Lagi, aku sangat
berterimakasih kepada “Pengalaman Hidup.” Jika saja ada ajang pemberian
penghargaan kepada sebuah Pengalaman Hidup, mungkin aku tak akan mampu
memberikan satu hadiah pun yang pantas kepadanya. Tak ada kado semahal dan
semewah pun yang bisa membayar dan memberikan penghargaan kepada pengalaman
hidup. Karena dari Pengalama Hidup iinilah aku semakin belajar banyak tentang
pentingnya menjadi guru yang baik, yang dicintai dan disukai oleh murid-murid,
menjadi guru yang profesional. Tak hanya itu, pengalaman pun mengajarkan aku
menjadi pribadi yang dapt menghargai oranglain, menghargai murid-murid ku.
Pengalaman pula yang mengajarkan aku dan membuat aku tersadar bagaimana seseorang
akan menilai diri kita, pribadi kita, menjadi seseorang yang baikkah? Menjadi seseorang
yang patut dihormatikah? Menjadi seseorang yang patut dicontoh kah? Menjadi seseorang
yang patut dihargaikah? Atau sebaliknya?
Bagiku, tak ada
seorang pun yang mampu mengajarkan semua itu. Yang ada hanyalah guru yang
menngajarkan teori-teori tentang itu semua. Tentang menjadi pribadi yang baik,
profesional, dapat dihargai, dapat dihormati, dan sebagainya. Kita hanya
diperintahkan menghafalkan, mempelajari, namun setelahnya kita melupakan
perlahan tanpa kita sadari. Teori-teori yang paling hakiki adalah teori
kehidupan yang diajarkan oleh sebuah pengalaman. Tak akan ada satu orang pun
yang mampu mengingat setiap kata yang diucapkan oleh guru-guru atau dosen-dosen
kita. Namun, sebuah pengalaman hidup mampu membuat kita mengingat setiap
pelajaran yang diberikannya, setiap contoh yang ditunjukkannya, setiap kejadian
yang dituliskannya.
Seperti halnya kejadian-kejadian
beberapa hari ini. Aku antara benci, marah, ingin menangis, dan bersyukur. Begitu
banyak permasalahan yang terjadi di pesantren ini. Pesantren yang dibangun oleh
ayahku. Oleh hasil pemikiran dan kerja keras ayahku. Yang selalu berkomitmen
bahwa pesantren ini adalah pesantren sosial. Yang terutama diperuntukkan kepada
anak-anak yatim dan dhuafa yang memiliki semangat tinggi untuk bersekolah. Permasalahan
dan kejadian yang terjadi beberapa hari ini sangat menggelitik hatiku untuk
marah. Bagaimana tidak? Aku yang mengetahui perjuangan manis pahit ayah ku
membangun pesantren ini, yang baru tiga tahun berdiri, dituduh keluar dari
komitmen awal kami. Banyak orang yang mengatakan bahwa pesantren ini sudah
menjadi pesantren komersil, naudzubillah.
Aku melihat ayah ku
menangis. Menangis karena tidak menyangka semua perjuangannya selama ini harus
tercemari. Dan aku hanya bisa menyaksikan, dan marah, tanpa harus bisa berbuat
apa-apa. Aku tahu siapa
yang menyebabkan isu negatif itu berkembang, Aku juga
tahu sebab-sebab permasalahan yang ada beberapa hari ini, bahkan aku pun tau
mereka hampir tidak disukai oleh semua murid bahkan wali santri pun demikian. Namun
mereka tidak tau itu..
Dan aku terus belajar
dari kejadian-kejadian ini, dari sikap-sikap mereka. Aku mendapatkan banyak
pelajaran penting. Diantaranya, bagaimana seseorang akan menghargai diri kita,
maka kita harus memulainya terlebih dahulu untuk menghargai orang. Bagaimana orang
akan berfikir dan menganggap diri kita baik atau buruk, itu tergantung
bagaimana kita bersikap dan berprilaku kepada mereka. Bagaimana kita menjadi
guru yang dicintai dan disukai oleh murid-murid kita, yaitu kita harus menjadi
guru yang mencintai mereka dan menyukai mereka. Berprilaku dan bertutur kata
baik kepada mereka. Menghargai mereka. Bagaimana orang akan simpatik kepada
kita, maka kita harus bersimpatik kepada orang lain. Bagaimana orang akan
berfikir positif kepada kita, maka kita harus berfikir positif kepada orang
lain. Bagaimana orang akan menghormati kita, yaitu dengan cara kita menghormati
mereka. Dan seperti itulah seterusnya. Jika kita menginginkan sikap A dari
seseorang, kita pun harus memberikan sikap A kepada orang lain, maka kita akan
mendapatkan sikap yang kita inginkan pula.
Jangan biarkan setiap
kejadian yang kita alami terjadi dan kemudian berlalu begitu saja. Perhatikanlah
dan ambil pelajaran yang begitu berharga dari sebuah pengalaman. Karena pengalaman
selalu mengajarkan apa yang tidak diajarkan oleh guru kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar