Sabtu, 01 Februari 2025

Masih Kamu Pemenangnya

2/01/2025 02:14:00 PM 1 Comments


Pertemuan kita terlalu cepat dan singkat. Namun entah kenapa, rasa yang tercipta dan tertinggal begitu melekat dengan sangat hebat. 
Aku mengira setelah kata sepakat untuk kita mengakhiri apa yang kita rasa, berhenti mengharapkan segala yang tak mungkin untuk menjadi mungkin, semua akan kembali seperti semula. Seperti saat aku belum mengenalmu. 
Aku berpikir, bahwa rasa yang telah kita cipta pun akan ikut berakhir. Namun nyatanya tidak!
Setelah kita sepakat untuk saling melepaskan, berdamai dengan keadaan, ku biarkan kau berkelana mencari siapa yang mampu membuatmu bahagia dengan begitu paripurna. Ku persilahkan kau singgah dan menetap di hati siapa saja yang kau ingikan. Asal kau bahagia, begitu pikirku.
Lalu aku? 
Aku tetap berjalan, berusaha menjauh darimu, menjauh dari bayang-bayang tentangmu. Aku pun berkelana, mencari bahagia yang ku inginkan. Mencari kata bahagia dengan level yang setara saat aku bersamamu. Aku mencari penggantimu, mungkin dari wajah yang serupa, atau suara yang sama, atau bahkan mungkin dari kebiasaaan, hobi, dan segala kesukaanmu yang persis seperti mu. Tapi aku tidak pernah menemukannya. Dan tentu tidak akan pernah menemukannya!
 Ya. Bodohnya aku, karena aku mencarimu di orang lain.
Dari sekian banyak yang datang bertamu, tak juga ku temukan seseorang sepertimu. Mereka yang datang dan singgah sementara waktu hanya ingin memberi tahuku, bahwa tak ada seorangpun yang memiliki ketulusan rasa seperti yang kau bawa. Atau mungkin mereka membawa ketulusan rasa itu, namun hatiku sudah terkunci rapat hanya karena satu nama yaitu, kamu!
Hingga akhirnya aku tersadar, aku tak pernah benar-benar bisa menjauh darimu. Aku tak pernah benar-benar bisa melepaskanmu. Aku bahkan tak pernah ingin kita menjadi seperti semula, saat kita belum mengenal atau hanya baru sekadar bertegur sapa. Aku tersadar bahwa sampai kapanpun aku tak ingin menjadi orang lain lagi di matamu. Dan aku pun tak mengingkan kamu terlihat layaknya orang yang tak pernah ku kenal sama sekali dalam hidupku. Aku ingin kita tetap saling menjaga, mesti tak harus saling memiliki. Kita tetap saling mendekap, meski hanya dengan lewat barisan doa.
Karena ternyata, dari segala apa yang ku rasakan, dari siapapun yang datang dan mencoba merebut hatiku, dari sekian banyak yang ku perjuangkan dan ku harapkan, ternyata masih kamu lah pemenangnya. Ternyata masih kamu yang menduduki tahta tertinggi rasa sayangku. Masih kamu yang menjadi pemenang dalam hal mencuri rasa dan hatiku. Ya. Masih kamu pemenangnya.

Selasa, 21 Januari 2025

Dua Mata Air

1/21/2025 12:56:00 PM 0 Comments

Aku, sebuah gelas kristal, berdiri di antara dua sumber yang bermuara pada rindu. Yang satu, airnya bening bagai sepi menyusup sunyi, murni tanpa dusta, dingin namun meneduhkan. Yang lain, derasnya gemuruh, menyala bagai api yang menari di dalam cairan membakar namun memeluk. Kedua mata air itu melintas jauh, namun menemukan muaranya padaku.


Air pertama mengisi setengah ruangku dengan kepastian. Rasanya seperti embun yang jatuh pada dedaunan pagi tak pernah bertanya, hanya hadir dan menggenapi. Tapi air kedua, oh, ia adalah badai yang menjelma tetes. Rasanya asing, namun dalam ketidaktahuannya, aku menjadi candu.


Kini tubuhku penuh, dua rasa saling bertaut, bertabrak, tetapi tak menyatu. Aku gelas yang rapuh, terancam retak oleh berat paradoks ini. Kadang aku merasa ada retakan halus di pinggirku, sebuah peringatan bahwa cinta yang membelah tidak pernah berakhir tanpa luka.


Tetapi, apakah salah mencintai dua rasa yang tak sama? Yang satu memberiku kedamaian, yang lain memberiku hidup. Aku tidak memilih untuk menjadi gelas di antara mereka; aku hanya menjadi wadah bagi keberadaan mereka.


Mungkin suatu hari salah satu akan mengering, dan aku, gelas ini, akan lebih ringan. Atau mungkin aku akan pecah, dan dua air itu akan kembali ke asalnya, membawa sebagian kecil diriku dalam setiap alirannya.


Namun, sebelum saat itu tiba, aku hanya ingin meneguk keberadaan ini. Aku ingin menjadi saksi bahwa tidak semua yang berbeda harus saling menghapus. Kadang, mereka hanya butuh ruang untuk mengisi, meski hanya untuk sesaat.

~~Created By: Opet~~

Kamis, 26 Desember 2024

Warna Di Musimku

12/26/2024 07:55:00 PM 0 Comments

Created by: Irull

~~~~

Hai Nona

Yang sudah membuat ku jatuh hati

Membuatku banyak berpikir dan belajar mengerti

Membiarkan hatiku merapalkan doa dan  ingin

Perihal hari ini, esok dan jutaan hari nanti

Hai, Nona

Terimakasih sudah menggegam jariku

Membuatku percaya bahwa kau akan menjaga cinta yang ku berikan dengan baik

Terimakasih sudah menjadi warna untuk semua musim di hidup ku

Terimakasih sudah memilih ku di antara banyak kemungkinan yang bisa kau dapatkan

Nona,

Barangkali langkah kita tidak akan mudah,

Barangkali yang hari ini kita percayai ialah apa-apa yang menjelma ragu di kemudian hari

Barang kali 'selamanya' hanyalah kata yang terangkum dalam kamus bahasa

yang nyatanya tak pernah ada.

Namun nona, apapun yang terjadi, tetaplah tinggal di sisi

Mempertahankan rasa sampai kita melupa untuk pergi

Mempertahan kata kita hingga tak ada lagi waktu untuk tinggal di dunia

Kamis, 07 November 2024

Zona Mati Kata

11/07/2024 09:39:00 AM 0 Comments


Lama telah ku kehilangan kata-kata penyembuh luka, atau sekedar pelepas kesakitan yang mendera. Setiap kata yang sering kali terangkai karena apapun dan siapapun penyebabnya, seketika buntu. Tak mampu terangkai sempurna. Diksi-diksi yang sering kali menemani seolah lari menjauhi diri dan hati.

Lama ku terjebak dalam zona mati kata yang membuatku bahkan tak mampu mengenal diriku sendiri. Bahkan aku tak mampu memaksa kemampuanku untuk melahirkan kembali diksi-diksi terindah yang pernah terangkai begitu nyata. Aku terkurung dalam ruang mati kata. Berkali ku teriak ingin keluar darinya, namun ku tak bisa! Langkahku seolah terpaku pada ruang itu. Berkali ku mencoba menghadirkan rangkaian kata menjadi kalimat yang kelak menjelma menjadi obat dari berbagai kesakitan karena sebuah rasa,aku pun tak mampu. Zona mati kata membuatku harus menelan sendiri kesakitakan yang kerap kali menyapa bahkan memeluk jiwa. Membuatku bekerja keras mengolah berbagai perasaan yang sering kali hadir tak sesuai harapku. Zona mati kata, membuatku kehilangan separuh aku yang selama ini menjadi kawan di setiap keadaan. Tak ada lagi rangkaian air mata berteman kata-kata yang mengalir melalui ujung pena yang ku goreskan. Tak ada lagi cerita suka maupun duka cita yang ku abadikan dalam kota memori kata. Semua yang terjadi ku biarkan terjadi dan berlalu begitu saja. sedangkan ku, menikmati kesendirian, kesakitan maupun kebahagiaan semu dalam zona mati kata yang membelenggu entah sampai kapan.

Senin, 16 September 2024

Rasa Bersalah

9/16/2024 08:14:00 PM 0 Comments

Sebelum sampai di angka dua tahun untuk saling mengenal, aku dan dia sepakat akan melanjutkan kisah kita hingga ke mahligai pernikahan.
Satu minggu menjelang hari pernikahan mestinya menjadi hari yang membahagiakan. Menjadi hari-hari yang mendebarkan menanti momen paling sakral yang akan terjadi dalam hidupku. Satu minggu menjelang hari pernikahan, mestinya sudah ku selesaikankan segala urusan, sehingga tak ada lagi alasan aku dan dia untuk pergi menyelesaikan urusan yang belum tuntas. Ya. Semestinya... dan seandainya...
Namun siapa kira? Seminggu menjelang hari pernikahan kami, menjadi hari yang paling menyakitkan bagiku! Menjadi hari dimana aku terlempar dan terkurung dalam ruang rasa bersalah yang menyakitkan dan tak berkesudahan!
Ratusan, atau bahkan ribuan hari aku terkurung dalam rasa bersalah, tersebab kejadian di hari itu. Hari dimana aku bersamanya terlempar dari motor kesayangan kami tersebab sebuah mobil yang menghantam kami dari arah berlawanan. Ia seketika tak sadarkan diri. Meregang nyawa di tempat kejadian. Aku yang masih setengah sadar harus menyaksikan calon pedamping hidupku menghembuskan napas terakhirnya. Padahal, sesaat sebelum kejadian itu, kami masih menikmati perjalanan dengan sangat bahagia. Aku masih bisa mendengar tawanya. Melihat wajah bahagianya. Rasanya, kami sudah tak sabar menunggu waktu seminggu lagi untuk segera mengikat hubungan kami dengan sebuah akad.
Setelah kejadian itu, aku tak sadarkan diri berhari-hari lamanya, membuatku tak bisa mengantarkan ia kerumah barunya, dan hal itu, mencipta ruang rasa bersalahku semakin besar!
Entah, apa yang sedang Tuhan persiapkan untuk masa depanku, hingga sesakit ini ujian yang harus ku hadapi. 
Kehilangan cinta pertama, membuatku merasa akulah penyebab utama atas kepergiannya, hancur segala harapan dan impian untuk dapat hidup bersamanya. 
Akad itu tak pernah terucap. Aku kalah cepat dengan kematian yang menjemputnya lebih dulu. Dan kepergiannya membuatku selalu dipeluk rasa bersalah.
Aku hanya berharap, kelak Tuhan hadirkan aku kebahagiaan yang begitu paripurna. Meski bukan bersamanya. Namun satu hal yang pasti, seiring rasa bersalah ini pergi, ia akan tetap abadi dalam memori juga sanubari. Raganya boleh terkubur bersama rasa bersalahku, namun jiwanya akan selalu hidup dan abadi dalam kisah perjalan hidupku.

Rabu, 21 Agustus 2024

Berdamai Dengan Kenyataan

8/21/2024 10:46:00 AM 0 Comments

Amarahku sudah mereda sejak lama. Bahkan saat namamu ku dengar disebut oleh siapapun, aku tak lagi merasakan getar amarah dan kebencian yang sempat memelukku dengan begitu hebatnya.
Jika kini kau melihat aku bisa tersenyum atau bahkan tertawa lepas, percayalah bahwa aku pernah berada di hari-hari bagaimana ku lupa caranya tersenyum. Aku pernah berada  di masa tak tau bagimana menghentikan rintik air mataku.
Tenanglah, kini amarahku telah mereda, tangisku tak lagi bercucuran air mata. Tapi maaf, luka yang kau cipta perihnya masih terasa begitu nyata. 
Tak usah khawatir, aku akan berjuang untuk berdamai dengan kenyataan yang tak pernah ku rencanakan ini. Aku akan berdamai dengan realita bahwa kini kau tak lagi milikku. Karena ku sadar, untuk melupakanmu adalah hal yang teramat sulit bagiku. Kenangan bersamamu terlalu banyak terekam dalam memori. Maka berdamai dengan kenyataan menjadi jalan terbaik yang ku pilih.
Aku yakin, saat ku telah sangat berhasil berdamai dengan kenyataan yang ada, bukan saja amarah dan tangisku yang mereda, namun juga tak ada lagi sakit yang tersisa. 

Selasa, 02 Juli 2024

Tanpa Status

7/02/2024 05:25:00 PM 0 Comments

 

Pernah terlintas dalam pikiran, kenapa ya? Aku harus ketemu dan kenal sama kamu? Kenapa kamu, seseorang yang awalnya begitu aku benci, sekarang bisa menjadi seseorang nomor satu di hati? Apapun dan bagaimanapun kondisiku, cuma kamu orang pertama yang ingin aku beri tau. Kemanapun aku akan pergi, atau darimanapun aku tiba, selalu kamu yang akan ku beri kabar pertama kali. Entah, segala cerita tentang apa yang aku lalui hanya ingin ku bagi denganmu. Tidak ada yang lain! Bahkan, perihal seseorang dari masa laluku yang tiba-tiba saja hadir kembali, aku pun ingin kamu mengetahui ceritanya.


Setiap respon yang kamu berikan, selalu menjadi perhatianku. Hingga tak jarang, selalu ada tanya, kita ini sebagai apa? Sebenarnya, kamu ini siapa bagiku? Atau siapa aku bagimu? Jika ku sebut kita hanyalah teman, tapi aku merasakan kita lebih dari itu. Jika dikatakan bahwa kita lebih dari teman, tak pernah ada perjanjian atau pernyataan serius baik dari kamu ataupun aku. Namun, entah kenapa selalu ada rasa takut yang tiba-tiba menghantui hatiku. Rasa takut kehilangan kamu, takut kamu jatuh cinta dengan orang lain, takut tiba-tiba kamu pergi dan tak meninggalkan jejak sedikitpun. Intinya, aku takut jika suatu hari nanti kamu bahagia dengan orang lain. Aneh, ya? hhhfff. Aku pun gak ngerti dengan apa yang hadir dalam hati dan pikiran ini.


Kamu ingat? Saat tempo hari kamu bercerita tentang seseorang yang membuatmu begitu merasa kagum, hingga hadir rasa nyaman dalam hatimu, meski hanya menatap orang itu dari jauh. Saat kamu bercerita bagaimana khawatirnya kamu saat hilang kabar dari si dia yang kau kagumi itu. Dan rangkaian cerita lainnya tentang si dia yang kini singgah dalam hatimu. Kamu tau bagaimana perasaanku saat mendengar itu?


Ada perih yang seketika aku rasakan. Ada air mata yang ku sembunyikan. Serta ada rasa takut yang memelukku kian erat! Tapi aku harus sadar diri, bukan? Bahwa kita sedang berjalan di koridor tanpa status. Ya. Kedekatan kita, bahagianya aku saat bersamamu, rinduku saat jauh darimu, khawatirku saat kau tak ada kabar, semua berjalan pada koridor tanpa status. Maka, sudah semestinya aku mempersiapkan hati sejak saat ini, bukan? Jika suatu hari kamu pamit pergi untuk mencipta kebahagiaan yang lebih sempurna bersama dia.

Namun, sebelum kata pamit itu terlontar darimu, aku masih di sini, pada koridor tanpa status yang kita jalani, sambil menunggu kepastian darimu. Dan biarkan aku bahagia dengan kita yang seperti ini, paling tidak untuk saat ini saja.


Kamis, 20 Juni 2024

Tolong, Jangan Menyerah

6/20/2024 08:06:00 PM 0 Comments

Aku mungkin hanya orang lain yang tiba-tiba aja ditakdirkan Tuhan untuk bertemu denganmu. Tanpa sengaja dititipkan rasa sayang begitu dalam kepadamu. Lalu, gak pernah ku duga, hari-hariku semakin rame dengan hadirmu. Cinta dan sayang untukku pun semakin berlimpah karena hadirmu. Hingga akhirnya, namamu masuk dalam daftar yang selalu disebut saat ku sedang berdua dengan-Nya.


Kamu, yang kini menjadi seseorang yang begitu berarti dalam hidupku. Aku memang orang asing yang Tuhan pertemukan denganmu. Aku tak pernah tau bagaimana latar belakang kehidupanmu sebelum bertemu denganku. Aku tidak pernah tau bagaimana rekam jejak perjalananmu hingga berada di titik ini. Bahkan, hari ini pun, aku gak tau sudah berapa banyak badai yang kau hadapi, sudah seberat apa beban yang kau pikul hingga detik ini, sudah berapa banyak derasnya air mata yang diam-diam harus kau hapus dank au sembunyikan di balik topengmu yang penuh canda tawa. Aku memang tak pernah tau semua lika liku yang harus kau jalani hingga akhirnya kau bertahan sampai di titik ini.

Yang ku tau, saat kau sudah merasa tidak sanggup, kau akan bicara dan cerita. Di saat kau butuh pegangan, kau akan memanggil. Meski setiap detik aku ada untukmu, aku ada di sisimu.


Hei, aku cuma mau bilang, tolong jangan menyerah, ya. Tolong jangan berputus asa dengan segala ujian yang sedang kau hadapi kali ini. Meski ku tak tau, seberat apa ujian yang kini kau hadapi, tapi aku tau, kau adalah orang yang kuat. Kau adalah orang terpilih untuk bisa menghadapi dan melewati ujian ini. Bukankah Tuhan tak akan memberikan beban ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya? Meski kini kau harus berderai air mata lagi, artinya,  kau kuat, kau mampu untuk menghadpinya lagi. 

Aku mohon, tolong jangan menyerah, ya. Jangan pula melarangku untuk selalu menyebut namamu dalam barisan doaku. Kau harus tau, aku tak ingin kehilanganmu. Tak akan pernah! Jika salah satu dari kita ada yang harus menghilang dari bumi ini, maka biarkan aku yang lebih dulu menghilang, ya. Karena sungguh, setakut ini aku kehilanganmu. Jadi, sekali lagi ku mohon, jangan menyerah. Teruslah berjuang. Dan ku tau, kau mampu melewati ini semua.

Minggu, 16 Juni 2024

Sebatas Imaji

6/16/2024 11:05:00 PM 0 Comments

Putaran waktu, telah membawaku pada titik keadaan yang tak pernah aku duga sebelumnya, yaitu kedatangan kamu dalam hidupku. Kamu, orang asing yang tak sengaja ku temui pada dunia maya. Momen perkenalan singkat antara kita, berlanjut dengan keakraban dan kedekatan yang mengundang rasa nyaman. Entah siapa yang memulainya, namun yang aku tau, sejak kehadiranmu aku bisa merasakan kenyamanan serta kebahagiaan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya.

Hadirmu mencipta bahagiaku kian sempurna. Segala perhatianmu membuat aku merasa betapa berharganya di sisimu. Senyum manis mu yang mampu ku tatap dari kejauhan selalu berhasil menjadi pelipur laraku. Berbagi cerita denganmu menjadi candu bagiku. Hingga diam-diam menyebut namamu di antara senyapnya malam yang menyelimuti menjadi kebiasaanku, ketika sedang bercengkrama dengan Dia yang telah menciptakanmu.

Tanpa ku sadari, rasa nyamanku kini telah berkawan dengan rasa sayang dan juga takut kehilangan. Setiap kali sepi menghampiri, bayang wajah serta senyummu selalu berhasil menjadi pengusirnya. Setiap kali kegundahan menyapa, suaramu mampu menjadi penenangnya. Dan semakin hari, aku semakin candu dengan hadirmu.

Kau tau? Tangan ini rasanya ingin sekali mendekapmu. Ingin sekali aku merengkuhmu, merasakan hangat peluk dan kecupmu pada realita hidup yang ku jalani. Namun ku sadar, kita hanya dekat pada sebatas imaji. Segala rasaku hanya bermain pada dunia ilusi. Karena kita adalah dua jiwa yang terpisah oleh dinding realita. Meski segenap rasa yang hadir ini begitu nyata adanya.

Terkadang ada masa dimana aku ingin sekali melepas segala perasaan yang tertuju padamu, lalu menguburnya dalam-dalam. Namun bayanganmu selalu saja menari dalam benak. Membuatku merasa sesak, ketika membayangkan jika aku harus menghilangkan atau mungkin kehilanganmu. Jika aku harus kembali pada kubang sepi setelah hadirmu meramaikan hari-hari yang ku lalui. Meski ku tau, kau hanya akan hidup pada batas imajiku. Kau memberikan kebahagiaan pada dunia ilusi yang ku cipta. Karena kata bersama untuk kita, tak akan pernah lahir pada dunia realita.

Biarlah, jika aku harus lelah merawat rasa ini sendirian. Jika aku tak mampu berhenti menyayangimu dengan begitu tulus dan hebatnya. Jika sekali waktu aku harus merasakan getar rindu yang menyapa bagaikan badai yang mengacaukan dunia realitaku. Biarlah, jika rasa bahagia, sedih, takut kehilangan, bahkan sakitnya merindu karena hadirmu begitu nyata ku rasakan, dan harus ku tanggung sendirian. Karena akan kubiarkan dirimu terus hidup dan abadi pada batas imaji yang ku cipta dalam dunia ilusi.

Rabu, 12 Juni 2024

Menjadi Penggantinya

6/12/2024 07:53:00 PM 0 Comments

 


Sejak kepergian Ayah, segala beban dan tanggung jawabnya jatuh di pundakku. Aku, sebagai anak lelaki pertama, harus menjadi pelindung bagi ibu dan adik-adik perempuanku. Tugas Ayah sebagai tulang punggung keluarga, kini menjadi tanggung jawabku. Bahkan aku harus menggantikan Ayah dalam memberikan kebahagiaan, rasa aman, dan kenyamanan yang dulu selalu dia hadirkan.

Ayah, betapa beratnya peran ini. Bolehkah aku meminjam ketegaran hatimu yang sekuat baja? Bolehkah aku meminjam pundakmu yang kokoh untuk menanggung semua ini? Setiap hari aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sepertimu, meski sering kali terasa mustahil.

Aku sadar, tak mungkin sepenuhnya menggantikanmu untuk Ibu dan adik-adikku. Namun, aku berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik bagi mereka, menciptakan kebahagiaan meski tak sempurna, karena ketiadaanmu, Ayah.

Aku yang tak pernah bisa memahami dengan baik bagaimana karakter adik-adikku, kini seiring waktu bergulir aku harus belajar untuk selalu bisa memahami mereka. Meski lelah, dan tak mudah namun harus ku lakukan. Walau sering kali tergores kecewa dan amarah, tapi aku harus menutup rasa itu begitu rapat saat berhadapan dengan mereka.

Teruntuk adikku sayang, ingatlah bahwa aku selalu ada untukmu. Walaupun langkahku kadang goyah, hatiku tetap teguh melindungimu. Walau terkadang jarak memisahkan, percayalah bahwa kasih sayang dan cintaku sangat dekat denganmu. Dan meskipun sering kali kau melihatku marah, kecewa, akan sikap tingkah lakumu, ketahuilah itu caraku menjagamu dari orang-orang yang tak bertanggung jawab. Karena aku tak ingin kau terasakiti oleh siapapun! Karena menjagamu kini menjadi tanggung jawabku. 

Aku berharap dengan segala usahaku, meskipun kecil, bisa mengurangi rasa kehilangan yang kau rasakan. Kenangan tentang Ayah akan selalu menjadi cahaya yang menerangi jalan kita. Kita akan melaluinya bersama, dengan saling menguatkan. 

Meski Ayah tidak lagi hadir secara fisik, kasih sayangnya akan selalu menjadi pelita bagi kita. Aku akan terus berusaha, untuk Ibu, untukmu, dan untuk mengenang Ayah.

 Biarkanlah aku menjadi peganti Ayah, dalam mencurahkan kasih sayang, serta kebahagiaan untukmu. Sampai kelak kau bertemu seseorang yang bisa menjaga dan membahagiakanmu dengan sepenuh jiwa.