Bu, lihatlah anak mu yang kau besarkan dengan keringat dan air mata, sekarang ia sudah beranjak dewasa, Bu. Ia sudah merasakan kerasnya dunia menghantam perjalanannya. Ia telah merasakan beratnya sebuah tanggung jawab.
Bu, sekarang aku mengerti mengapa dulu engkau sering bilang, "tidak boleh nakal," atau "kamu harus menjadi orang yang kuat." Karena memang, dunia yang ku hadapi saat beranjak dewasa begitu keras ya, Bu. Dirimu juga pernah berpesa, "jadilah orang baik dimanapun kamu berada." Karena jika kita tidak baik maka orang tidak akan baik sama kita kan? Semesta akan memperlakukan kita seperti apa kita memperlakukan mereka kan, Bu?
Lantas mengapa sekarang banyak orang yang jahat, Bu? Padahal aku sudah menuruti semua nasehatmu. Namun mengapa mereka tetap jahat? Mengapa sekarang aku merasa begitu lemah, padahal aku selalu berusaha untuk menjadi anakmu yang kuat, Bu.
Maaf, Bu ... aku tidak bisa menjadi kuat seperti yang engkau harap. Aku sering menangis dan bersedih di kala kesendirian menemaniku. Tapi tenang, Bu. Aku tidak akan meneteskan air mata di depan mu. Aku akan tetap menjadi anakmu yang kau lihat sudah besar dan kuat mengahadapi terpaan badai kehidupan. Aku akan tetap tersenyum. Karena aku tidak mau melihat air mata kesedihan jatuh meluruh di wajahmu, Ibu.
Jujur aku butuh pelukan mu, Bu. Tapi aku terlalu malu untuk mengatakan bahwa aku ingin dimanja lagi olehmu, ingin menangis di pelukmu. Karena sekarang aku merasa sudah dewasa dan tidak pantas untuk bermanja serta menangis lagi di depan mu, Bu. Meski nyatanya, kini aku begitu rapuh dan butuh dirimu.
Bu, anak yang engkau lihat penuh senyum di hadapan mu kini sedang hancur. Aku tak tau bagaimana caranya untuk mengatakan bahwa aku butuh pelukanmu, Bu. Agar aku merasa bahwa hidupku setelah ini akan tetap baik-baik aja.
Maaf Ibu, anak yang sudah engkau besarkan ini belum bisa membahagiakan mu. Aku takut, Bu. Aku takut tak mampu melukis senyum haru kebahagiaan di wajahmu. Sedangkan usiamu sudah semakin menua. Aku takut tak mampu memberikan kebahagian yang paripurna untukmu, Bu.
Maafkan aku, Bu. Tunggu aku memberikan segenap bahagia untukmu. Dan terimakasih, atas semua yang telah engkau beri untukku selama ini. Percayalah Bu, anakmu sedang berjuang untuk selalu memberikan kebahagiaan untukmu.
~~~•••~~~•••~~~
Song instrumen muara kasih bunda violin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar