Kenapa kehidupan ini bercandanya sering banget keterlaluan? Misalnya, mengirimkan sepaket rindu padahal belum pernah ada temu. Menghadirkan rasa kasih sayang penuh cinta, padahal cerita tentang kebersamaannya baru ada di awal kisah. Atau, melahirkan rasa takut kehilangan, padahal memilikinya aja, belum.
Kenapa lelucon kehidupan ini sering kali menghadirkan tawa dibalik tangis menahan perih yang begitu menggigit? Dan kenapa kamu harus hadir menjadi bagian dari candanya kehidupan yang bagiku sama sekali tidak lucu!
Kali ini, bolehkah aku mencaci sang waktu? Yang telah membawa mu masuk terlalu dalam dan jauh di hidupku. Yang tanpa lelah membuatku untuk terus mengenal dan belajar perihal dirimu.
Kali ini, bolehkah ku teriakan amarah pada sang waktu? yang telah begitu kejam menghadirkan mu dalam detak nadi kehidupanku. Entah untuk sebuah kabar bahagia, ataukah justru menjadi duka yang begitu nestapa nantinya.
Mungkin bagimu, aku adalah seseorang yang begitu berarti dan selalu kau inginkan ada dalam setiap cerita kehidupanmu saat ini, bahkan hingga kelak di masa depanmu. Sepenting itu aku bagimu. Begitu menurut pengakuanmu, bukan?
Ketika saat itu kau bertanya, sepenting apa kamu dalam hidupku, maka jawabannya adalah cukup kau lihat sebahagia apa aku saat bersamamu. Bagaimana aku bisa menjadi diriku sendiri di kala aku berada di dekatmu. Bagaimana aku membiarkanmu melihat aku dari berbagai sisi yang tak semua orang memiliki keberuntungan sepertimu. Bahkan di saat banyak orang memandangku sebagai manusia yang memiliki sedikit cacat keburukan, justru kamu yang paling tahu sekacau apa aku sebenarnya.
Meski kau menjadi salah satu orang yang beruntung untuk bisa melihatku dari berbagai sisi yang kau mau, menyedihkannya, kau hanyalah bagian dari impian yang tak akan pernah bisa ku wujudkan menjadi nyata. Namamu hanya akan berhenti pada catatan impian seorang aku yang tak mampu ku gapai. Kamu adalah tawa yang ku dambakan di antara kesedihanku. Kau adalah kisah yang ingin aku tulis ulang dengan akhir bahagia.
Namun, hidup tak selalu memberi pilihan. Kau adalah candaan waktu yang paling aku percayai. Aku tahu, sebagaimana semua candaan, ini hanya selingan sebelum segalanya menjadi nyata—nyata bahwa kita tak pernah benar-benar saling memiliki.
Meski kamu dekat, tapi kamu tak akan pernah bisa untuk ku dekap. Meski kita memiliki satu rasa yang sama, tapi kita tidak akan pernah bertemu pada satu kata hidup bersama. Dan Meski begitu tinggi harapan untuk bisa saling memiliki, pada nyatanya cerita kita hanya akan selalu tersimpan dalam hati.
Kelak, jika perpisahan menjadi pengiring kisah ini, aku harap kita bisa melewatinya tanpa ada sesal. Jika tawa adalah ujung dari tangis, maka biarlah kisah kita berakhir dengan senyum—meski tak lagi bersama. Karena bagiku, candaan kehidupan ini mungkin saja penuh luka, tapi hadirmu adalah satu lelucon yang selalu mencipta bahagia.
Maka, belajarlah menertawakan sebuah kata perpisahan. Ketika kamu atau aku harus bertemu dengan keadaan itu, kita bisa bersahabat dengan tawa, bukan dengan air mata.
Karena memang, candaan kehidupan ini sering kali di luar dugaan bukan?
~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar