Kamis, 26 Desember 2024

Warna Di Musimku

12/26/2024 07:55:00 PM 0 Comments

Created by: Irull

~~~~

Hai Nona

Yang sudah membuat ku jatuh hati

Membuatku banyak berpikir dan belajar mengerti

Membiarkan hatiku merapalkan doa dan  ingin

Perihal hari ini, esok dan jutaan hari nanti

Hai, Nona

Terimakasih sudah menggegam jariku

Membuatku percaya bahwa kau akan menjaga cinta yang ku berikan dengan baik

Terimakasih sudah menjadi warna untuk semua musim di hidup ku

Terimakasih sudah memilih ku di antara banyak kemungkinan yang bisa kau dapatkan

Nona,

Barangkali langkah kita tidak akan mudah,

Barangkali yang hari ini kita percayai ialah apa-apa yang menjelma ragu di kemudian hari

Barang kali 'selamanya' hanyalah kata yang terangkum dalam kamus bahasa

yang nyatanya tak pernah ada.

Namun nona, apapun yang terjadi, tetaplah tinggal di sisi

Mempertahankan rasa sampai kita melupa untuk pergi

Mempertahan kata kita hingga tak ada lagi waktu untuk tinggal di dunia

Kamis, 07 November 2024

Zona Mati Kata

11/07/2024 09:39:00 AM 0 Comments


Lama telah ku kehilangan kata-kata penyembuh luka, atau sekedar pelepas kesakitan yang mendera. Setiap kata yang sering kali terangkai karena apapun dan siapapun penyebabnya, seketika buntu. Tak mampu terangkai sempurna. Diksi-diksi yang sering kali menemani seolah lari menjauhi diri dan hati.

Lama ku terjebak dalam zona mati kata yang membuatku bahkan tak mampu mengenal diriku sendiri. Bahkan aku tak mampu memaksa kemampuanku untuk melahirkan kembali diksi-diksi terindah yang pernah terangkai begitu nyata. Aku terkurung dalam ruang mati kata. Berkali ku teriak ingin keluar darinya, namun ku tak bisa! Langkahku seolah terpaku pada ruang itu. Berkali ku mencoba menghadirkan rangkaian kata menjadi kalimat yang kelak menjelma menjadi obat dari berbagai kesakitan karena sebuah rasa,aku pun tak mampu. Zona mati kata membuatku harus menelan sendiri kesakitakan yang kerap kali menyapa bahkan memeluk jiwa. Membuatku bekerja keras mengolah berbagai perasaan yang sering kali hadir tak sesuai harapku. Zona mati kata, membuatku kehilangan separuh aku yang selama ini menjadi kawan di setiap keadaan. Tak ada lagi rangkaian air mata berteman kata-kata yang mengalir melalui ujung pena yang ku goreskan. Tak ada lagi cerita suka maupun duka cita yang ku abadikan dalam kota memori kata. Semua yang terjadi ku biarkan terjadi dan berlalu begitu saja. sedangkan ku, menikmati kesendirian, kesakitan maupun kebahagiaan semu dalam zona mati kata yang membelenggu entah sampai kapan.

Senin, 16 September 2024

Rasa Bersalah

9/16/2024 08:14:00 PM 0 Comments

Sebelum sampai di angka dua tahun untuk saling mengenal, aku dan dia sepakat akan melanjutkan kisah kita hingga ke mahligai pernikahan.
Satu minggu menjelang hari pernikahan mestinya menjadi hari yang membahagiakan. Menjadi hari-hari yang mendebarkan menanti momen paling sakral yang akan terjadi dalam hidupku. Satu minggu menjelang hari pernikahan, mestinya sudah ku selesaikankan segala urusan, sehingga tak ada lagi alasan aku dan dia untuk pergi menyelesaikan urusan yang belum tuntas. Ya. Semestinya... dan seandainya...
Namun siapa kira? Seminggu menjelang hari pernikahan kami, menjadi hari yang paling menyakitkan bagiku! Menjadi hari dimana aku terlempar dan terkurung dalam ruang rasa bersalah yang menyakitkan dan tak berkesudahan!
Ratusan, atau bahkan ribuan hari aku terkurung dalam rasa bersalah, tersebab kejadian di hari itu. Hari dimana aku bersamanya terlempar dari motor kesayangan kami tersebab sebuah mobil yang menghantam kami dari arah berlawanan. Ia seketika tak sadarkan diri. Meregang nyawa di tempat kejadian. Aku yang masih setengah sadar harus menyaksikan calon pedamping hidupku menghembuskan napas terakhirnya. Padahal, sesaat sebelum kejadian itu, kami masih menikmati perjalanan dengan sangat bahagia. Aku masih bisa mendengar tawanya. Melihat wajah bahagianya. Rasanya, kami sudah tak sabar menunggu waktu seminggu lagi untuk segera mengikat hubungan kami dengan sebuah akad.
Setelah kejadian itu, aku tak sadarkan diri berhari-hari lamanya, membuatku tak bisa mengantarkan ia kerumah barunya, dan hal itu, mencipta ruang rasa bersalahku semakin besar!
Entah, apa yang sedang Tuhan persiapkan untuk masa depanku, hingga sesakit ini ujian yang harus ku hadapi. 
Kehilangan cinta pertama, membuatku merasa akulah penyebab utama atas kepergiannya, hancur segala harapan dan impian untuk dapat hidup bersamanya. 
Akad itu tak pernah terucap. Aku kalah cepat dengan kematian yang menjemputnya lebih dulu. Dan kepergiannya membuatku selalu dipeluk rasa bersalah.
Aku hanya berharap, kelak Tuhan hadirkan aku kebahagiaan yang begitu paripurna. Meski bukan bersamanya. Namun satu hal yang pasti, seiring rasa bersalah ini pergi, ia akan tetap abadi dalam memori juga sanubari. Raganya boleh terkubur bersama rasa bersalahku, namun jiwanya akan selalu hidup dan abadi dalam kisah perjalan hidupku.

Rabu, 21 Agustus 2024

Berdamai Dengan Kenyataan

8/21/2024 10:46:00 AM 0 Comments

Amarahku sudah mereda sejak lama. Bahkan saat namamu ku dengar disebut oleh siapapun, aku tak lagi merasakan getar amarah dan kebencian yang sempat memelukku dengan begitu hebatnya.
Jika kini kau melihat aku bisa tersenyum atau bahkan tertawa lepas, percayalah bahwa aku pernah berada di hari-hari bagaimana ku lupa caranya tersenyum. Aku pernah berada  di masa tak tau bagimana menghentikan rintik air mataku.
Tenanglah, kini amarahku telah mereda, tangisku tak lagi bercucuran air mata. Tapi maaf, luka yang kau cipta perihnya masih terasa begitu nyata. 
Tak usah khawatir, aku akan berjuang untuk berdamai dengan kenyataan yang tak pernah ku rencanakan ini. Aku akan berdamai dengan realita bahwa kini kau tak lagi milikku. Karena ku sadar, untuk melupakanmu adalah hal yang teramat sulit bagiku. Kenangan bersamamu terlalu banyak terekam dalam memori. Maka berdamai dengan kenyataan menjadi jalan terbaik yang ku pilih.
Aku yakin, saat ku telah sangat berhasil berdamai dengan kenyataan yang ada, bukan saja amarah dan tangisku yang mereda, namun juga tak ada lagi sakit yang tersisa. 

Selasa, 02 Juli 2024

Tanpa Status

7/02/2024 05:25:00 PM 0 Comments

 

Pernah terlintas dalam pikiran, kenapa ya? Aku harus ketemu dan kenal sama kamu? Kenapa kamu, seseorang yang awalnya begitu aku benci, sekarang bisa menjadi seseorang nomor satu di hati? Apapun dan bagaimanapun kondisiku, cuma kamu orang pertama yang ingin aku beri tau. Kemanapun aku akan pergi, atau darimanapun aku tiba, selalu kamu yang akan ku beri kabar pertama kali. Entah, segala cerita tentang apa yang aku lalui hanya ingin ku bagi denganmu. Tidak ada yang lain! Bahkan, perihal seseorang dari masa laluku yang tiba-tiba saja hadir kembali, aku pun ingin kamu mengetahui ceritanya.


Setiap respon yang kamu berikan, selalu menjadi perhatianku. Hingga tak jarang, selalu ada tanya, kita ini sebagai apa? Sebenarnya, kamu ini siapa bagiku? Atau siapa aku bagimu? Jika ku sebut kita hanyalah teman, tapi aku merasakan kita lebih dari itu. Jika dikatakan bahwa kita lebih dari teman, tak pernah ada perjanjian atau pernyataan serius baik dari kamu ataupun aku. Namun, entah kenapa selalu ada rasa takut yang tiba-tiba menghantui hatiku. Rasa takut kehilangan kamu, takut kamu jatuh cinta dengan orang lain, takut tiba-tiba kamu pergi dan tak meninggalkan jejak sedikitpun. Intinya, aku takut jika suatu hari nanti kamu bahagia dengan orang lain. Aneh, ya? hhhfff. Aku pun gak ngerti dengan apa yang hadir dalam hati dan pikiran ini.


Kamu ingat? Saat tempo hari kamu bercerita tentang seseorang yang membuatmu begitu merasa kagum, hingga hadir rasa nyaman dalam hatimu, meski hanya menatap orang itu dari jauh. Saat kamu bercerita bagaimana khawatirnya kamu saat hilang kabar dari si dia yang kau kagumi itu. Dan rangkaian cerita lainnya tentang si dia yang kini singgah dalam hatimu. Kamu tau bagaimana perasaanku saat mendengar itu?


Ada perih yang seketika aku rasakan. Ada air mata yang ku sembunyikan. Serta ada rasa takut yang memelukku kian erat! Tapi aku harus sadar diri, bukan? Bahwa kita sedang berjalan di koridor tanpa status. Ya. Kedekatan kita, bahagianya aku saat bersamamu, rinduku saat jauh darimu, khawatirku saat kau tak ada kabar, semua berjalan pada koridor tanpa status. Maka, sudah semestinya aku mempersiapkan hati sejak saat ini, bukan? Jika suatu hari kamu pamit pergi untuk mencipta kebahagiaan yang lebih sempurna bersama dia.

Namun, sebelum kata pamit itu terlontar darimu, aku masih di sini, pada koridor tanpa status yang kita jalani, sambil menunggu kepastian darimu. Dan biarkan aku bahagia dengan kita yang seperti ini, paling tidak untuk saat ini saja.


Kamis, 20 Juni 2024

Tolong, Jangan Menyerah

6/20/2024 08:06:00 PM 0 Comments

Aku mungkin hanya orang lain yang tiba-tiba aja ditakdirkan Tuhan untuk bertemu denganmu. Tanpa sengaja dititipkan rasa sayang begitu dalam kepadamu. Lalu, gak pernah ku duga, hari-hariku semakin rame dengan hadirmu. Cinta dan sayang untukku pun semakin berlimpah karena hadirmu. Hingga akhirnya, namamu masuk dalam daftar yang selalu disebut saat ku sedang berdua dengan-Nya.


Kamu, yang kini menjadi seseorang yang begitu berarti dalam hidupku. Aku memang orang asing yang Tuhan pertemukan denganmu. Aku tak pernah tau bagaimana latar belakang kehidupanmu sebelum bertemu denganku. Aku tidak pernah tau bagaimana rekam jejak perjalananmu hingga berada di titik ini. Bahkan, hari ini pun, aku gak tau sudah berapa banyak badai yang kau hadapi, sudah seberat apa beban yang kau pikul hingga detik ini, sudah berapa banyak derasnya air mata yang diam-diam harus kau hapus dank au sembunyikan di balik topengmu yang penuh canda tawa. Aku memang tak pernah tau semua lika liku yang harus kau jalani hingga akhirnya kau bertahan sampai di titik ini.

Yang ku tau, saat kau sudah merasa tidak sanggup, kau akan bicara dan cerita. Di saat kau butuh pegangan, kau akan memanggil. Meski setiap detik aku ada untukmu, aku ada di sisimu.


Hei, aku cuma mau bilang, tolong jangan menyerah, ya. Tolong jangan berputus asa dengan segala ujian yang sedang kau hadapi kali ini. Meski ku tak tau, seberat apa ujian yang kini kau hadapi, tapi aku tau, kau adalah orang yang kuat. Kau adalah orang terpilih untuk bisa menghadapi dan melewati ujian ini. Bukankah Tuhan tak akan memberikan beban ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya? Meski kini kau harus berderai air mata lagi, artinya,  kau kuat, kau mampu untuk menghadpinya lagi. 

Aku mohon, tolong jangan menyerah, ya. Jangan pula melarangku untuk selalu menyebut namamu dalam barisan doaku. Kau harus tau, aku tak ingin kehilanganmu. Tak akan pernah! Jika salah satu dari kita ada yang harus menghilang dari bumi ini, maka biarkan aku yang lebih dulu menghilang, ya. Karena sungguh, setakut ini aku kehilanganmu. Jadi, sekali lagi ku mohon, jangan menyerah. Teruslah berjuang. Dan ku tau, kau mampu melewati ini semua.

Minggu, 16 Juni 2024

Sebatas Imaji

6/16/2024 11:05:00 PM 0 Comments

Putaran waktu, telah membawaku pada titik keadaan yang tak pernah aku duga sebelumnya, yaitu kedatangan kamu dalam hidupku. Kamu, orang asing yang tak sengaja ku temui pada dunia maya. Momen perkenalan singkat antara kita, berlanjut dengan keakraban dan kedekatan yang mengundang rasa nyaman. Entah siapa yang memulainya, namun yang aku tau, sejak kehadiranmu aku bisa merasakan kenyamanan serta kebahagiaan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya.

Hadirmu mencipta bahagiaku kian sempurna. Segala perhatianmu membuat aku merasa betapa berharganya di sisimu. Senyum manis mu yang mampu ku tatap dari kejauhan selalu berhasil menjadi pelipur laraku. Berbagi cerita denganmu menjadi candu bagiku. Hingga diam-diam menyebut namamu di antara senyapnya malam yang menyelimuti menjadi kebiasaanku, ketika sedang bercengkrama dengan Dia yang telah menciptakanmu.

Tanpa ku sadari, rasa nyamanku kini telah berkawan dengan rasa sayang dan juga takut kehilangan. Setiap kali sepi menghampiri, bayang wajah serta senyummu selalu berhasil menjadi pengusirnya. Setiap kali kegundahan menyapa, suaramu mampu menjadi penenangnya. Dan semakin hari, aku semakin candu dengan hadirmu.

Kau tau? Tangan ini rasanya ingin sekali mendekapmu. Ingin sekali aku merengkuhmu, merasakan hangat peluk dan kecupmu pada realita hidup yang ku jalani. Namun ku sadar, kita hanya dekat pada sebatas imaji. Segala rasaku hanya bermain pada dunia ilusi. Karena kita adalah dua jiwa yang terpisah oleh dinding realita. Meski segenap rasa yang hadir ini begitu nyata adanya.

Terkadang ada masa dimana aku ingin sekali melepas segala perasaan yang tertuju padamu, lalu menguburnya dalam-dalam. Namun bayanganmu selalu saja menari dalam benak. Membuatku merasa sesak, ketika membayangkan jika aku harus menghilangkan atau mungkin kehilanganmu. Jika aku harus kembali pada kubang sepi setelah hadirmu meramaikan hari-hari yang ku lalui. Meski ku tau, kau hanya akan hidup pada batas imajiku. Kau memberikan kebahagiaan pada dunia ilusi yang ku cipta. Karena kata bersama untuk kita, tak akan pernah lahir pada dunia realita.

Biarlah, jika aku harus lelah merawat rasa ini sendirian. Jika aku tak mampu berhenti menyayangimu dengan begitu tulus dan hebatnya. Jika sekali waktu aku harus merasakan getar rindu yang menyapa bagaikan badai yang mengacaukan dunia realitaku. Biarlah, jika rasa bahagia, sedih, takut kehilangan, bahkan sakitnya merindu karena hadirmu begitu nyata ku rasakan, dan harus ku tanggung sendirian. Karena akan kubiarkan dirimu terus hidup dan abadi pada batas imaji yang ku cipta dalam dunia ilusi.

Rabu, 12 Juni 2024

Menjadi Penggantinya

6/12/2024 07:53:00 PM 0 Comments

 


Sejak kepergian Ayah, segala beban dan tanggung jawabnya jatuh di pundakku. Aku, sebagai anak lelaki pertama, harus menjadi pelindung bagi ibu dan adik-adik perempuanku. Tugas Ayah sebagai tulang punggung keluarga, kini menjadi tanggung jawabku. Bahkan aku harus menggantikan Ayah dalam memberikan kebahagiaan, rasa aman, dan kenyamanan yang dulu selalu dia hadirkan.

Ayah, betapa beratnya peran ini. Bolehkah aku meminjam ketegaran hatimu yang sekuat baja? Bolehkah aku meminjam pundakmu yang kokoh untuk menanggung semua ini? Setiap hari aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sepertimu, meski sering kali terasa mustahil.

Aku sadar, tak mungkin sepenuhnya menggantikanmu untuk Ibu dan adik-adikku. Namun, aku berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik bagi mereka, menciptakan kebahagiaan meski tak sempurna, karena ketiadaanmu, Ayah.

Aku yang tak pernah bisa memahami dengan baik bagaimana karakter adik-adikku, kini seiring waktu bergulir aku harus belajar untuk selalu bisa memahami mereka. Meski lelah, dan tak mudah namun harus ku lakukan. Walau sering kali tergores kecewa dan amarah, tapi aku harus menutup rasa itu begitu rapat saat berhadapan dengan mereka.

Teruntuk adikku sayang, ingatlah bahwa aku selalu ada untukmu. Walaupun langkahku kadang goyah, hatiku tetap teguh melindungimu. Walau terkadang jarak memisahkan, percayalah bahwa kasih sayang dan cintaku sangat dekat denganmu. Dan meskipun sering kali kau melihatku marah, kecewa, akan sikap tingkah lakumu, ketahuilah itu caraku menjagamu dari orang-orang yang tak bertanggung jawab. Karena aku tak ingin kau terasakiti oleh siapapun! Karena menjagamu kini menjadi tanggung jawabku. 

Aku berharap dengan segala usahaku, meskipun kecil, bisa mengurangi rasa kehilangan yang kau rasakan. Kenangan tentang Ayah akan selalu menjadi cahaya yang menerangi jalan kita. Kita akan melaluinya bersama, dengan saling menguatkan. 

Meski Ayah tidak lagi hadir secara fisik, kasih sayangnya akan selalu menjadi pelita bagi kita. Aku akan terus berusaha, untuk Ibu, untukmu, dan untuk mengenang Ayah.

 Biarkanlah aku menjadi peganti Ayah, dalam mencurahkan kasih sayang, serta kebahagiaan untukmu. Sampai kelak kau bertemu seseorang yang bisa menjaga dan membahagiakanmu dengan sepenuh jiwa.

Minggu, 09 Juni 2024

Cukup Bersamamu

6/09/2024 07:08:00 PM 0 Comments


Di tengah hiruk pikuk dunia yang begitu gaduh dengan segala cerita dan sandiwaranya, aku menemukan kedamaian saat bertemu denganmu. Di saat segala hal terlihat begitu rumit, penuh teka teki yang tak mampu ku selesaikan, kamu hadir seolah menjadi jawaban yang tak pernah ku duga sebelumnya. Ketika hati terasa begitu hampa dan kosong tentang makna cinta, kau datang menyiramiku dengan kasih sayang dan cinta yang begtu derasnya.

Dalam diam dan sendiri, aku seringkali bertanya apa yang sebenarnya aku cari? Apa yang sebenarnya aku butuhkan? Di pencarian yang mendalam, seringkali langkahku terasa berat. Pikiranku tak jarang terasa kacau dan menemukan titik keraguan. Namun setiap kali kau datang menemani, segala tanyaku terjawab, semua kekhawatiran dan keraguanku pun lenyap. Semua terasa begitu lebih ringan bagiku, karena ternyata aku cukup bersamamu untuk menghadapi semua itu.

Masih ingatkah kamu? Bagaimana kita saat pertama kali bertemu? Saat itu, dunia seakan berhenti sejenak, memberikan ruang bagi dua jiwa yang akhirnya menemukan rumah mereka. Kamu adalah detak jantung yang menjaga irama hidupku tetap tenang, senyummu adalah sinar yang menerangi jalan gelap yang pernah kulalui. Bahkan di setiap tatapan matamu, aku menemukan kehangatan yang tak pernah kudapatkan di tempat lain.

Kamu, adalah pelukan hangat di hari yang dingin, kekuatan di saat aku merasa begitu rapuh dan hancur, ketenangan di saat hati dan pikiran begitu gaduh berperang. Ketika banyak orang sibuk mengejar gemerlap dunia sebagai sumber bahagianya, aku cukup bertemu denganmu, merasakan hangat genggaman tanganmu untuk bisa merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna. Cukup bersamamu, aku mendapatkan pelukan yang membuatku merasa aman, merasa hidup saat ku tenggelam dalam senyum serta tatapan teduhmu. 

Cukup bersamamu, aku tidak butuh apa-apa lagi. Segala impian dan harapan terasa lengkap hanya dengan kehadiranmu di sisiku. Aku bisa menjadi diriku sendiri, menggapai segala impianku, merasa dicintai dengan sepenuh hati dan jiwa, hanya saat aku bersamamu. Maka, cukup bersamamu ku habiskan sisa usiaku. Sampai kita bertemu pada titik, aku atau kamu yang lebih dulu dipanggil oleh-Nya. 


Jumat, 07 Juni 2024

Maaf, Bu

6/07/2024 09:52:00 PM 0 Comments

Bu, lihatlah anak mu yang kau besarkan dengan keringat dan air mata, sekarang ia sudah beranjak dewasa, Bu. Ia sudah merasakan kerasnya dunia menghantam perjalanannya. Ia telah merasakan beratnya sebuah tanggung jawab.

Bu, sekarang aku mengerti mengapa dulu engkau sering bilang, "tidak boleh nakal," atau "kamu harus menjadi orang yang kuat." Karena memang, dunia yang ku hadapi saat beranjak dewasa begitu keras ya, Bu. Dirimu juga pernah berpesa, "jadilah orang baik dimanapun kamu berada." Karena jika kita tidak baik maka orang tidak akan baik sama kita kan? Semesta akan memperlakukan kita seperti apa kita memperlakukan mereka kan, Bu?

Lantas mengapa sekarang banyak orang yang jahat, Bu? Padahal aku sudah menuruti semua nasehatmu. Namun mengapa mereka tetap jahat? Mengapa sekarang aku merasa begitu lemah, padahal aku selalu berusaha untuk menjadi anakmu yang kuat, Bu.

Maaf, Bu ... aku tidak bisa menjadi kuat seperti yang engkau harap. Aku sering menangis dan bersedih di kala kesendirian menemaniku. Tapi tenang, Bu. Aku tidak akan meneteskan air mata di depan mu. Aku akan tetap menjadi anakmu yang kau lihat sudah besar dan kuat mengahadapi terpaan badai kehidupan. Aku akan tetap tersenyum. Karena aku tidak mau melihat air mata kesedihan jatuh meluruh di wajahmu, Ibu.

Jujur aku butuh pelukan mu, Bu. Tapi aku terlalu malu untuk mengatakan bahwa aku ingin dimanja lagi olehmu, ingin menangis di pelukmu. Karena sekarang aku merasa sudah dewasa dan tidak pantas untuk bermanja serta menangis lagi di depan mu, Bu. Meski nyatanya, kini aku begitu rapuh dan butuh dirimu.

Bu, anak yang engkau lihat penuh senyum di hadapan mu kini sedang hancur. Aku tak tau bagaimana caranya untuk mengatakan bahwa aku butuh pelukanmu, Bu. Agar aku merasa bahwa hidupku setelah ini akan tetap baik-baik aja.

 Maaf Ibu, anak yang sudah engkau besarkan ini belum bisa membahagiakan mu. Aku takut, Bu. Aku takut tak mampu melukis senyum haru kebahagiaan di wajahmu. Sedangkan usiamu sudah semakin menua. Aku takut tak mampu memberikan kebahagian yang paripurna untukmu, Bu.

Maafkan aku, Bu. Tunggu aku memberikan segenap bahagia untukmu. Dan terimakasih, atas semua yang telah engkau beri untukku selama ini. Percayalah Bu, anakmu sedang berjuang untuk selalu memberikan kebahagiaan untukmu.

~~~•••~~~•••~~~

Song instrumen muara kasih bunda violin

Dia dan Secangkir Kopi

6/07/2024 03:10:00 PM 0 Comments

 

Secangkir kopi hangat pada dinginnya pagi yang menyapa selalu menjadi cerita indah di awal hari saat aku bertemu dengannya. Cerita suka duka yang telah dilalui, akan menjadi teman yang mengubur sepi di antara kami. Selalu ada tawa bahagia terekam di kala waktu membiarkan kita saling berbagi cerita. Dan saat salam perpisahan memanggil di awal senja, akan hadir setitik rindu untuk kembali bertemu. Menjelma menjadi bait pengharapan pada malam yang mengabadikan cerita tentang perjalanan hari itu bersamanya.

        Secangkir kopi hangat selalu menjadi kawan setia di setiap pertemuan. Menjadi saksi bisu yang menangkap rasa berbeda yang perlahan hadir dari relung hati. Ada candu saat ku tatap mata hazel juga manis senyumnya. Pahat wajahnya yang tak begitu tampan namun meneduhkan, berhasil menciptakan nyaman dalam hati. Ku yakin, ia telah berhasil mencuri sebagian hatiku. Karena sebentar saja jarak memisahkan, ada rindu yang bertalu.

Apakah ia menaruh sebuah mantra dalam secangkir kopi yang telah dibawanya?

Ah, rasanya terlalu jahat jika ku biarkan pikiran itu terus menjelma. Bukankah cukup ku syukuri kehadirannya, dan nikmati kebahagiaan ini bersama? Jika ada rasa serta getar yang berbeda mulai tercipta, biarkan ia berjalan dengan sewajarnya. Biarkan ia saling menyapa di saat tiba waktunya. Aku tak ingin memaksa. Karena aku mulai takut kehilangannya.

Takut kehilangan? Atau mungkin takut kembali terkukung dalam sepi?

Entah, yang ku tahu, aku hanya ingin selalu berada di dekatnya. Yang aku tau bahwa aku mulai menyayanginya tanpa ragu.

Selasa, 04 Juni 2024

Bukan Untukku

6/04/2024 01:56:00 AM 0 Comments

Tenangnya malam membuat hati ini semakin tak sabar menanti sang fajar tiba. Ada rencana besar yang akan kulakukan ketika mentari telah menyapa dunia, yaitu, mengungkapkan segala rasa yang selama ini ku simpan dengan begitu rapatnya. 

Jalan panjang yang ku tempuh menjadi saksi seberapa jauh usahaku untuk bisa bertemu dengannya. Banyaknya detak waktu yang ku lalui menjadi bukti, betapa sungguh dalam rasa sayang juga cinta yang selama ini kupendam dalam lubuk hati.

Namun, ketika tiba pada titik perjumpaan dengannya, seketika langkahku terpaku, kakiku seolah membatu, lidahku kelu membeku, bahkan hadiah yang kupersiapkan dalam genggaman pun terjatuh, meluruhkan senyum yang sempat terlukis diwajahku.

Ada sepasang tangan yang sedang mendekapnya dengan begitu erat, tapi itu bukan tanganku. Ada sepasang mata yang menatapnya penuh cinta, namun itu bukanlah mataku. Ada kecupan yang mendarat pada keningnya, membuat wajahnya tersenyum bahagia, dan sayangnya itu bukan dariku.

Ia telah berbahagia dengan yang lain!

Dan aku, berbalik arah meninggalkannya. Membiarkan ia bahagia dengan apa yang kini menjadi pilihannya. Kembali ku susuri jalan sendirian, hingga malam kembali datang. Ku biarkan lampu di sisi jalan menjadi saksi betapa hancur pengharapanku. Dan Ku biarkan sepinya malam menjadi kawan atas rasa sakitku.

Semoga ia berbahagia bersama pilihannya, dan biarlah aku di sini, terkubur di balik reruntuhan rasa cintaku yang hancur berkeping, dalam sendiri dan kesunyian, mencoba menerima kenyataan bahwa dia bukan untukku.

Jumat, 31 Mei 2024

Ayah, Bisakah Kita Bertemu?

5/31/2024 01:15:00 PM 0 Comments


Ayah, bisakah kita bertemu? Banyak hal yang ingin ku tanyakan dan bicarakan denganmu. Banyak sekali misteri yang terungkap setelah pergimu. Banyak sekali cerita tentangmu, bahkan tentang perasaanm kepadaku yang selama ini ku tak tau.

Apakah yang mereka ceritakan benar? Sebahagia itukah kau memiliki aku? Setakut itukah kau kehilangan ku? Di saat dokter memvonis ku mengidap salah satu penyakit yang tak akan bisa sembuh. Serapuh itukah kau menghadapi kenyataan bahwa gadis kecilmu tak baik-baik saja? Kenapa kau tak pernah memperlihatkan air mata lukamu di hadapanku? Bahkan, kau pun tak pernah membantah saat aku membawa seseorang yang menjadi pilihanku, sedangkan kau sebenarnya sudah menyiapkan pilihan untukku.

Ayah, bisakah kita ketemu? Sebentar saja. Kita bicara banyak hal. Tentang aku, tentang dirimu, juga tentang perasaanmu yang tak pernah terungkap selama ini. Aku hanya ingin mendengar semua cerita itu langsung dari mulutmu, Ayah. Karena aku sedang merindukan momen kebersamaan kita. Jika dulu kau selalu mencipta momen bahagia penuh tawa saat bersamaku, kenapa kau tak juga meninggalkan momen dimana kau membagi dukamu kepadaku. Kenapa tak kau tunjukkan sedih dan rapuhnya dirimu saat melihatku jatuh sakit tak berdaya? Kenapa aku harus selalu kau pandang sebagai gadis kecilmu yang tak boleh merasakan kerasnya dunia, serta sedikit mengetahui beratnya beban perasaan yang kau pikul. Oh ya, aku lupa. Kau pantang dilihat lemah, apalagi di depanku yang sedang butuh kekuatan darimu. Kau pantang menyeka air mata, apalagi di hadapanku yang selalu ingin melihat senyummu.

Kau tau, Ayah? Kini keadaan yang membentur serta mendidikku untuk menjadi kuat. Untuk menjadi putrimu yang  tak lagi mudah rapuh. Menjadi seseorang yang terlihat setegar batu karang. Walau pada kenyataannya, kali ini aku sangatlah lemah tanpamu.

Ayah, bisakah bertemu? Sebentar saja. Banyak sekali hal yang ingin ku dengar darimu. Yang ingin ku ceritakan serta yang ingin ku pastikan padamu. Aku bingung, Yah. Kali ini aku tak punya tempat untuk bercerita atau sekadar mendapatkan pelukan hangat.

Inikah makna air matamu di saat dulu kau melepasku kepada orang lain? Adakah ketakutan yang kau rasa juga kau pikirkan tentang kebahagiaanku? Jika memang benar, Ayah tenang aja, aku bahagia. Hanya saja, kali ini aku sedang merasa tidak baik-baik saja. dan aku hanya butuh pelukmu, Ayah.

Ayah, datanglah sebentar. Beritahu aku segala hal yang selama ini aku tak tau. Beri aku penjelasan tentang segala hal yang selama ini aku tak paham. Bisakah kita bertemu, Ayah? Walau hanya melalui dunia mimpi. Aku butuh dirimu, Ayah.

~~~~

Bogor, 31 Mei 2024

Selasa, 28 Mei 2024

Lelaki Bermental Baja

5/28/2024 09:12:00 PM 0 Comments

Lelaki bermental baja. Ku sebut dirinya seperti itu. Karena telah banyak cerita perjuangan yang ku yakini bahwa akupun tak akan pernah sanggup menjalani hari-hari seperti apa yang telah dilewatinya; kehilangan ayah di usia yang masih sangat belia, membantu ibu yang harus menghidupi keluarga, di saat yang sama pula dirinya harus berjuang untuk tetap melanjutkan pendidikan demi menggapai impiannya. Impiannya tergapai, namun perjuangannya tak berhenti di sana. Dirinya terus berjalan di atas koridor yang menyuarakan kebaikan. Hari-harinya selalu bising dengan rencana, target, juga aksi penyiaran kebaikan. Detak waktunya selalu sibuk memikirkan orang lain, memikirkan pendidikan anak-anak negeri yang tak mampu melanjutkan karena terhimpit ekonomi. Hingga pernah aku begitu cemburu dengan sikapnya. Dan ia hanya berkata, "kamu belum paham. Akan tiba waktunya kau mengerti kenapa semua ini harus dilakukan." Lalu aku hanya bisa terbungkam mendengar kalimat yang meluncur darinya.

Semangatnya selalu ku apresiasi sekaligus membuatku iri. Namun ku cukup sadar diri, bahwa mentalku belum sebaja miliknya. Lelaki bermental baja itu, ku panggil dengan sebutan; Ayah.
Ya. Setiap kali ada yang bertanya seperti apa ayahku, maka akan ku jawab, bahwa dia adalah manusia bermental baja. Tak mudah rapuh! Tak mudah goyah, apalagi menyerah.
Ayah, mirisnya anakmu ini ternyata tak bisa mengikuti jejak langkahmu. Padahal berkali-kali kau berpesan bahwa aku tak boleh menjadi seseorang yang mudah menyerah. Sayangnya, di saat aku begitu rapuh dan membutuhkan peluk semangat darimu, saat aku butuh pelajarn hidup agar mampu sekuat dirimu, kau telah tertidur berselimut tanah. Mungkin sedang menikmati hasil kebaikan-kebaikan yang selama ini kau tanamkan. Mungkin kau sedang menikmati tempat peristirahatan mu yang menjelma menjadi taman surga.
Ayah, padahal kau belum sempurna membangun mentalku untuk kuat sepertimu. Dan aku kini harus memaksa langkahku untuk tetap tegap walau tanpamu. Meski mentalku tak sebaja milikmu. Maafkan aku, jika sekali waktu aku lelah dan merasa ingin menyerah. Karena sungguh, aku tak bisa seperti mu, Ayah, lelaki bermental baja yang selalu ku rindu.

Senin, 27 Mei 2024

Kamulah Rumahku

5/27/2024 11:57:00 AM 1 Comments


Kau pernah mengatakan padaku, "dalam sendirimu, bayangkan jika tiba masa dimana aku pergi dan tak akan pernah pulang lagi."

Kau tau? Seketika rintik air mataku menderas tanpa ku pinta. Ada sesak yang menyapa dan memelukku erat. Ku tahu, pergi mu sementara. Tapi sepi dan sendiri yang kurasa menyiksaku dengan begitu hebatnya! Sepi tanpamu menghujamku dengan begitu menyakitkan. Pijakan ku yang begitu kuat saat bersama denganmu, mendadak goyah. Aku tak mampu membayangkan lebih jauh bagaimana sepinya aku dalam kesendirian tanpa kamu.

Kau harus tau, bahwa sapaan selamat pagi di awal hari, ucapan selamat tidur menjelang rehat di malam sunyi, serta sederet pertanyaan tentang kegiatanmu seharian, adalah caraku mendekatkan jarak antara kita.  Adalah cara agar aku merasa kau memang selalu ada di sisiku. Adalah caraku membunuh rindu. Karena kamu adalah rumahku, tempat ternyamanku untuk mendapatkan pelukan terhangat yang menenangkan. Tempat berlindungku dari segala keburukan yang akan datang merempuhku kapan saja tanpa ku tau. Karena kamulah rumah, separuh nyawa, juga hidupku.

Sendiri, membuatku merasa betapa kamu sangatlah ku butuhkan. Membuatku menyadari bahwa selemah ini aku tanpa kamu. Sesepi ini rumah kita yang selalu penuh cerita dan warna. Rumah kita layaknya kendaraan yang kehilangan satu roda, tak bisa berjalan dengan selazimnya. Ternyata, sepayah ini aku tanpa kamu yang membersamai. Ku pikir, aku adalah seseorang yang memiliki mental setegar karang. Mampu menghadapi ujian apapun itu seorang diri. Nyatanya tidak! Aku butuh topangan, butuh pegangan, dan butuh sandaran. Dan kamu lah orangnya yang bisa menjadi itu semua untukku.

Kesendirian tanpamu membawaku tenggelam dalam sepi dan kesunyian yang begitu menikam! Cepatlah pulang... Aku butuh kamu. Aku rindu rumahku yang hidup dan ceria dengan hadirmu. Karena rumah yang sesungguhnya untukku adalah kamu.

Setelah ini, boleh ya, ku rapalkan kembali permintaan paling egoisku pada-Nya. Bahwa aku tak ingin kamu yang pergi lebih dulu meninggalkan dunia dan aku sendiri di sini. Izinkan aku yang lebih dulu meninggalkan dunia ini. Karena ku pastikan, dunia serta rumahku akan hancur tanpa kamu di sisi.

Sekali lagi, cepatlah kembali duhai rumahku, tempatku bersandar paling nyaman dan menenangkan, tempatku mencipta tawa bahagia nan ceria. Aku rindu...

Minggu, 26 Mei 2024

Permaisuri yang Beriman

5/26/2024 01:34:00 PM 0 Comments

 


Permaisuri itu hidup di istana, terbiasa menjalani kehidupan prokoler kerajaan, melihat kekuatan kelaliman yang luar biasa, kesombongan penguasa, ketaatan para pengikut dan rakyat, tetapi iman menerangi hatinya, menyinari penglihatannya. Dia bosan menjalani kehidupan yang penuh kesesatan, lalu bernaung di bawah naungan iman, berdoa kepada Rabbnya agar berkenan menyelamatkannya dari kehidupan ini. Allah menjawab doanya dan menjadikannya sebagai teladan bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman-Nya:

"Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang orang yang beriman, ketika ia berkata, 'Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim,'" (QS. AT-Tahrim: 11)

Rasulullah saw. bersabda:

          "Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran." (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih)

    Dia adalah Asiyah binti Muzahim, istri Firaun, yang menjadi teladan yang dikekalkan oleh Al-QUran untuk wanita beriman yang jujur kepada Rabbnya. Ketika mengetahui jalan kebenaran, dia mengikutinya tanpa takut terhadap kebatilan dan kezaliman para pelakunya/. Dia benar-benar beriman kepada Allah dengan iman yang tek terguncang dan tidak dapat dilemahkan. Berbagai ancaman Firaun dan beragam intimidasinya tak berhasil menggoyahkan dirinya dari keimanannya, atau menjauhkan dia dari jalan kebenaran dan hidayah. Dia bertransaksi dagang dengan Allah, maka perdagangan pasti meraih laba. Dia menjual gengsi, istana, dan pelayanan first class sebagai permaisuri, untuk dibayar dengan harga yang mahal, yakni sebuah rumah di surga.

    Kisah ibu Asiyah ra., disebutkan dalam kisah Musa as., manakala Allah memberi ilham kepada ibunya agar menempatkan Musa di dalam peti, kemudian menghanyutkan peti yang di dalamnya ada bayi Musa itu ke sungai. Aliran arus sungai menuju ke pantai yang di sana berdiri kukus istana Firaun. Dayang-dayang memungut peti itu dan membawanya masuk ke istana. Tatkala istri Firaun melihat bayi yang terdapat di dalam peti, Allah mengaruniakan cinta kepada Musa ke dalam hatinya sehingga dia menjadi sangat mencintai Musa.

    Firaun datang untuk membunuhnya, sebagaimana yang dia lakukan terhadap semua anak laki-laki yang dilahirkan dari rahim Bani Israil, tetapi seketika itu juga istrinya meminta dia untuk membiarkan hidup, karena bayi itu akan menjadi ganti ketidakmampuan dirinya melahirkan anak. Demikianlah, Allah menempatkan Musa untuk hidup di istana Firaun. Allah Ta`ala berfirman: 

    "Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; 'Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke suangi (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para Rasul.'  Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah istri Firaun, 'Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak.' Sedang mereka tiada menyadari." (QS al-Qashash: 7-9)

    Ibu Asiyah memiliki fitrah yang sehat, akal yang paham, hati yang penyayang. Dia mengingkari kegilaan yang menjangkiti akal suaminya, dia tidak memercayai klaim suaminya bahwa dirinya adalah Tuhan dan anak dari Tuhan-Tuhan yang ada. 

    Ketika Musa beranjak remaja dan dewasa, dia berpindah ke negeri Madyan, karena melarikan diri dari kekejaman Firaun dan bala tentaranya. Kemudian beberapa tahun berselang, dia pulang kembali ke Mesir, sesudah Allah mengutusnya sebagai Rasul maka istri Firaun adalah orang pertama yang memercayai dakwah Nabi Musa as. Keimanan yang kokoh kepada Allah itu diketahui oleh suaminya, Firaun. Firaun menjadi kalap dan marah besar. Bagaimana mungkin istri yang menjadi teman hidupnya sekian lama mau beriman kepada Musa. Firaun mengingkari. Dia menyiksa istrinya agar istrinya itu mau keluar dari keyakinannya dan mau meninggalkan ketaatan kepda musuhnya. Dia memerintahkan para algojonya untuk menimpakan berbagai jenis siksaan terhadap sang istri sampai dia mau kembali kepada keyakinannya yang lama. Akan tetapi, ternyata dia tetap teguh dalam beriman kepada Allah dan siap memikul pedihnya berbagai siksaan di jalan Allah.

    Firaun memerintahkan pasukannya untuk mencampakkan Asiyah ke tanah lalu mengikatnya di antara empat tiang yang kuat. Algojo mulai menyayat tubuhnya dengan cemeti tetapi dia tetap sabar dan mengharapkan pahala dari kepedihan siksa yang dia rasakan. Akhirnya Firaun memerintahkan agar diletakkan gerinda pada dadanya lantas dilemparkan sebongkah batu besar terhadap tubuhnya. Tetapi dia terlebih dahulu berdoa kepada Allah agar dirinya diselamatkan dari Firaun dan perbuatannya.

    Allah mengijabah doanya. Ruhnya naik tinggi menuju Penciptanya. Malaikat menaunginya dengan sayapnya, agar dia dapat segera menempati surga. Dia beriman kepada Rabbnya dan sudah menjalani beragam siksa akibat keimanannya. Dia layak menjadi wanita surga yang kekal.

    Benarlah Rasulullah saw. manakala beliau bersadba:

    "Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya." (Sahih al-Bukhari no 3411)

~~^^~~^^~~^^~~^^~~

Dinukil dari buku "Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan" Karya Ali bin Nayif asy-Syuhud, hal 30-32


Sabtu, 25 Mei 2024

Hujan

5/25/2024 06:08:00 PM 1 Comments

Hujan, satu hal yang pernah menjadi momen indah yang selalu ku tunggu. Setiap rintiknya yang membentur bumi, menghadirkan wangi petrikor, hingga mencipta genangan yang seketika dapat dijadikan teman bermain untuk anak-anak. Termasuk aku saat itu. Selalu ada kebahagiaan tersendiri di kala rintiknya berlomba menghujani tubuh mungilku yang dengan bahagia memainkan setiap genangan yang tercipta.

Hujan, satu momen yang pernah tanpa sengaja mempertemukan aku dengan seseorang yang mampu membuatku merasakan getar cinta. Menjadikanku berani untuk jatuh cinta, dan melangitkan harap akan kebahagiaan-kebahagiaan bersamanya. Menyebabkanku tak berhenti menyebut namanya di setiap sujud panjangku. Mengaminkan segala rapalan doa tentang ceritaku bersamanya untuk abadi hingga berakhir dengan kata bahagia.

Namun hujan pula, yang telah mencipta duka paling mengenaskan dalam hidupku! Segala yang ku semogakan bersamanya tak pernah menjadi nyata! Di balik tirai hujan, dia meregang nyawa. Tubuhnya yang bersimbah darah terguyur deras dengan derasnya bulir hujan yang membentur bumi. Di depan mataku, ia mengembuskan napas terakhirnya! Aku hancur! sehancur-hancurnya! Duniaku mendadak gelap dan runtuh! Segala semogaku tak akan pernah menjadi nyata! Rintik Hujan menjadi saksi betapa ambruk nan remuk nya aku. Kehilangan seseorang yang aku cinta. Seseorang yang padanya ku gantungkan harapan tentang kehidupan di masa depan. Yang dengannya aku yakin akan selalu tercipta bahagia meski sekali waktu kecewa datang menyapa. 

Dan hujan yang menyapa kali ini, telah mencipta getir kerinduanku pada dia yang tak akan pernah kembali, yang tak akan pernah bisa ku dekap lagi. 

~~~~

bs: akustik mengenangmu-sammy

Senin, 20 Mei 2024

Rindu Sahabat

5/20/2024 09:00:00 AM 0 Comments



Waktu yang
  perlahan lahan kita lalui tak pernah terasa putarannya. Tanpa disadari kita telah banyak mencipta cerita. Waktu yang bergulir membawa kembali ingatan semua kisah yang pernah kita lalui bersama. Seolah ingin mencipta beribu kenangan ketika kita bertemu dengan kata pisah.

 Kamu, adalah orang asing yang tiba - tiba hadir dengan tawa dan canda penuh ceria. Menghadirkan warna baru dalam kisah hidupku. Meski pada akhirnya, kenyataan pahit tentangmu harus kuterima; ada satu penyakit bersarang terlalu lama pada dirimu, yang aku pun tak tau semenjak kapan. Namun yang aku tau, kamu lelah. Kamu sudah tak sanggup melawan setiap sakit yang kau derita. Hingga akhirnya, sakit yang kau derita merenggut nyawa. Dan hal yang paling membuatku miris juga sangat menyesal adalah saat kau mengucapkan salam perpisahan pada dunia, aku tak tau. Aku tak ada. Aku tak mengerti selelah apa kamu selama ini menghadapi kesakitan itu. hanya kabar duka perihal dirimu yang tiba-tiba saja ku terima.

Aku hancur! hatiku remuk!

Saat ku datang ke rumahmu dan ku temui kau tak lagi seperti dulu, dengan berjuta senyum ceriamu. Tak ada lagi kebersamaan yang pernah kita lalui bersama. Yang kudapati hanyalah kau yang terdiam, terbujur kaku tak bergerak, tak lagi bersuara, tak lagi seperti dulu. Membuat aku merasa kenyataan ini adalah mimpi buruk! Duniaku terasa runtuh! Karena harus kehilangan sahabat rasa saudara sepertimu.

Sekarang, di kala getar rindu padamu menyapa, aku hanya bisa menatap langit malam berteman gemintang, berharap kau juga melihat ku dari kejauhan untuk  menjawab rindu yang selalu ku panjatkan. Mungkin terkesan lemah untuk aku yang selalu tertawa dan membuat semua serius mu dulu menjadi canda. Hanya saja aku tidak bisa menyembunyikan kerinduan yang seakan membuat ku begitu lemah.

Untuk mu yang sudah tenang disisi-Nya, cerita kita tidak pernah aku lupa meski hanya celotehan kecil yang terlontar untuk sebuah canda tawa. Aku rindu masa itu meskipun sesekali kau menghampiri lewat mimpi, namun semua sudah tidak sama seperti saat kita yang seakan tak bisa terpisah. Aku rindu dengan semua tawa bahkan keluh mu di saat kau terluka, semoga kerinduan yang telah kutitipkan lewat sang pencipta tersampaikan kepadamu yang berada disisi-Nya. Bahagialah di sana tanpa ada lagi rasa sakit yang kau derita, sahabatku.  

 

<><><><> 

16 Mei 2024, (bs, instrument seventeen; kemarin)

Kamis, 16 Mei 2024

Maaf Aku Tak Bisa Kembali

5/16/2024 11:23:00 AM 0 Comments



Harapan ku yang kau patahkan, sakit yang kau torehkan, bahkan langkahmu untuk meninggalkan, tanpa tau bagaimana aku mengiba agar kau bertahan, telah mencipta luka yang begitu dalam.


Aku sudah mencoba meruntuhkan rasa malu, agar kita tetap bersama. Namun semua menjadi sia-sia ketika dia datang memberi harapan yang baru untuk mu.

Semenjak kau pergi bersamanya, semua tentang kita sudah menjadi cerita yang telah ku kubur begitu lama. Tentang semua rasa yang ku punya sudah ku lupakan seiring kau menjauh dariku. Cita, cinta, dan harapan bersamamu, aku jadikan sebuah catatan usang yang tak mungkin lagi ku lanjutkan ceritanya.

Ya. Mungkin dulu aku terlalu bodoh untuk mengiba perihal cinta kepadamu, terlalu lemah dengan sikap baik dan juga kata manis yang engkau lantunkan. Namun kini aku mengerti, mencintai tanpa dicintai itu telalu menyakitkan!

Tenanglah, Nona. Sekarang aku sudah baik baik saja. Semua tentang mu sudah ku lupa. Karena kini aku sudah ditemani oleh seseorang yang selalu menghargai keberadaanku. Yang selalu ingin aku berada di dekatnya.

Lucunya, kini kau datang meminta ku kembali dan meninggalkan dia yang telah setia menemani.

Maaf aku tidak bisa kembali, karena saat ini aku telah bahagia bersama dia yang menggantikan posisimu.

Maaf aku tidak bisa kembali. Seandainya aku masih sendiri tanpa dia pun, aku tidak ingin mengulangi kesalahan seperti dulu dengan mencintai wanita yang tak tau diri dan pandai menjaga hati seperti mu.

Terimakasih atas cerita lama yang pernah kita ukir bersama. Dan kini, maafkan aku karena memilih untuk tidak akan pernah kembali bersamamu lagi.

<><><><><>

Karya; Jufa, Tulisan Rahmi

16 Mei 2024


Sabtu, 11 Mei 2024

Cinta Sahabat

5/11/2024 11:12:00 PM 0 Comments

 


Banyak orang mengatakan, antara kita tak mungkin selamanya menjadi sahabat. Tak mungkin rasa yang kita punya hanya berhenti di batas rasa sayang. Tak mungkin jika di antara kita tak ada percikan cinta. Lalu aku, dengan segala ego dan atas nama harga diri, berjuang ingin membuktikan bahwa ucapan mereka salah. Aku selau berusaha membuktikan bahwa kita memanglah sepasang sahabat yang saling menyayangi, dan tak akan pernah ada percikan api cinta yang merusak ikatan persahabatan kita.

Namun, seiring waktu berputar egoku mereda, harga diri ku pertaruhkan. Hatiku lelah untuk terus berpura-pura menyayangimu hanya sebagai sahabat. Aku letih dengan terus menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya. Aku pun jengah dengan selalu memadamkan percikan api cinta yang selalu hadir saat sedang bersamamu.

Jujur, aku terlena dengan segala perhatianmu. Aku terbuai dengan segala sikap bergantungnya kamu. Aku merasa menjadi satu-satunya orang yang selalu bisa kau tuju kapanpun kau mau, dan butuhkan. Maka, aku berpikir, mustahil jika bibit cinta itu tak tumbuh dalam hatimu.

Dengan rasa percaya diri yang membuncah, ku datang menghampirimu dengan membawa sebuket cinta dalam hati, beserta pernyataan cinta yang telah ku susun rapih di balik lisanku yang kelu saat berhadapan denganmu. Lalu dengan beraninya, ku suarakan pernyataan cinta yang telah ku susun dan ku simpan selama ini untukmu. Berharap, kau menjawab dengan rasa yang sama.

Ternyata harapanku salah! Aku terlalu tinggi bermimpi bahwa cinta sebagai sahabat dalam hatimu akan berubah sepertiku. Pernyataanku dijawab olehmu dengan menghadirkan seseorang yang kemudian kamu perkenalkan sebagai kekasih. Kamu berlagak bahwa selama ini orang yang paling mengerti dan selalu ada untukmu adalah dia yang kau sebut pujaan hatimu. Sikapmu seolah memaksa langkahku untuk kembali mundur agar tak melebihi batas kata sahabat.

Mungkinkah percikan api cinta ini hanya hadir padaku saja? Ataukah sesungguhnya percikan itu kau rasakan juga, namun kau hanya takut mengungkapkan apa yang sebenarnya dirasa? 

Argh!! Bermacam pertanyaan konyol mulai bermain dalam benak. Mencipta tawa getir di balik air mata yang tersembunyi pada aliran hujan yang mengguyur sekujur badan. Hingga kemudian membuatku tersadar bahwa semua rasa cinta yang hadir telah mendatangkan kecewa juga rasa bersalah pada persahabatan yang telah kita bangun bertahun lamanya. 

Salahkah cinta sahabat yang telah tumbuh merekah dalam hati ini? Salahkah jika aku harus jatuh cinta pada sahabatku sendiri??

Terlepas benar atau salah dari rasa yang tercipta ini, aku hanya ingin kamu memaafkanku. Tetap menerimaku dalam kehidupanmu. Tetap menjadikan aku tempat kembalimu, ketika kamu sudah tidak lagi bersamanya, atau di saat kamu ingin bercerita tentang suka duka saat kamu bersamanya. Karena sebenarnya aku tak ingin kamu pergi dengan membawa benci padaku, dan kemudian melupakan persahabatan kita yang telah terbina bertahun lamanya. Sedangkan aku di sini, terkoyak oleh perasaan cinta kepada sahabat yang tak akan pernah kunjung terbalas.

<><><><>

bs; menepi, instrumen

Kamis, 09 Mei 2024

Imam Para Wanita Di Zamannya

5/09/2024 05:00:00 PM 0 Comments

 


Ini adalah kisah tentang seorang wanita yang menjadi Imam para wanita di zamannya. Siapakah dia?

Ia adalah putri Abdullah bin al-Harits bin Uwaimar bin Naufal al-Anshariyah. Ia dikenal dengan gelar yang diawali dengan kata abu atau ummu. Beliau adalah Ummu Waraqah binti Abdullah atau dikenal dengan Ummu Waraqah binti Naufal, dinisbahkan kepada kakeknya.

Ia termasuk wanita yang paling mulia di zamnnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengunjungi beliau beberapa kali dan beliau menjulukinya dengan gelar asy-Syahidah.

Ummu Waraqah aadalah seorang wanita yang memiliki semangat tinggi terhadap Islam dan bercita-cita untuk mati syahid di jalan Allah untuyk meninggikan kalimat Allah. Karena itu, ia tidak terhalang untuk berjihad bersama kaum Muslimin dan mendapatkan pahala mujahidin. Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak berangkat Perang Badar, Ummu Waraqah berkata kepada Rasulullah 'alaihi wa sallam, "Ya Rasulullah, izinkanlah aku berangkat bersama Anda sehingga aku dapat mengobati orang-orang yang terluka di antara kalian, merawat orang yang sakit di antara kalian, dan agar Allah mengaruniai diriku syahadah (mati syahid)."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Sesungguhnya Allah akan mengaruniaimu syahadah. Akan tetapi tingallah kamu di rumahmu karena sesungguhnya engkau adalah syahidah."

Ummu Waraqah turut mengumpulkan al-Quran dan ahli membacanya. Karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkannya agar menjadi imam bagi para wanita di daerahnya. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyiapkan seorang mu'adzdzin bagi mereka

Disebutkan dalam al-Musnad dan as-Sunan dari hadits Abdurrahman bin Khalad dari Ummu Waraqah; ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengunjungi dia di rumahnya, kemudian memberikan seorang mua'dzdzin untuknya. Abduraahman berkata, "Aku melihat mu'adzdzin tersebut seorang laki-laki yang sudah tua."

Jadilah rumah Ummu Waraqah radhiyallahu'anha, rumah Allah yang di dalamnya ditegakkan shalat lima waktu. Alangkah terhormatnya seorang wanita yang menduduki posisi sebagimana seorang wanita Mukm inah seperti Ummu Waraqah radhiyallahu'anha.

Ummu Waraqah senantiasa istiqomah dengan keadaannya, yakni menjaga syari'at-syari'at Allah hingga pada suatu ketika budak dan jariyahnya- yang telah dijanjikan oleh beliau. Tatkala pagi Umar bin Khaththab berkata, "Demi Allah, aku tidak mendengar suara bacaan al-Quran dari bibiku semalam."

Kemudian beliau memasuki rumahnya, namun tidak melihat suatu apapun, kemudian beliau memasuki kamarnya, ternyata beliau telah terbungkus dengan kain di samping rumah. Umar berkata, "Alangkah benar sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika bersabda, 'Marilah pergi bersama kami untuk mengunjungi wanita yang syahid."

Selanjutnya, Umar radhiyallahu'anhu naik mimbar dan menyampaikan berita tersebut lantas berkata, "Hadapkanlah dua budak tersebut kepadaku." Maka datanglah dua orang budak tersebut dan Ummar menanyai keduanya dan mereka mengakui bahwa mereka telah membunuhnya. Umar pun perintahkan agar kedua budak tersebut disalib. Mereka berdualah orang yang pertamakali disalib dalam sejarah Islam.

Semoga Allah merahmati Ummu Waraqah, semoga Allah membalas semua kebaikannya dalam keistiqomahannya membaca al-Quran serta mengumpulkannya. Beliau adalah imam bagi para wanita di zamannya yang amat sangat rindu untuyk berjihad dengan haerapan mendapat pahala mujahidin. Akhirnya, Allah pun mengabulkan permohonannya dan beliau mendapatkan pahala mujahidin. 

-----------

Dikutip dari buku berjudul 101 Wanita Teladan di Masa Rasulullah, Karya Hepi Andi Bastoni

Rabu, 08 Mei 2024

Dibatalkan

5/08/2024 08:36:00 PM 0 Comments

 

Sebuah pesan mengejutkan baru saja ku terima. Kakiku yang sejak tadi sudah terasa begitu lelah dan tak bertenaga semakin lemas rasanya. Tubuhku ambruk seketika di atas sofa yang berada di belakangku. Pikiranku mendadak beku. Tak tahu apa yang harus ku lakukan setelah ini.

“La, tadi orang catering telepon Mama. Untuk konfirmasi lagi soal lauk dan makanan yang akan ada di gubukan nanti.” Ucap Mama yang tanpa babibu duduk di sampingku. Dan aku hanya mampu menjawab satu kata singkat, “ya.” Setelah itu aku beranjak ke kamar dengan langkah yang begitu gontai. Berharap pesan yang tadi ku baca adalah sebuah prank atau mungkin sebuah mimpi buruk di detik-detik menjelang hari pernikahanku.

Dengan kepala yang terasa berdenyut, kembali ku buka sebuah pesan di chat teratas.

Maaf, dek. Dengan sangat terpaksa mas harus katakan ke kamu, Mas gak bisa melanjutkan pernikahan ini. Maaf Mas gak bisa jelaskan alasan detilnya ke kamu saat ini. Segala biaya yang sudah dikeluarkan oleh keluargamu untuck persiapan acara kita, nanti Mas ganti. Sekali lagi Maafkan Mas, Dek. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Kalau kamu ingin tau apa alasannya, nanti kita atur waktu untuk membahas ini, tapi untuk sekarang, tolong jangan cari aku dulu, ya. Dan terakhir, hal yang harus kamu tau, Dek. Meski pernikahan ini harus dibatalkan, Mas masih sayang banget sama kamu.”

Sesaat setelah aku membaca pesan itu, rintik air mataku deras membasahi wajah. Sesak di dada yang sejak tadi memeluk ku lepaskan dengan tangisku yang pecah. Satu minggu lagi, seharusnya menjadi hari berbahagiaku. Segala persiapan bisa dikatakan sudah nyaris sempurna. Namun semua harus dibatalkan begitu saja.

Terimakasih, Mas. Sudah menjadi orang paling hebat mencintaiku, namun kamu juga orang yang paling hebat mencipta luka sedalam ini.

 


Menjamu Madu

5/08/2024 05:44:00 PM 0 Comments

Malam ini untuk kesekian kalinya ia memberi kabar pulang terlambat dari kantornya. Aku tahu alasan sesungguhnya mengapa ia akhir-akhir ini terlambat pulang ke rumah. Bahkan tak jarang ia kembali ke rumah saat malam sudah semakin larut. Namun begitu, alasan yang ia berikan masih sama, ada rapat mendadak di kantor, yang tidak bisa aku tinggal. Walau aku tahu ia sedang berbohong, dan selalu mencari-cari alasan, aku hanya tersenyum menerima alasannya. Aku tetap bersikap sebagai istri yang berbakti kepada suami.

Sudah mendekati tahun ke dua sikapnya sedikit berubah, serta pulang larut malam yang semakin sering. Rasanya, aku semakin lelah dengan kepura-puraan ini. Hingga akhirnya aku mendapati waktu yang tepat untuk mengatakan apa yang selama ini aku tahu. Bahwa ada seorang madu di belakangku yang ia sembunyikan. “Temui aku dengan dia, kamu tidak perlu lagi menyembunyikan dia seperti ini. Aku sudah tahu semuanya, Mas.” Aku tahu ia sangat terkejut dengan ucapanku. Tentu ia tidak akan mengira bahwa aku mengetahui kebohongannya selama ini.

Dua hari setelah permintaanku, ia benar-benar membawa wanita itu ke rumah kami. Rumah yang sederhana penuh cinta dan bahagia ketika wanita itu belum memasuki hati suamiku. Tentu saja aku menjamu maduku ini dengan sangat baik. Sebaik dulu saat ia hanya bertamu dengan status sahabat terbaikku.

-------

Naskah yang lolos seleksi dalam event menulis antologi pentigraf pada tahun 2022

Senin, 06 Mei 2024

Apa Kabar Senja?

5/06/2024 10:11:00 PM 0 Comments


Kali ini aku mengulang lagi menatap langit sore yang tampak begitu indah. Teringat lagi semua kisah yang telah dilewati saat kita bersama. Langit senja yang terlihat tak asing, seperti saat kita masih bersama, menatapnya sambil menunggu datangnya malam dengan penuh canda tawa ceria.


Apa kabar Senja?

Sejak pergimu, senjaku tak lagi sama. Ia indah, namun tak sempurna. Sama dengan segala impianku. Tersusun sempurna namun harus berhenti di batas asa. Segala rencana dan mimpi tentang kita kini hanya menjadi sebuah cerita yang tak bisa ku lupakan begitu saja.


Banyak sekali cerita indah tentang kita. Segala cerita suka dukaku, kamu selalu menjadi saksinya. Saat kau bersandar sembari melantunkan kata cinta dan enggan untuk berpisah, semburat senjapun mendengarnya.


Masih ingatkah kau tentang janji yang pernah kita cipta? Seperti apapun keadaannya, kita akan tetap bersama, dan mungkin hanya maut yang bisa menjadi pemisahnya. Lalu Tuhan, menjadikannya nyata.


Apa kabar Senja?

Mungkinkah kau merindukanku? Seperti aku yang selalu ingin bertemu dan memelukmu lagi? Namun hal itu tak mungkin lagicmenjadi nyata. Karena takdir Tuhan tidak pernah bisa kita hindarkan. Senja, apakah aku salah karena belum bisa menerima keadaan atas kepergianmu? Apakah aku salah jika sampai saat ini aku belum bisa mengikhlaskan kepulanganmu?


Apa kabar Senja?

Kau tak perlu khawatir, ya. Sekarang aku masih terus berjuang untuk tetap baik baik saja. Meski hatiku masih begitu mencintaimu dan belum sepenuhnya bisa melepaskanmu. Buktinya, air mata ku selalu berderai, hanya karena teringat tentang dirimu. Lukisan senja di langit petang pun selalu setia menemaniku menghapus setiap bulir air mata kerinduan untukmu.


Senja, tirai malam mulai turun. Dan aku akan sendiri lagi menikmati malam yang begitu menikam dengan kerinduanku untukmu. Tak apa ya, jika langit senja yang dulu selalu menjadi saksi kebahagiaan kita, kini ia harus menjadi saksi atas duka ku yang begitu nestapa.


Hai Senjaku, apa kabar kamu disana? Aku rindu kamu. Aku rindu segala cerita saat bersamamu. Aku rindu. Apa kabar Senjaku?


~~~••••~~~

bs: cinta sejati instrumental bcl