Malam ini, setelah menyelesaikan naskah yang harus aku edit, tiba-tiba saja serangan rindu itu semakin memeluk. Bukan, bukan aku tak lagi merindukannya. Aku hanya mencoba untuk tak tenggelam dalam rasa rindu itu. Rasa rindu yang tak akan pernah berujung dengan pelukan hangat atau bahkan tatapan mata.
Ya! Aku sangat merindukan Abi. Ditambah lagi saat pagi tadi ummi bercerita kepadaku betapa aku mirip dengan abi dari segi pekerjaan yang kali ini aku lakoni. Yaitu sebagai editor.
"Ummi tadi tiba-tiba teringat, De. Kamu itu persisi mirip Abi dari segi kerjaan yang sekarang kamu ambil. Kalau kamu sekarang jadi editor cerita, Abi mu juga dulu jadi editor. Tapi bukan buku kumpulan cerita, tapi jadi editor proposal, dan tulisan lain. Hahaha ..." Cerita Ummi pagi tadi. Ada semburat rindu yang begitu berat dari suaranya saat menceritakan tentang Abi. Aku pun jadi teringat Abi.Teringat betapa perfeksionist nya beliau untuk urusan tulisan. Bahkan, untuk sebuah tulisan yang kurang tanda (,) saja abi bisa tahu.
Aku pun teringat saat masa-masa aku menyusun skripsi, lalu aku ada revisi untuk masalah tekhnis kepenulisan. Abi dengan renyahnya akan meledekku yang ceroboh dan selalu tergesa-gesa. Lalu kataku, "Yaudah, sebelum aku ke dosen, aku bimbingan dulu deh sama abi. Biar aku gak banyak dapet revisian." Padahal skripsiku saat itu ditulis dalam bahasa Arab. Dan bukan hal yang sulit pula bagi Abi untuk memahami skripsiku. Karena memang Abi mahir banget di bidang bahasa Arab.
Lalu dengan entengnya Abi menjawab perkataanku, "Enggak ah! Nanti dosen pembimbingmu gak ada kerjaannya kalau abi yang duluan koreksi tulisanmu."
Hahahaha ... Bisaaaa ajaaa Abi nih!!
Malam ini, aku rindu sekali suasana itu. Suasana bersenda gurau dengan abi. Saling meledek dan tertawa bersama. Aku rindu banyak hal tentang abi. Rindu yang entah kapan ini akan terbalas.
-----
Ya Allah, Jaga Abi selalu. Bahagiakan abi di alamnya yang sekarng. Jadikanlah makamnya sebagai bagaian dari taman surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar