Tampilkan postingan dengan label untuk guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label untuk guru. Tampilkan semua postingan

Jumat, 24 Mei 2013

Resep menciptakan budaya positif di kelas

5/24/2013 08:06:00 AM 0 Comments

Resep menciptakan budaya positif di kelas


Aura positif di kelas adalah tujuan semua guru yang mengajar di kelas. Kelas yang baik adalah kelas di mana guru dan siswa bisa mengajar dengan baik dan tercapai tujuan pembelajarannya di kelas.
Apa ciri-cirinya di sebuah kelas terjadi aura suasana kelas yang positif
  • Tidak ada istilah ‘biang kerok’ atau trouble maker. Semua siswa dihargai usahanya untuk berbuat baik dan berubah menjadi lebih baik
  • terhadap murid yang berbuat salah guru tidak akan menampilkan namanya di papan tulis atau meneriakkan namanya keras-keras. Jika murid berbuat salah cukup katakan apa tindakannya dan hindari menyebut nama
  • guru menyebut nama siswa yang berbuat atau bersikap baik. Analoginya mesti dibalik, jangan yang ‘bermasalah’ yang terus disebut, sementara yang sudah baik tidak pernah disebut namanya
  • ajak siswa jika keluar untuk memperingatkan jika ia berbuat keterlaluan
Resep di atas terbukti ampuh saat saya laksanakan. Saran saya iringi dengan kesepakatan kelas dan konsekuensi dengan demikian budaya positif di kelas lekas tercipta
sumber : http://gurukreatif.wordpress.com/2013/04/30/resep-menciptakan-budaya-positif-di-kelas/

Agus Sampurno @gurukreatif

Rabu, 14 Desember 2011

Pengalaman Hidup

12/14/2011 09:44:00 AM 0 Comments

Lagi, aku sangat berterimakasih kepada “Pengalaman Hidup.” Jika saja ada ajang pemberian penghargaan kepada sebuah Pengalaman Hidup, mungkin aku tak akan mampu memberikan satu hadiah pun yang pantas kepadanya. Tak ada kado semahal dan semewah pun yang bisa membayar dan memberikan penghargaan kepada pengalaman hidup. Karena dari Pengalama Hidup iinilah aku semakin belajar banyak tentang pentingnya menjadi guru yang baik, yang dicintai dan disukai oleh murid-murid, menjadi guru yang profesional. Tak hanya itu, pengalaman pun mengajarkan aku menjadi pribadi yang dapt menghargai oranglain, menghargai murid-murid ku. Pengalaman pula yang mengajarkan aku dan membuat aku tersadar bagaimana seseorang akan menilai diri kita, pribadi kita, menjadi seseorang yang baikkah? Menjadi seseorang yang patut dihormatikah? Menjadi seseorang yang patut dicontoh kah? Menjadi seseorang yang patut dihargaikah? Atau sebaliknya?
Bagiku, tak ada seorang pun yang mampu mengajarkan semua itu. Yang ada hanyalah guru yang menngajarkan teori-teori tentang itu semua. Tentang menjadi pribadi yang baik, profesional, dapat dihargai, dapat dihormati, dan sebagainya. Kita hanya diperintahkan menghafalkan, mempelajari, namun setelahnya kita melupakan perlahan tanpa kita sadari. Teori-teori yang paling hakiki adalah teori kehidupan yang diajarkan oleh sebuah pengalaman. Tak akan ada satu orang pun yang mampu mengingat setiap kata yang diucapkan oleh guru-guru atau dosen-dosen kita. Namun, sebuah pengalaman hidup mampu membuat kita mengingat setiap pelajaran yang diberikannya, setiap contoh yang ditunjukkannya, setiap kejadian yang dituliskannya.
Seperti halnya kejadian-kejadian beberapa hari ini. Aku antara benci, marah, ingin menangis, dan bersyukur. Begitu banyak permasalahan yang terjadi di pesantren ini. Pesantren yang dibangun oleh ayahku. Oleh hasil pemikiran dan kerja keras ayahku. Yang selalu berkomitmen bahwa pesantren ini adalah pesantren sosial. Yang terutama diperuntukkan kepada anak-anak yatim dan dhuafa yang memiliki semangat tinggi untuk bersekolah. Permasalahan dan kejadian yang terjadi beberapa hari ini sangat menggelitik hatiku untuk marah. Bagaimana tidak? Aku yang mengetahui perjuangan manis pahit ayah ku membangun pesantren ini, yang baru tiga tahun berdiri, dituduh keluar dari komitmen awal kami. Banyak orang yang mengatakan bahwa pesantren ini sudah menjadi pesantren komersil, naudzubillah.
Aku melihat ayah ku menangis. Menangis karena tidak menyangka semua perjuangannya selama ini harus tercemari. Dan aku hanya bisa menyaksikan, dan marah, tanpa harus bisa berbuat apa-apa. Aku tahu siapa

Tips mendisiplinkan siswa tanpa harus menghukum

12/14/2011 08:11:00 AM 0 Comments
View Original http://gurukreatif.wordpress.com


Institusi sekolah erat kaitannya dengan disiplin. Bahkan di jaman tahun 80 an sekolah-sekolah yang dianggap baik terkenal karena peraturan yang ketat dan disiplin yang tinggi.  “Sekolah itu bagus karena disiplin nya kuat sekali, buktinya tiap ada anak yang melanggar peraturan dihukum dengan hukuman yang berat.” Komentar para orang tua siswa di jaman itu.  Demikian lah di jaman itu sekolah yang pandai menghukum siswa nya dengan hukuman berat malah diburu para calon orang tua siswa.
Banyak pihak yang masih menghubungkan penegakan disiplin di sekolah  dengan menghukum siswa. Padahal kedua-dua nya tidak saling berhubungan. Karena terbukti penegakan disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang semu yang lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadar an akan perbaikan perilaku.
Sebenarnya ada jalan tengah diantara disiplin dan menghukum . Jalan tengah itu disebut konsekuensi. Sebuah konsekuensi berarti menempatkan siswa sebagai subyek. Seorang siswa yang dijadikan subyek berarti diberikan tanggung jawab seluas-luas nya dengan konsekuensi sebagai batasan.
Siswa terlambat masuk sekolah ? solusinya dia terkena konsekensi pulang lebih telat dari yang lainnya, atau waktu istirahat dan bermain dipotong . Jangan sampai disitu saja, bicarakan hal ini dengan orang tua siswa, karena mungkin masalah timbul bukan karena si anak tapi karena masalah orang tua.
Dalam mengatasi masalah terlambat masuk sekolah ini saya punya contoh menarik. Tidak jauh dari tempat tinggal saya  ada sebuah sekolah menengah atas yang memilih mengunci pintu gerbangnya setiap jam 7 pagi tepat. Anda bisa bayangkan mereka yang terlambat akan kesulitan untuk masuk karena pintu gerbang sudah terkunci.  Setiap hari akan ada sekitar 10 orang siswa  yang tertahan diluar menjadi tontonan warga sekitar yang lewat di depan sekolah tersebut.  Padahal mereka yang terlambat belum tentu malas, bisa saja karena alasan cuaca atau hal-hal lain yang tidk bisa dihindari.
Alasan pihak sekolah mungkin bisa diterima, tindakan mengunci gerbang diambil atas nama penegakkan disiplin dan membuat siswa menjadi sadar akan pentingnya datang tepat waktu ke sekolah. Tapi sadarkah pihak sekolah bahwa mengunci siswa di luar bisa mempermalukan harga diri sisw?  Bagaimana bila tetangga atau orang-orang yang mengenali mereka lewat saat mereka terkunci di luar.

10 Ciri Guru Profesional

12/14/2011 08:01:00 AM 0 Comments


1. Selalu punya energi untuk siswanya 
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran 
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif 
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa  mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.

5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua 
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya 
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.

Minggu, 27 November 2011

After the seminar "Movies for Educational Purposes

11/27/2011 01:24:00 AM 1 Comments

Tak ada guru yang paling hebat selain pengalaman. Guru-guru kita di SD, SMP, SMA, atau bahkan dosen-dosen kita di perkuliahan, seringkali tak memberikan apa yang diberikan oleh sebuah pengalaman. Dari pengalamanlah kita banyak belajar suatu hal yang tak diajarkan.
Seperti halnya hari ini. Alhamdulillah Allah memberikan kesehatan, dan kesempatan untuk ku datang ke Teater Salihara untuk mengikuti seminar Movies For Educational Purposes dan nonton bersama yang diselenggarakan oleh IGI. Tentunya seminar kali ini para pembicaranya adalah Agus Sampurno seorang Guru kreatif, Yadi Sugandi seorang sutradara film Hati Merdeka, dan juga oleh direktur program yaitu Dhitta Puti, yang akrab dipanggil Mba Puti.
Dari mereka hari ini aku belajar, serta sadar, bahwa anak-anak sekolah dari tingkat SD, SMP, bahkan SMA jaman sekarang, jaman abad 21 ini, sangatlah berbeda dari anak-anak sekolah jaman abad 20. Dimana dulu each learning selalu teacher center. Selalu guru yang `menyuapi` murid. Selalu guru yang berbicara, bergerak, mencontohkan, dan para siswa hanya duduk manis, melihat, memperhatikan, dan manggut-manggut entah mengerti atau pura-pura mengerti. Sekarang, di jaman serba teknologi, everything terlihat begitu tergantung dengan teknologi. Lihat, anak-anak SD jaman sekarang, hampir sebagian besar mengenal hp. Bahkan mereka bisa menggunakannya. Hampir sebagian besar anak-anak bangsa kita saat itu tidak lagi buta dengan teknologi. Mereka mengerti apa itu komputer, laptop, gameonline, dan banyak lagi permainan-permainan canggih saat ini. Jika dari cara dan alat-alat permainannya saja sudah berbeda, apalagi dengan cara mereka belajar?
Saat ini bukan lagi jamannya each learning is teacher center, but now, each learning is teacher n student center! Bukan lagi jamannya