Nasehat Pagi dari Ummi
Anonim
12/23/2011 12:24:00 PM
0 Comments
Menyongsong pagi dengan
menggerakkan anak-anak untuk melakukan JUMSIH alias Jum`at bersih. Semua santri
ikhwan maupun akhwat aku gerakkan untuk membersihkan lingkungan sekitarnya. Dari
kamar, halaman, kelas, tempat wudhu, hingga ke lapangan. Dan semua itu membuat
aku berharap semoga mereka mengerti bahwa kebersihan itu penting.
Tapi bukan tentang mereka yang
akan aku ceritakan disini, tetapi tentang ibuku. Ummi tercinta. Guru terhebat
yang aku temui dalam kehidupan ku. Beliau banyak memberiku nasihat dan
pencerahan pagi ini. Kurang lebih seperti dibawah ini.
“Disetiap keluarga pasti ada saja
yang suka maupun tidak kepada kita. Terkadang, setiap perilaku kita yang benar
dilihat salah. Yang jujur dilihat bohong. Yang baik dilihat jahat. Begitulah seterusnya.
Selalu ada saja percikan-percikan api emosi yang kemudian membakar jiwa. Namun semua
itu kembali lagi kepada diri kita. Bagaimana kita menyikapi itu semua. Dan setiap
penyikapan yang kita lakukan selalu menjadi sorotan dan perhatian bagi
mereka-mereka yang memang tidak menyukai kita. Bagaimana orang lain akan
menilai kita, terutama kamu, sudah dewasa kah atau masih kanak-kanak kah,
dilihat dari bagaimana kamu bersikap. Ummi faham, tidak mudah melupakan
sikap-sikap mereka dan tiingkah laku mereka kepada kita. Apalagi kamu sebagai
seorang anak. Ummi faham, tidak ada seorang anakpun yang rela dan suka melihat
orangtuanya menangis. Mendengar orangtuanya dihina, dimaki, apalagi dibenci. Tapi
inilah, De yang namanya kehidupan. Inilah proses-proses untuk mendewasakan
diri. Bukan ummi ingin menyombongkan diri, tapi kamu lihat! Ummi tidak pernah
berusaha membela diri setiap kali mereka menyakiti hati ummi. Setiap kali
mereka menyalahkan ummi. Setiap kali mereka memojokkan ummi. Ummi tidak pernah
ingin melakukanj pembelaan diri seperti yang mereka lakukan setiap kali
melakukan kesalahan. Karena ummi selalu yakin Allah Maha Melihat. Allah Maha
Tahu segalanya. Dan pembalasan Allah sangatlah pedih, lebih pedih dari setiap
perkataan yang mereka lontarkan kepada ummi. Lebih pedih dari yang telah mereka
lakukan kepada kita. Semuanya kembali lagi kepada keikhlasan hati kita. Kepada kebesaran
hati dan diri kita untuk menerima mereka yang seperti itu.”
“Tapi aku enggak suka melihat
ummi, abi, dan orang-orang terdekat aku diguncingkan oleh mereka. Dan dede
minta tolong mi, jangan paksa dede untuk bersikap biasa kepada mereka! Dede enggak
bisa!” sela ku sambil menahan tetes air mataku. “Hati dede masih terlalu sakit,
Mi. walau mereka saudara dede sendiri!” lanjutku.
Ummi hanya mendesah, dan kemudian
melanjutkan, “Ummi mengerti, sangat mengerti, tapi ummi minta, belajarlah untuk
ikhlas dan bersabar. Inilah kehidupan,de. Suka enggak suka, ya inilah
kehidupan. Belajarlah untuk lebih dewasa. Kamu udah ummi lihat sebagai anak
perempuan ummi yang mulai beranjak dewasa, maka bersikaplah semakin dewasa. Sabar.
Hanya itu yang perlu kita lakukan sekarang. Karena tak ada yang bisa membalas
mereka kecuali kita bersabar dan ikhlas. Percaya, De. Allah tidak pernah tidur,
Allah tidak pernah buta, Allah pun tidak tuli. Percaya dengan kekuatan Allah. Biarkan
hanya Dia yang menjawab siapa yang benar dan siapa yang salah. Karena hanya Dia
yang tahu semuanya. Bukan orang lain. Dulu, saat ummi dan abi difitnah, saat
abi diguncingkan juga seperti ini, nama abi dikotori oleh mulut-mulut tak
bertanggung jawab, apa yang abi lakukan?? Abi dan Ummi hanya bersabar dan
ikhlas. Lalu apa yang terjadi?? Allah membuka semuanya empat tahun kemudian.
Allah menjawab dan memperlihatkan yang sebenarnya terjadi. Allah menunjukkan
siapa yang salah dan siapa yang benar kepada orang-orang yang sempat kemakan
oleh fitnahan dan guncingan itu. Begitu pula sekarang, percayalah, suatu saat
nanti Allah akan membuka siapa yang salah dan siapa yang benar. Tinggal kita
yang mau bersabar atau tidak. Karena benteng yang haru kita perkuat untuk
menghadapi kehidupan yang penuh cobaan berupa fitnah dan guncingan adalah
benteng kesabaran. Setelah kita perkuat benteng kesabaran kita, bersandarlah
kepada Allah. Dia pasti menolong. Karena Dia Maha Penolong. Lihat almarhum
babeh? Mana pernah beliau membalas segala kejahatan yang orang lakukan kepada
beliau? Apa kata beliau setiap kali ada orang yang jahat? Babeh Cuma bilang “yaudah,
kita sabar ajah. Entar juga dia kena batunya sendiri. Biarin Allah ajah yang
bales, jangan kita!” dan ummi belajar dari babeh, De. Alhamdulillah, ummi
selalu percaya Allah memang Maha Penolong. Seberat apapun masalah yang ummi
hadapi, ummi cukup cerita ke abi, dan kemudian ummi meminta kepada Allah untuk
memperkuat benteng sabar ummi dan meminta Allah membalas semuanya. Dan tanpa
ummi berbuat apapun, ummi menyaksikan sendiri mereka kena balasannya sendiri.”
Aku merenung, mengkaji dalam hati
dan fikiran setiap perkataan yang ummi ucapkan. Kuncinya hanya ikhlas, sabar
dan serahkan semua kepada Pemilik Segalanya. Karena Allah-lah yang Maha
Segalanya. Hanya Dia yang berkehendak membalas segala kejahatan itu. Hanya Dia
yang Maha Tau yang Benar itu Benar dan yang Salah itu adalah Salah.