Amarahku sudah mereda sejak lama. Bahkan saat namamu ku dengar disebut oleh siapapun, aku tak lagi merasakan getar amarah dan kebencian yang sempat memelukku dengan begitu hebatnya.
Jika kini kau melihat aku bisa tersenyum atau bahkan tertawa lepas, percayalah bahwa aku pernah berada di hari-hari bagaimana ku lupa caranya tersenyum. Aku pernah berada di masa tak tau bagimana menghentikan rintik air mataku.
Tenanglah, kini amarahku telah mereda, tangisku tak lagi bercucuran air mata. Tapi maaf, luka yang kau cipta perihnya masih terasa begitu nyata.
Tak usah khawatir, aku akan berjuang untuk berdamai dengan kenyataan yang tak pernah ku rencanakan ini. Aku akan berdamai dengan realita bahwa kini kau tak lagi milikku. Karena ku sadar, untuk melupakanmu adalah hal yang teramat sulit bagiku. Kenangan bersamamu terlalu banyak terekam dalam memori. Maka berdamai dengan kenyataan menjadi jalan terbaik yang ku pilih.
Aku yakin, saat ku telah sangat berhasil berdamai dengan kenyataan yang ada, bukan saja amarah dan tangisku yang mereda, namun juga tak ada lagi sakit yang tersisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar