kepada Allah karena telah menitipkan aku kepadamu, dan menitipkan kamu kepadaku untuk kita saling menguatkan, berjalan beriringan, berjuang bersama mengarungi bahtera ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar