Rumah_15 Hari Bunda Berkisah Day 1
Tulisan Rahmi
11/30/2018 04:29:00 PM
0 Comments

Saat itu, jalanan macet sekali. Kita sedang dalam perjalanan pulang dari pasar. Untuk menghilangkan jenuh, Mursyid berdiri dan melihat ke luar jendela. Memperhatikan apa saja. Beberapa pertanyaan tentang kemacetan terlontar darinya. Ambu dan Abah mencoba menjawab pertanyaan demi pertanyaan polosnya.
Lalu kemudian, tatapan Mursyid tertuju kepada seorang bapak yang tidur di atas trotoar dengan beralaskan kardus.
"Bu, bapak itu lagi apa? Dia lagi bobo?" Tanya Mursyid penuh rasa ingin tahu.
"Mungkin. Keliatannya sih iya, Nak. Dia lagi bobo." Jawab Ambu yang kemudian memunculkan pertanyaan baru di pikiran Mursyid.
"Kenapa dia bobo di situ? Kenapa enggak bobo di rumahnya?"
"Ambu enggak tahu, Sayang. Tapi mungkin dia gak punya rumah." Ambu mencoba menjawab.
Mobil kami melaju perlahan. Namun tatapan Mursyid sesekali masih ke bapak yang tertidur di atas trotoar tersebut.
"Kenapa, Nak?" Tanya Ambu ingin tahu.
"Bapaknya kasian ya, Bu. Enggak punya rumah."
Ambu tersenyum mendengar kalimat jujur nan polos itu terlontar dari si sulubg yabg baru berusia tiga tahun.
"Kalau mursyid punya rumah gak?" Tanya ambu.
"Punya. Mursyid punya rumah." Jawabnya dengan masih memperhatikan jalanan di luar yang mulai lancar.
"Ucapan syukurnya mana, Nak?"
"Alhmdulillah ... mursyid punya rumah." Jawabnya dengan mantap.
"Mursyid jangan lupa selalu bersyukur ya, Nak. Alhamdulillah mursyid punya rumah. Karena ternyata masih ada orang yang gak punya rumah."
"Iya, Bu. Kaya bapak itu ya, Bu? Gak punya rumah dia."
Ambu tesenyum lalu mengiyakan pertanyaannya.
Tak seberapa penting besar kecil rumah yang saat ini kita tempati. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa selalu bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan. Kami (Ambu Abah) ingin mursyid dan adik-adik mursyid kelak mampu mensyukuri rejeki apapun yang Allah berikan.
Insya Allah bisa ya, Nak... 😊