Selasa, 05 Maret 2019

Dia, Alasanku Bertahan

3/05/2019 12:08:00 PM 0 Comments
Sepuluh tahun perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya, bukanlah waktu yang sesaat, juga bukan hal yang mudah bagiku untuk bertahan, sebenarnya. Ya, paling tidak lima tahun belakang.

Pertanyaan-pertanyaan yang sama, serupa, dan selalu menyakitkan gendang telinga juga hati membuatku merasa "Lebih baik berhenti sampai sini, sepertinya aku tak akan sanggup lagi untuk melangkah." 

Tapi dia, selalu memintaku untuk bertahan. "Kamu pasti kuat menghadapi ujian ini, sayang. Ada aku." Selalu begitu katanya.

Jika harus berhenti pun, hati kecilku berteriak menolak. Mana sanggup aku terpisah lalu jauh darinya. Dengan serba kekuranganku, dia masih berlapang dada menemaniku. Menerimaku apa adanya. Tak peduli apa kata orang. Tak peduli berbagai sindir dan nyinyir dari orang-orang kepada kami. Baginya, hadirku saja sudah membuatnya bahagia.

"Tapi tugasku bukan hanya membahagiakan kamu saja kan, Mas? Ibu mu, adik kakakmu, juga orangtua ku. Mereka juga berhak untuk aku bahagiakan." Tukas ku suatu hari.

Sabtu, 02 Maret 2019

Separuh Nyawa

3/02/2019 10:25:00 AM 4 Comments
Februari tak lagi menjadi indah di mataku. Bulan yang katanya menjadi bulan kasih sayang, penuh cinta, penuh dengan rona bahagia, kini tak lagi seperti itu di hadapanku. Ia berubah menjadi bulan yang penuh rasa duka dan air mata. Juga menjadi bulan yang menciptakan kerinduan tak berujung bagiku. Ya! Februari ku kini menjadi kelabu. Sejak pagi itu.

Pagi yang terlalu awal di pertengahan Februari menjadi awal dari duka yang aku rasakan. Pagi itu, menjelang subuh, aku terbangun dan hendak melaksanakan witir sambil menanti subuh seperti biasanya. Dan sebelum witir ku laksanakan, aku akan melihat emak di kamarnya. Beberapa hari sebelumnya kondisi kesehatan beliau memang sudah menurun. Membuat aku merasa khawatir berlebihan. Dan tiap menjelang subuh aku mendatangi kamar beliau, lalu menatapnya masih tertidur pulas, atau terkadang beliau sudah terjaga dan langsung menyambutku dengan senyuman kala aku menghampirinya membuat aku merasa jauh lebih tenang. Rasa khawatirku seperti lenyap seketika. Tapi pagi itu, saat aku menghampiri emak, aku lihat beliau masih tertidur pulas. Tapi seketika aku heran dan merasa keliru dengan pengelihatanku. Aku tak melihat gerakan napas pada tubunya. Dengan kekhawatiran yang semakin menjadi aku hampiri beliau. 

Jumat, 01 Maret 2019

Ciptakanlah Bahagiamu!

3/01/2019 10:20:00 AM 0 Comments
Jangan iri melihat bahagianya orang lain saat ini. Karena kamu tak tahu sudah berapa duka yang ia lewati. Dan seberapa besar kesedihan yang ia sembunyikan.

Ciptakanlah bahagiamu sendiri!

Karena hal yang seringkali terjadi adalah ketika seseorang merasa dirinya paling merana, paling sedih, paling susah, dan tidak memiliki kebahagiaan seperti orang-orang yang ia lihat di kehidupan nyata maupun di dunia maya. Merasa tergoda dengan anak-anak muda yang menjadi selebgram. Merasa teruji dengan mamakgram (sebutan untuk mak emak aktif di instagram) yang terlihat sangat bahagia, sedangkan kita tidak bisa.

Duhai diri!

Sadarlah. Bahwa bahagia itu bukan melihat standar orang lain. Bukan bersandar pada sosok ideal bagi pikiran orang lain.

Bahagia itu dekat! Bahagia itu tercipta ketika kamu menciptakan standar dirimu sendiri untuk bahagia. Ketika kamu mampu menciptakan sesuatu yang ideal versi kamu. Bukan versi orang lain. Dan bahagia itu adalah ketika kamu mampu bersyukur atas apa yang kau miliki saat ini, tanpa membandingkannya dengan orang lain.

Jika hanya ada kecewa dan duka ketika sibuk menatap kebahagiaan orang lain, mengapa tak kau sibukkan diri saja menciptakan bahagiamu?

Bukankah setiap manusia itu berhak untuk bahagia??


Selasa, 26 Februari 2019

Belajar Nulis Artikel_tugas 1

2/26/2019 12:25:00 PM 15 Comments
Haii readers..
Kali ini aku ingin sedikit bercerita tentang aku dan dunia tulis menulis.

Kurang lebih, hampir dua bulan aku vakum dari kegiatan tulis menulis. Entahlah, semenjak kelahiran baby ke tiga, lalu disibukkan dengan segala rutinitas dan tanggung jawab yang baru, rasanya aku hampir kehabisan waktu untuk menulis. Bahkan untuk menangkap ide yang lewat saja rasanya teramat sulit. Hingga akhirnya setiap ide yang datang, berlalu begitu saja. Sampai kemudian aku merasa stuck dalam dunia tulis menulis. Rasanya, enggak ada lagi ide yang datang sekedar menyapa pikiran. Hiks...

Lalu tiba-tiba saja ada info yang masuk ke WA bahwa ada kelas "Belajar Nulis Artikel" yang dibimbing langsung oleh kang Wildan Fuady. Waah.. pikiran dan hati langsung tergelitik untuk ikut. Karena jujur, sudah lama sekali ingin belajar nulis artikel. Ingin membuat blog ini kembali hidup dengan tulisan-tulisanku walau ala kadarnya. 

Tanpa ragu, aku klik tautan yang dibagikan tersebut, dan tergabunglah aku di kelas "Belajar Nulis Artikel batch 2." Tanggal 23 februari lalu, materi pertama dikirimkan dan dijelaskan langsung oleh kang Wildan. Wuih, rasanya bersyukur sekali. Walau aku sudah lama tergabung di dunia per-blogg-an, tapi rasanya aku masih butuh banyak ilmu untuk mengelola blogg ini agar semakin ciamik, dan semakin hidup, juga semakin bermanfaat untuk khalayak banyak.

 Terimakasih banyak kang Wildan untuk pertemuan dan pembelajaran pertama di minggu kemarin. Kalau ditanya kesan dan pesannya apa setelah belajar kemarin, maka jawabannya adalah bahagia dan bersyukur sekali. Karena sedikit banyak aku disadarkan fungsi adanya blogg ini. Dengan adanya blogg yang kita miliki kita bisa membangun personal branding, menebarkan kebaikan, dan mendapatkan penghasilan. Begitu kata kang Wildan. Tapi harus diingat, penghasilan yang kita dapatkan dari blogg bukanlah tujuan utama, melainkan bagian dari bonus yang kita peroleh. 

Dan pesannya, keep istiqomah untuk berbagi ilmu ya kang.. 😊



Tak sabar aku menanti materi selanjutnya. 

Jumat, 30 November 2018

Rumah_15 Hari Bunda Berkisah Day 1

11/30/2018 04:29:00 PM 0 Comments
A two storey house Free Vector

Saat itu, jalanan macet sekali. Kita sedang dalam perjalanan pulang dari pasar. Untuk menghilangkan jenuh, Mursyid berdiri dan melihat ke luar jendela. Memperhatikan apa saja. Beberapa pertanyaan tentang kemacetan terlontar darinya. Ambu dan Abah mencoba menjawab pertanyaan demi pertanyaan polosnya.
Lalu kemudian, tatapan Mursyid tertuju kepada seorang bapak yang tidur di atas trotoar dengan beralaskan kardus.

"Bu, bapak itu lagi apa? Dia lagi bobo?" Tanya Mursyid penuh rasa ingin tahu.

"Mungkin. Keliatannya sih iya, Nak. Dia lagi bobo." Jawab Ambu yang kemudian memunculkan pertanyaan baru di pikiran Mursyid.

"Kenapa dia bobo di situ? Kenapa enggak bobo di rumahnya?" 

"Ambu enggak tahu, Sayang. Tapi mungkin dia gak punya rumah." Ambu mencoba menjawab.

Mobil kami melaju perlahan. Namun tatapan Mursyid sesekali masih ke bapak yang tertidur di atas trotoar tersebut.

"Kenapa, Nak?" Tanya Ambu ingin tahu.

"Bapaknya kasian ya, Bu. Enggak punya rumah."

Ambu tersenyum mendengar kalimat jujur nan polos itu terlontar dari si sulubg yabg baru berusia tiga tahun.

"Kalau mursyid punya rumah gak?" Tanya ambu.

"Punya. Mursyid punya rumah." Jawabnya dengan masih memperhatikan jalanan di luar yang mulai lancar.

"Ucapan syukurnya mana, Nak?"

"Alhmdulillah ... mursyid punya rumah." Jawabnya dengan mantap.

"Mursyid jangan lupa selalu bersyukur ya, Nak. Alhamdulillah mursyid punya rumah. Karena ternyata masih ada orang yang gak punya rumah."

"Iya, Bu. Kaya bapak itu ya, Bu? Gak punya rumah dia."

Ambu tesenyum lalu mengiyakan pertanyaannya.

Tak seberapa penting besar kecil rumah yang saat ini kita tempati. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa selalu bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan. Kami (Ambu Abah) ingin mursyid dan adik-adik mursyid kelak mampu mensyukuri rejeki apapun yang Allah berikan. 

Insya Allah bisa ya, Nak... 😊




15 Hari Bunda Berkisah

11/30/2018 04:16:00 PM 0 Comments
Beberapa waktu yang lalu, aku mengikuti challenge tentang Bunda Berkisah selama lima belas hari. Tentunya ini menjadi pengalaman menarik yang aku rasakan. Entah kenapa, aku lebih senang dan tertantang ketika aku aktif mengikuti challenge atau kelas menulis seperti yang saat ini sedang aku jalani. Aku merasa lebih hidup dan bersemangat lagi untuk menulis. Walau sebenarnya gak baik juga kebiasaan seperti ini.

Karena, bukankah untuk menjadi seorang penulis maka tugasnya adalah menulis setiap hari?? Ah, payah sekali aku ini. Bagaimana mungkin, impian dan cita-cita besar itu aku raih dengan cara seperti ini. But, Sometimes, aku bertekad. Someday aku harus menggapai apa yang menjadi impianku selama ini.

Yaitu, menebar kebaikan melalui tulisan.

Bismillah, aku yakin aku bisa.

Tapi untuk kali ini, aku ingin mengabadikan rekam jejak tulisanku selama challenge lima belas hari yang lalu dalam kelas Bunda Berkisah.

Kisah pertama dan kisah-kisah berikutnya akan di post setelah tulisan ini. ^^

Sabtu, 27 Oktober 2018

Ada Apa Denganmu, Bu?

10/27/2018 04:33:00 PM 0 Comments
Ada apa denganmu, Bu?
.
.
Miris rasanya hati saat mendengar berita seorang ibu kandung tega menganiaya si buah hati hingga meninggal. Bahkan si Ibu melakukannya tidak sendiri. Ia tega melakukan itu bersama si selingkuhannya. Ya Allah, Ya Rabb… betapa dunia ini sudah sangat tua, dan akhir zaman semakin dekat..
.
Ada apa denganmu, Bu?
.
Semengganggu apakah anakmu hingga kau tega sampai hati menyakitinya bahkan hingga nyawa meregang. Bukankah kau telah merasakan bagaimana lelah dan beratnya kau membawa ia selama sembilan bulan dalam rahimmu? Bukankah kau merasakan pula bagaimana sakitnya saat kau harus melahirkannya? Lalu kenapa kau setega itu?
.
Ada apa denganmu, Bu?
.
.
Kilahmu, “Itu caraku untuk mendidik dan memperingatinya agar tak rewel.” Namun, haruskah sampai ia terluka lalu tak lagi bernyawa?
.
.
Ia adalah anakmu, Bu. Darah dagingmu. Tangan mungilnya yang kelak akan membawamu menuju surga-Nya. Jika seperti ini, apakah masih pantas kelak ia meminta kepada Allah untuk membawamu ikut serta hingga surga-Nya?
.
.
Ada apa denganmu, Bu? Hingga sampai hati kau melakukan itu.
.
.
Ah. Rasanya miris dan sedih sekali. Membayangkan si balita yang harus mengakhiri nafas di tangan ibunya sendiri.
.
Ada apa dengan, Bu?
.
Kai tau? Padahal Allah begitu memuliakan peran seorang Ibu.
.
.
~~~~ "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (Q.S Al-Ahqaf:15)
~~~
#wildahrahmi
#tulisanrahmi
#petuah_kehidupan
#ibudananak
#ibu

Kamis, 25 Oktober 2018

Kalimat Tauhid

10/25/2018 11:41:00 PM 0 Comments
Bukankah rukun pertama islamnya seseorang adalah dengan kalimat syahadat?
.
.
Kau muslim bukan?
.
.
Lalu mengapa kau lakukan pembakaran itu?
.
.
Jika alasanmu untuk "memuliakannya", maka maukah kamu dimuliakan dengan cara yang sama seperti itu?
.
.
Ingatlah wahai saudaraku, kalimat "Laa Ilaha Illallaha" bukanlah kalimat dari sebuah ormas. Itu adalah kalimat ketauhidan kita sebagai muslim. Ia adalah kalimat yang mengandung keutamaan luar biasa. Dan kalimat itu pula yang akan selalu mendekatkan kita kepada syurga-Nya?
.
.
Bukankah syurga-Nya menjadi kampung halaman impian yang selalu kita tuju? Bukankah syurga-Nya menjadi tempat yang selalu kita harapkan menjadi tempat tinggal kita nanti setelah dunia ini??
.
.
Allahu Akbar ...
.
.
Sadarkah kau, ketika dengan pongahnya kau bakar sehelai kain berlafadzkan kalimat agung nan mulia itu, saat itu pula kau bakar hati para pecinta Allah dan Rasul-Nya. Kau sulut api amarah akan sebuah penistaan.
.
.
Ah, mungkin kau lupa. Padahal hari ini kau hidup dengan kalimat itu. Mungkin kau juga lupa, saat usia mu berakhir nanti, sejatinya kau ingin kalimat itu yang menjadi pengiring langkahmu untuk menjemput jannah-Nya.
Semoga Allah mengembalikan ingatanmu dan menghujanimu dengan hidayah-Nya.
.
.
Namun ingatlah, kata maaf akan sebuah tindakan penistaan tak mampu menghapuskan kecewa, sakit hati, dan terlukanya kami sebagai umat muslim.
.
.
~~~
Duhai Allah ...
.
.
Terimakasih untuk rasa cinta kami kepada ketauhidan ini, kepada diri-Mu, Rasul-Mu, juga kepada agama ini.
.
.
Duhai Allah ...
.
.
Jadikanlah kalimat "Laailaha Illallah, Muhammad Rasulullah" sebagai kalimat penutup di akhir usia kami.
.
.
~~~•••~~~
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud)
~~~•••~~~
.
#wildahrahmi
#tulisanrahmi
#tauhid
#tauhidhargamati
#islamituindah

Selasa, 23 Oktober 2018

Rindu Abi

10/23/2018 01:08:00 AM 0 Comments
Malam ini, setelah menyelesaikan naskah yang harus aku edit, tiba-tiba saja serangan rindu itu semakin memeluk. Bukan, bukan aku tak lagi merindukannya. Aku hanya mencoba untuk tak tenggelam dalam rasa rindu itu. Rasa rindu yang tak akan pernah berujung dengan pelukan hangat atau bahkan tatapan mata. 

Ya! Aku sangat merindukan Abi. Ditambah lagi saat pagi tadi ummi bercerita kepadaku betapa aku mirip dengan abi dari segi pekerjaan yang kali ini aku lakoni. Yaitu sebagai editor.

"Ummi tadi tiba-tiba teringat, De. Kamu itu persisi mirip Abi dari segi kerjaan yang sekarang kamu ambil. Kalau kamu sekarang jadi editor cerita, Abi mu juga dulu jadi editor. Tapi bukan buku kumpulan cerita, tapi jadi editor proposal, dan tulisan lain. Hahaha ..." Cerita Ummi pagi tadi. Ada semburat rindu yang begitu berat dari suaranya saat menceritakan tentang Abi. Aku pun jadi teringat Abi.Teringat betapa perfeksionist nya beliau untuk urusan tulisan. Bahkan, untuk sebuah tulisan yang kurang tanda (,) saja abi bisa tahu. 

Aku pun teringat saat masa-masa aku menyusun skripsi, lalu aku ada revisi untuk masalah tekhnis kepenulisan. Abi dengan renyahnya akan meledekku yang ceroboh dan selalu tergesa-gesa. Lalu kataku, "Yaudah, sebelum aku ke dosen, aku bimbingan dulu deh sama abi. Biar aku gak banyak dapet revisian." Padahal skripsiku saat itu ditulis dalam bahasa Arab. Dan bukan hal yang sulit pula bagi Abi untuk memahami skripsiku. Karena memang Abi mahir banget di bidang bahasa Arab.
Lalu dengan entengnya Abi menjawab perkataanku, "Enggak ah! Nanti dosen pembimbingmu gak ada kerjaannya kalau abi yang duluan koreksi tulisanmu." 
Hahahaha ... Bisaaaa ajaaa Abi nih!!

Malam ini, aku rindu sekali suasana itu. Suasana bersenda gurau dengan abi. Saling meledek dan tertawa bersama. Aku rindu banyak hal tentang abi. Rindu yang entah kapan ini akan terbalas.


-----

Ya Allah, Jaga Abi selalu. Bahagiakan abi di alamnya yang sekarng. Jadikanlah makamnya sebagai bagaian dari taman surga.

Selasa, 07 Agustus 2018

Bahagia Menjadi Ibu

8/07/2018 09:21:00 PM 0 Comments
Menjadi ibu adalah bagian dari impian ku saat belum menikah dulu.

Dan ketika usia pernikahan baru menginjak angka 2bulan, aku dikejutkan oleh si dua garis merah yang menandakan bahwa aku akan menjadi ibu. Dan itu adalah kebahagiAan pertama ku menjelang resminya peran sebagai ibu.
.
.
Januari 2015, resmi peran baru sebagai ibu tersematkan. Bahagia luar biasa tentunya. Walau ada rasa takut, khawatir, dan tidak percaya diri menjalankan peran baru itu. Tapi aku mencoba untuk terus belajar, dan terus melakukan yang terbaik untuk mujahid kecilku. Bahagia dan rasa syukur tak terkira aku tuangkan dalam kesetiaan membersamai setiap langkahnya, setiap tumbuh kembangnya. Walau aku harus disibukkan dengan mengelola pondok pesantren peninggalan alm.Ayah, namun mujahid kecilku tetaplah menjadi prioritas utamaku. Aku ajak ia dalam kelas, dalam masjid, ketika aku harus mengajar anak-anak santri.
.
.
Bahagiaku menjalankan peran ini pun bertambah saat sang adik terlahir di Agustus 2017 lalu. 
 .
.
Maha Baiknya Allah yang Telah mengirimkan dua mujahid ke dalam hidupku.
.
.
Rasa bahagia yang tak cukup sekedar aku rasakan dan nikmati. Namun ada sebuah tanggung jawab besar yang mengiringi rasa bahagia itu sendiri. Yaitu, Bagaiamana setiap waktunya aku harus bisa mendidik mereka menjadi anak-anak yang sholeh, yang kelak berguna bagi agama, kedua orang tua, keluarga, juga bangsanya.
.
.
Sebuah tantangan yang sangat luar biasa. Tapi aku yakin, Allah Maha Membantu.
.
.
Menjadi ibu memang sangat membahagiakan. Apalagi saat sadar, setiap peluh, rasa lelah, juga berbagai pengorbanan yang telah dilakukan akan selalu berlimpah barokah (asal kita Lillah) dari-Nya.
.
.
Duhai Allah, terimakasih telah Menitipkan amanah-amanah ini yang kini menjadi sumber bahagiaku. Terimakasih karena izin-Mu impian menjalankan peran menjadi seorang ibu pun menjadi nyata.
.
.
Duhai duo mujahid ambu..
Terimakasih untuk kesetiaan, kesabaran, senyuman, pelukan, bahkan air mata yang selalu menemani setiap detik perjalanan ambu. Love you boys..😘
.