Coming Back (part 2)
September 2019
Sejak perpisahan itu, Faiz perlahan menghilang dari
hadapanku, dan bahkan dari hidupku. Kami bukan lagi berjarak seperti yang ia
katakan. Tapi kami saling menjauh, mungkin tepatnya dia yang terus melangkah
menjauh dari ku. Karena aku sudah berusaha mencoba mencari tahu tentangnya,
atau paling tidak aku mencoba mendapatkan kabar tentangnya. Aku pun ingin
sekali tahu, apakah dia merindukanku. Sama dengan rindu yang ku rasakan. Rindu
yang terus tersulam indah dalam angan dan harapan perjumpaan dengannya. Namun,
segala usaha yang aku lakukan nihil.
Aku mencoba untuk mulai melupakannya walau nyatanya tak
pernah berhasil. Selalu ada getar rindu yang menyelinap di kala aku teringat
dirinya. Karena Faiz adalah lelaki yang telah memenangkan hatiku. Lelaki yang
telah mencuri hatiku lalu sekarang ia pergi menghilang tanpa jejak. Lelaki yang
sempat ku lukiskan harapan indah dalam kanvas angan masa depan. Mungkin dia
sudah melangkah jauh, merajut masa depan yang indah bersama wanita lain.
Melupakanku yang masih berdiri di depan gerbang pengharapan, menanti
kehadirannya. Mungkin aku terlalu bodoh, terlalu menutup mata kepada lelaki
lain. Tapi sungguh, aku tak mampu untuk mencintai yang lain, selain dirinya.
Aku masih menggantungkan harapan yang sama pada bait doa yang selalu ku
panjatkan, bahwa suatu saat dia kembali. Kembali ke hadapanku, kembali ke
kehidupanku. Kembali untuk menjemputku menjadi wanita yang akan menyempurnakan
setengah agamanya.
Tak terasa hampir tiga tahun sudah sejak kepergiannya. Hampir
tidak ada lagi komunikasi diantara kami. Terakhir ia mengirmkan ku pesan
mengucapkan congratulations atas kelulusan dan acara wisudaku. Aku tahu dari
Reina yang masih rajin stalking media sosial Faiz, bahwa ia sudah lulus
lebih dulu daripada aku. Aku hanya membalas ucapan ia sekadarnya. Setelah itu,
tidak ada lagi basa basi yang terjalin.
Demi menyembuhkan luka kesedihan yang telah digorekan oleh Faiz,