Selasa, 29 November 2022

Seolah Nyata

11/29/2022 12:46:00 AM 0 Comments


 Pertemuan itu terjadi kembali

Wajahmu, senyummu, suaramu, terdengar kembali

Memeluk hati yang merindu

Meredam rindu yang bertalu

Hari yang kian lama telah ku nanti

Tanpa ku pinta ia datang tanpa permisi

Sebuah kejutan yang begitu indah

Meski hanya seolah nyata

Namun ku bahagia, karena akhirnya temu itu terasa jua

Bagaimanapun kau tak akan kembali nyata

Dirimu hanya akan selalu datang

Pada dunia yang seolah nyata

Meski begitu, kuucapkan terimakasih

Hadirmu, yang seolah nyata telah membayar ribuan detik yang berlalu 

Dengan berselimut rindu yang tak henti menggebu



Selasa, 19 Juli 2022

Appreciate to myself

7/19/2022 08:29:00 AM 0 Comments

 Mengapresiasi atau menghargai orang lain itu perlu, bahkan harus. Namun, menghargai diri sendiri pun tidak kalah pentingnya. Aku merasa, bahwa setiap pencapaian yang aku lakukan setiap harinya bukanlah perkara mudah dan ringan. Namun, saat aku mampu melewati itu semua, melewati tantangan yang ada di setiap harinya, selalu ada rasa penuh syukur dan bahagia. 


Pada tulisan ini, aku ingin mengapresiasi diri ku sendiri. Bukan, bukan untuk menyombongkan diri. Ini hanya untuk membuat aku semakin bersyukur dan mengingat bahwa ternyata atas bantuan-Nya, aku mampu melewati hari demi hari yang seperti ini.

Minggu, 17 April 2022

Allah, Sang Pemberi Rezeki

4/17/2022 09:53:00 PM 0 Comments


‘Telur habis, minyak goreng menipis, gula habis. Hhhfff besok harus belanja lagi kalau begitu.’ Desis bu Ratna setelah mengontrol keadaan dapur asrama.

Keadaan pondok pesantren yatim dhuafa yang dikelola bersama mediang suaminya sedang tidak baik-baik saja. Terutama dalam keadaan pemasukan finansial. Ia harus benar-benar putar otak untuk mengatur keuangan yang pemasukannya tak seberapa. Tak jarang ia mengetuk pintu menjalin silaturrahim kepada orang-orang yang pernah menjadi bagian dari donatur pesantren, dan meminta sedikit infaknya untuk pesantren. Agar dapur bisa terus ngebul.

“Ya Allah, Ya Rabb… bantu kami. Kirimkanlah rezeki untuk anak-anak santri kami melalui orang-orang baik yang Engkau gerakkan hatinya. Cukupkanlah segala kebutuhan mereka ya, Rabb. Dzat yang Maha Pengasih Maha Penyayang.” Pinta Bu Ratna pada suatu malam seusai tahajudnya. Ia tahu, bahwa hanya ada satu dzat yang tidak pernah mengecewakan dan akan selalu mengabulkan segala permintaannya, Allah. Entah bagaimana cara-Nya, seringkali Bu Ratna merasakan Maha Kuasanya Allah dengan mengirimkan orang-orang baik yang mencukupi kebutuhan makan sehari-hari untuk anak-anak santri di tempatnya.

Keesokan harinya, ia mendapat kabar bahwa akan ada salah seorang kerabatnya yang ingin berkunjung. Tentu hal tersebut disambut dengan sangat baik oleh Bu Ratna. Pukul sembilan pagi, sang kerabat yang ditunggu pun tiba.

“Berdua aja?” tanya Bu Ratna menyapa sang kerabat saat baru tiba.

Kamis, 14 April 2022

Bijak Bermedia Sosial

4/14/2022 12:11:00 PM 0 Comments

“Assalammualaikum…” terdengar suara Ayah yang baru pulang kerja. Dhira yang sedang sibuk dengan tugas sekolahnya segera keluar kamar menyambut kedatangan sang Ayah. Tiga hari tidak bertemu dengan Ayahnya merupakan kerinduan terberat bagi Dhira.

“Walaikumsalam… Ayah….” Sapa Dhira yang langsung menghambur kepelukan Ayah. Ayah yang masih duduk di kursi tamu demi melepas penat sejenak langsung tersenyum bahagia mendapatkan pelukan hangat dari anak perempuan semata wayangnya.

“Ibu mana, Nak?” tanya Ayah setelah melepaskan pelukannya dan mendaratkan kecupan hangat di kening Dhira.

“Lagi ke luar tadi sama abang Faiz.” Jawab Dhira. “Aku kira Ayah akan pulang selepas Isya.” Lanjut Dhira.

“Enggak, Alhamdulillah kerjaan Ayah selesai lebih cepat dari perkiraan.”

“Alhamdulillah, soalnya Dhira kangen banget sama Ayah.” Ucap Dhira sambil menyandarkan kepalanya di lengan Ayah.

“Baru juga tiga hari enggak ketemu Ayah.” Ledek Ayah.

“Tiga hari tuh lama, Ayah!” rajuk Dhira.

“Iya..iya..maaf.” Jawab Ayah sambil mencubit kecil hidung Dhira yang mungil. “Ayah ke kamar dulu ya, istirhat dulu. Nanti kita buka puasa dan terawih di rumah aja, ya..” lanjut Ayah.

“Siap ayah! Dimanapun asal sama Ayah, Dhira ikut!” jawab Dhira sambil berlagak seperti prajurit yang sedang hormat kepada komandannya.

“Tolong kasih tahu Fawwaz dan Farzan, Ayah tunggu buka puasa di rumah.” Perintah Ayah sebelum benar-benar memasuki kamar.

Tanpa menunda, Dhira langsung menghubungi Fawwaz, kakak pertama, dan juga Farzan, kakak kedua yang sedang berada di kampus masing-masing. Setelah itu, Dhira kembali melanjutkan mengerjakan tugas sekolahnya di kamar.

Tidak lama kemudian,

Rabu, 13 April 2022

Tak Ada yang Tertolak

4/13/2022 11:14:00 AM 0 Comments


 

((10/30)) Ditinggalkan oleh seseorang yang paling penting dalam hidup ini adalah hal yang paling menyesakkan. Ditambah ada amanah besar yang harus dijalankan. Sedangkan ilmunya belum banyak diwariskan.

Bingung! Ingin menyerah! Ingin pergi meninggalkan, namun rasnaya sulit. ‘Ah, Abi, aku harus bagaimana?’ pertanyaan itu sering kali terlontar dalam diamku.

Tujuh tahun lalu, Abi kembali ke kampung abadi dengan begitu tenang, dan terlihat bahagia. Terpancar dari wajahnya yang bersih, bercahaya, dan juga tersenyum setelah ruhnya terlepas dari jasad. Ia meninggalkan sebuah pesantren sebagai ladang dakwahnya. Pesantren yang mengutamakan menampung anak-anak yatim dhuafa.

Selasa, 12 April 2022

Bukan Milik Kita

4/12/2022 09:49:00 AM 0 Comments


 9/30

Beberapa hari lalu, aku membaca berita tentang dua orang anak lelaki yang ditinggalkan di pinggir jalan oleh orangtunya. Ada juga tayangan berita yang memberitahukan tentang seorang bayi yang ditemukan di tempat pembuangan sampah. Yang sempat viral adalah tentang seorang ibu yang tega menggorok anaknya dengan dalih ia tak ingin anaknya merasakan sakit karena kejamnya hidup baginya.

Mungkin bagi mereka itu bentuk dari kasih sayang mereka. Mereka tentu berpikir bahwa anak-anak mereka harus tumbuh bahagia dan berkecukupan. Aku yakin mereka tentu juga pedih melakukan itu semua, namun mereka seolah tak memiliki pilihan. Padahal, bagi seorang anak, hidup bersama dengan orangtuanya adalah sebuah kebahagiaan itu sendiri.

Ah, rasanya Miris! Sedih!

Rabu, 16 Maret 2022

Hai, Kenangan!

3/16/2022 10:28:00 AM 0 Comments
pict form pixabay

Hai, kenangan...
Selama ini, kau terlalu rapat kusimpan dalam sudut memori.
Seringkali... aku takut menghadirkanmu kembali ke permukaan ingatan 
Aku takut, saat menghadirkanmu kembali, aku akan kembali ikut tenggelam ke masa itu. 
Masa dimana semua begitu indah, penuh tawa bahagia, sekaligus penuh torehan luka tak berdarah
Aku ingin membuangmu dari sudut memori
Karena adanya dirimu; walau hanya sebatas sebuah kenangan, seringkali membuat sesak dada ini

Jumat, 18 Februari 2022

Coming Back (part 3)

2/18/2022 11:04:00 PM 0 Comments

 


Sudah memasuki hari Rabu ke tiga di bulan Juli, dan ini artinya sudah tiga hari berlalu sejak pertemuanku dengan Faiz di resto Papa. Hari ini aku meminta izin ke pihak kantor karena tidak bisa masuk, karena sejak kemarin sore badanku mendadak tidak enak. Aku memilih untuk beristirahat lebih dulu dan memulihkan kondisiku. Mungkin ini ada efek dari pertemuan tempo hari.

Ya. Karena sejak hari itu sampai malam tadi aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Banyak hal yang aku pikirkan dan pertimbangkan sebelum aku benar-benar memberikan keputusan atas pernyataan Faiz.

“Saran Papa, Ra. Anak sebaik Faiz terlalu sayang untuk ditolak. Selama dia bekerja dengan Papa, diperhatikan dia itu anaknya baik, sholeh, kerjanya pun jujur. Ditambah Papa tahu bagaimana latarbelakang keluarganya.” Tutur Papa saat perjalanan pulang kemarin.

“Iya, Ra. Mama juga setuju banget sih kalau kamu sama Faiz. Tapi ya keputusan tetap di kamu. Kami tidak memaksakan, kami hanya memberi saran. Ya kan, Pa?” kata Mama yang disetujui oleh Papa.

Papa dan Mama memang tidak memaksa, tapi saran dan pernyataan mereka membuat aku berat untuk menolak. Menolak? Aku rasa terpikirkan untuk menolakpun tidak. Hanya saja untuk menyatakan aku menerima lamarannya masih ada ragu menyelimuti.

Aku baru saja melepas mukena usai salat zuhur saat terdengar notif pesan masuk berbunyi. Aku kembali ke atas kasur, bersandar di kepala ranjang dan kemudian membuka pesan yang baru saja masuk. Dari nomor tanpa nama.

Assalammualaikum.

Apa kabar, Ra? Lagi sibuk gak?”

Selasa, 15 Februari 2022

Coming Back (part 2)

2/15/2022 10:24:00 PM 0 Comments



September 2019

Sejak perpisahan itu, Faiz perlahan menghilang dari hadapanku, dan bahkan dari hidupku. Kami bukan lagi berjarak seperti yang ia katakan. Tapi kami saling menjauh, mungkin tepatnya dia yang terus melangkah menjauh dari ku. Karena aku sudah berusaha mencoba mencari tahu tentangnya, atau paling tidak aku mencoba mendapatkan kabar tentangnya. Aku pun ingin sekali tahu, apakah dia merindukanku. Sama dengan rindu yang ku rasakan. Rindu yang terus tersulam indah dalam angan dan harapan perjumpaan dengannya. Namun, segala usaha yang aku lakukan nihil.

Aku mencoba untuk mulai melupakannya walau nyatanya tak pernah berhasil. Selalu ada getar rindu yang menyelinap di kala aku teringat dirinya. Karena Faiz adalah lelaki yang telah memenangkan hatiku. Lelaki yang telah mencuri hatiku lalu sekarang ia pergi menghilang tanpa jejak. Lelaki yang sempat ku lukiskan harapan indah dalam kanvas angan masa depan. Mungkin dia sudah melangkah jauh, merajut masa depan yang indah bersama wanita lain. Melupakanku yang masih berdiri di depan gerbang pengharapan, menanti kehadirannya. Mungkin aku terlalu bodoh, terlalu menutup mata kepada lelaki lain. Tapi sungguh, aku tak mampu untuk mencintai yang lain, selain dirinya. Aku masih menggantungkan harapan yang sama pada bait doa yang selalu ku panjatkan, bahwa suatu saat dia kembali. Kembali ke hadapanku, kembali ke kehidupanku. Kembali untuk menjemputku menjadi wanita yang akan menyempurnakan setengah agamanya.

Tak terasa hampir tiga tahun sudah sejak kepergiannya. Hampir tidak ada lagi komunikasi diantara kami. Terakhir ia mengirmkan ku pesan mengucapkan congratulations atas kelulusan dan acara wisudaku. Aku tahu dari Reina yang masih rajin stalking media sosial Faiz, bahwa ia sudah lulus lebih dulu daripada aku. Aku hanya membalas ucapan ia sekadarnya. Setelah itu, tidak ada lagi basa basi yang terjalin.

Demi menyembuhkan luka kesedihan yang telah digorekan oleh Faiz,

Senin, 14 Februari 2022

Coming Back (part 1)

2/14/2022 04:53:00 AM 1 Comments

 

Oktober, 2016.

Sejak hari itu, aku ingin membuktikan kepadanya, bahwa tanpanya aku akan baik-baik saja. Ya! Setidaknya aku tidak ingin terlihat lemah didepannya. Aku tidak ingin dia melihat air mata menetas dari sudut mataku. Walau hanya setetes! Tidak akan ku biarkan dia melihatnya. Aku tidak ingin dia merasa bahwa lelaki baik di bumi ini hanya dia saja. Masih banyak lelaki baik yang akan datang dan menggantikan posisi mu kelak di hatiku. Itu yang aku katakan dan aku tancapkan dalam hatiku yang basah karna menangisi perpisahan itu. Tentu saja aku katakan itu demi menguatkan hati dan diriku atas keputusannya yang begitu tiba-tiba. Walau nyatanya aku nyaris tak bisa bernapas dan berdiri saat dia katakan perpisahan itu dengan begitu tegas.

Senin, 07 Februari 2022

Just for You

2/07/2022 09:00:00 PM 0 Comments

 


















Kali ini, izinkan aku mengabadikan rasa syukurku karena dititipkan oleh Allah kepada lelaki seperti mu, di ruang ini.

Kamu, lelaki terbaik yang aku miliki setelah Abi. Sebentar lagi, usia bahtera ini memasuki angka delapan tahun. Aku tahu, ini bukanlah perjalanan yang singkat. Walau dilihat dari usia anak-anak, usia pernikahan kita ini ibarat ny masih anak-anak sekali. Tapi selama delapan tahun ini banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan darimu. 

Pada awalnya,