Sebenarnya, sabar versi apa yang harus aku punya untuk sebuah kata tunggu yang selalu kau pinta?
Sabar tingkat apa yang harus ku jejaki untuk sebuah kata “sebentar
lagi” yang selalu kau bisikkan padaku?
Setiap kali aku meminta sedikit waktu untuk kita, kamu hanya
menjawab dengan kalimat,”sabar,ya. Tunggu sebentar lagi.”
Lantas, sabar dan tunggu sebentar lagi yang bagaimana lagi yang harus ku miliki? Ketika di hari yang mestinya kamu libur dan ada untukku, kamu pun memilih menyibukkan diri.
Apa yang sebenarnya sedang kamu perjuangkan? Hingga meminta sedikit waktumu saja rasanya sulit.
Sabar yang seperti apa lagi yang harus ku bangun setiap harinya. Di saat kamu bersikap tak peduli ketika aku hanya meminta sebagian kecil dari waktu yang kau habiskan untuk pekerjaaanmu, dunia sosialmu, ataupun juga hobimu. Saat kamu bersikap seolah meniadakan keberadaanku, aku diam. Mencoba untuk tidak memaksa apalagi merengek manja agar kamu menuruti mauku.
Bantu terangkan padaku, sabar yang bagaimana lagi yang
harus ku pelihara untuk membuat hubungan ini tetap terasa baik-baik saja. Sedangkan sikapmu membuatku bertanya ragu, masih adakah cinta itu? Cinta yang dulu pernah kita agungkan bersama. Cinta yang mebuat kita merasa betapa dunia ku hanya kamu, pun sebaliknya, bahwa duniamu adalah aku.
Kau tau? Aku hanya sedang rindu.
Rindu bersama denganmu. Rindu menghabiskan waktu berdua
denganmu. Rindu segala tawa yang pernah kita cipta tanpa terhitung banyaknya.
Sekarang, mengapa harus selalu kalimat “Sabar, yaa..."
Sabar yang seperti apa lagi, Tuan?
Sedangkan di sini, tanpa kau tau, aku bersama setianya kata sabar selalu menunggumu. Meski aku harus belajar berkawan dengan air mata di tengah sepinya malam, hanya untuk membunuh rasa rinduku yang tak kunjung berhenti memanggil namamu.
Dalam tujuh hari, begitu sulitkah kamu menyisakan waktu meski hanya setengah jam lamanya?
Harus sampai kapan aku berjuang untuk memahamimu, sambil terus dipeluk oleh kata sabar?
Sabar yang bagaimana lagi yang harus ku pelihara, Tuan? Agar hatiku tak lagi berat menerima kamu yang lebih mencintai kesibukkanmu daripada mencintaiku.
Sabar yang bagaimana lagi yang harus ku genggam sebagai penguat untukku tetap berpijak pada hubungan ini. Tolong, beritahu ku, Sabar yang bagaimana lagi yang harus ku peluk sampai aku menemui kamu yang dulu begitu bahagia saat bersamaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar