Jumat, 07 Juni 2024

Dia dan Secangkir Kopi

 

Secangkir kopi hangat pada dinginnya pagi yang menyapa selalu menjadi cerita indah di awal hari saat aku bertemu dengannya. Cerita suka duka yang telah dilalui, akan menjadi teman yang mengubur sepi di antara kami. Selalu ada tawa bahagia terekam di kala waktu membiarkan kita saling berbagi cerita. Dan saat salam perpisahan memanggil di awal senja, akan hadir setitik rindu untuk kembali bertemu. Menjelma menjadi bait pengharapan pada malam yang mengabadikan cerita tentang perjalanan hari itu bersamanya.

        Secangkir kopi hangat selalu menjadi kawan setia di setiap pertemuan. Menjadi saksi bisu yang menangkap rasa berbeda yang perlahan hadir dari relung hati. Ada candu saat ku tatap mata hazel juga manis senyumnya. Pahat wajahnya yang tak begitu tampan namun meneduhkan, berhasil menciptakan nyaman dalam hati. Ku yakin, ia telah berhasil mencuri sebagian hatiku. Karena sebentar saja jarak memisahkan, ada rindu yang bertalu.

Apakah ia menaruh sebuah mantra dalam secangkir kopi yang telah dibawanya?

Ah, rasanya terlalu jahat jika ku biarkan pikiran itu terus menjelma. Bukankah cukup ku syukuri kehadirannya, dan nikmati kebahagiaan ini bersama? Jika ada rasa serta getar yang berbeda mulai tercipta, biarkan ia berjalan dengan sewajarnya. Biarkan ia saling menyapa di saat tiba waktunya. Aku tak ingin memaksa. Karena aku mulai takut kehilangannya.

Takut kehilangan? Atau mungkin takut kembali terkukung dalam sepi?

Entah, yang ku tahu, aku hanya ingin selalu berada di dekatnya. Yang aku tau bahwa aku mulai menyayanginya tanpa ragu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar