Sabtu, 27 Oktober 2018

Ada Apa Denganmu, Bu?

10/27/2018 04:33:00 PM 0 Comments
Ada apa denganmu, Bu?
.
.
Miris rasanya hati saat mendengar berita seorang ibu kandung tega menganiaya si buah hati hingga meninggal. Bahkan si Ibu melakukannya tidak sendiri. Ia tega melakukan itu bersama si selingkuhannya. Ya Allah, Ya Rabb… betapa dunia ini sudah sangat tua, dan akhir zaman semakin dekat..
.
Ada apa denganmu, Bu?
.
Semengganggu apakah anakmu hingga kau tega sampai hati menyakitinya bahkan hingga nyawa meregang. Bukankah kau telah merasakan bagaimana lelah dan beratnya kau membawa ia selama sembilan bulan dalam rahimmu? Bukankah kau merasakan pula bagaimana sakitnya saat kau harus melahirkannya? Lalu kenapa kau setega itu?
.
Ada apa denganmu, Bu?
.
.
Kilahmu, “Itu caraku untuk mendidik dan memperingatinya agar tak rewel.” Namun, haruskah sampai ia terluka lalu tak lagi bernyawa?
.
.
Ia adalah anakmu, Bu. Darah dagingmu. Tangan mungilnya yang kelak akan membawamu menuju surga-Nya. Jika seperti ini, apakah masih pantas kelak ia meminta kepada Allah untuk membawamu ikut serta hingga surga-Nya?
.
.
Ada apa denganmu, Bu? Hingga sampai hati kau melakukan itu.
.
.
Ah. Rasanya miris dan sedih sekali. Membayangkan si balita yang harus mengakhiri nafas di tangan ibunya sendiri.
.
Ada apa dengan, Bu?
.
Kai tau? Padahal Allah begitu memuliakan peran seorang Ibu.
.
.
~~~~ "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (Q.S Al-Ahqaf:15)
~~~
#wildahrahmi
#tulisanrahmi
#petuah_kehidupan
#ibudananak
#ibu

Kamis, 25 Oktober 2018

Kalimat Tauhid

10/25/2018 11:41:00 PM 0 Comments
Bukankah rukun pertama islamnya seseorang adalah dengan kalimat syahadat?
.
.
Kau muslim bukan?
.
.
Lalu mengapa kau lakukan pembakaran itu?
.
.
Jika alasanmu untuk "memuliakannya", maka maukah kamu dimuliakan dengan cara yang sama seperti itu?
.
.
Ingatlah wahai saudaraku, kalimat "Laa Ilaha Illallaha" bukanlah kalimat dari sebuah ormas. Itu adalah kalimat ketauhidan kita sebagai muslim. Ia adalah kalimat yang mengandung keutamaan luar biasa. Dan kalimat itu pula yang akan selalu mendekatkan kita kepada syurga-Nya?
.
.
Bukankah syurga-Nya menjadi kampung halaman impian yang selalu kita tuju? Bukankah syurga-Nya menjadi tempat yang selalu kita harapkan menjadi tempat tinggal kita nanti setelah dunia ini??
.
.
Allahu Akbar ...
.
.
Sadarkah kau, ketika dengan pongahnya kau bakar sehelai kain berlafadzkan kalimat agung nan mulia itu, saat itu pula kau bakar hati para pecinta Allah dan Rasul-Nya. Kau sulut api amarah akan sebuah penistaan.
.
.
Ah, mungkin kau lupa. Padahal hari ini kau hidup dengan kalimat itu. Mungkin kau juga lupa, saat usia mu berakhir nanti, sejatinya kau ingin kalimat itu yang menjadi pengiring langkahmu untuk menjemput jannah-Nya.
Semoga Allah mengembalikan ingatanmu dan menghujanimu dengan hidayah-Nya.
.
.
Namun ingatlah, kata maaf akan sebuah tindakan penistaan tak mampu menghapuskan kecewa, sakit hati, dan terlukanya kami sebagai umat muslim.
.
.
~~~
Duhai Allah ...
.
.
Terimakasih untuk rasa cinta kami kepada ketauhidan ini, kepada diri-Mu, Rasul-Mu, juga kepada agama ini.
.
.
Duhai Allah ...
.
.
Jadikanlah kalimat "Laailaha Illallah, Muhammad Rasulullah" sebagai kalimat penutup di akhir usia kami.
.
.
~~~•••~~~
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud)
~~~•••~~~
.
#wildahrahmi
#tulisanrahmi
#tauhid
#tauhidhargamati
#islamituindah

Selasa, 23 Oktober 2018

Rindu Abi

10/23/2018 01:08:00 AM 0 Comments
Malam ini, setelah menyelesaikan naskah yang harus aku edit, tiba-tiba saja serangan rindu itu semakin memeluk. Bukan, bukan aku tak lagi merindukannya. Aku hanya mencoba untuk tak tenggelam dalam rasa rindu itu. Rasa rindu yang tak akan pernah berujung dengan pelukan hangat atau bahkan tatapan mata. 

Ya! Aku sangat merindukan Abi. Ditambah lagi saat pagi tadi ummi bercerita kepadaku betapa aku mirip dengan abi dari segi pekerjaan yang kali ini aku lakoni. Yaitu sebagai editor.

"Ummi tadi tiba-tiba teringat, De. Kamu itu persisi mirip Abi dari segi kerjaan yang sekarang kamu ambil. Kalau kamu sekarang jadi editor cerita, Abi mu juga dulu jadi editor. Tapi bukan buku kumpulan cerita, tapi jadi editor proposal, dan tulisan lain. Hahaha ..." Cerita Ummi pagi tadi. Ada semburat rindu yang begitu berat dari suaranya saat menceritakan tentang Abi. Aku pun jadi teringat Abi.Teringat betapa perfeksionist nya beliau untuk urusan tulisan. Bahkan, untuk sebuah tulisan yang kurang tanda (,) saja abi bisa tahu. 

Aku pun teringat saat masa-masa aku menyusun skripsi, lalu aku ada revisi untuk masalah tekhnis kepenulisan. Abi dengan renyahnya akan meledekku yang ceroboh dan selalu tergesa-gesa. Lalu kataku, "Yaudah, sebelum aku ke dosen, aku bimbingan dulu deh sama abi. Biar aku gak banyak dapet revisian." Padahal skripsiku saat itu ditulis dalam bahasa Arab. Dan bukan hal yang sulit pula bagi Abi untuk memahami skripsiku. Karena memang Abi mahir banget di bidang bahasa Arab.
Lalu dengan entengnya Abi menjawab perkataanku, "Enggak ah! Nanti dosen pembimbingmu gak ada kerjaannya kalau abi yang duluan koreksi tulisanmu." 
Hahahaha ... Bisaaaa ajaaa Abi nih!!

Malam ini, aku rindu sekali suasana itu. Suasana bersenda gurau dengan abi. Saling meledek dan tertawa bersama. Aku rindu banyak hal tentang abi. Rindu yang entah kapan ini akan terbalas.


-----

Ya Allah, Jaga Abi selalu. Bahagiakan abi di alamnya yang sekarng. Jadikanlah makamnya sebagai bagaian dari taman surga.

Selasa, 07 Agustus 2018

Bahagia Menjadi Ibu

8/07/2018 09:21:00 PM 0 Comments
Menjadi ibu adalah bagian dari impian ku saat belum menikah dulu.

Dan ketika usia pernikahan baru menginjak angka 2bulan, aku dikejutkan oleh si dua garis merah yang menandakan bahwa aku akan menjadi ibu. Dan itu adalah kebahagiAan pertama ku menjelang resminya peran sebagai ibu.
.
.
Januari 2015, resmi peran baru sebagai ibu tersematkan. Bahagia luar biasa tentunya. Walau ada rasa takut, khawatir, dan tidak percaya diri menjalankan peran baru itu. Tapi aku mencoba untuk terus belajar, dan terus melakukan yang terbaik untuk mujahid kecilku. Bahagia dan rasa syukur tak terkira aku tuangkan dalam kesetiaan membersamai setiap langkahnya, setiap tumbuh kembangnya. Walau aku harus disibukkan dengan mengelola pondok pesantren peninggalan alm.Ayah, namun mujahid kecilku tetaplah menjadi prioritas utamaku. Aku ajak ia dalam kelas, dalam masjid, ketika aku harus mengajar anak-anak santri.
.
.
Bahagiaku menjalankan peran ini pun bertambah saat sang adik terlahir di Agustus 2017 lalu. 
 .
.
Maha Baiknya Allah yang Telah mengirimkan dua mujahid ke dalam hidupku.
.
.
Rasa bahagia yang tak cukup sekedar aku rasakan dan nikmati. Namun ada sebuah tanggung jawab besar yang mengiringi rasa bahagia itu sendiri. Yaitu, Bagaiamana setiap waktunya aku harus bisa mendidik mereka menjadi anak-anak yang sholeh, yang kelak berguna bagi agama, kedua orang tua, keluarga, juga bangsanya.
.
.
Sebuah tantangan yang sangat luar biasa. Tapi aku yakin, Allah Maha Membantu.
.
.
Menjadi ibu memang sangat membahagiakan. Apalagi saat sadar, setiap peluh, rasa lelah, juga berbagai pengorbanan yang telah dilakukan akan selalu berlimpah barokah (asal kita Lillah) dari-Nya.
.
.
Duhai Allah, terimakasih telah Menitipkan amanah-amanah ini yang kini menjadi sumber bahagiaku. Terimakasih karena izin-Mu impian menjalankan peran menjadi seorang ibu pun menjadi nyata.
.
.
Duhai duo mujahid ambu..
Terimakasih untuk kesetiaan, kesabaran, senyuman, pelukan, bahkan air mata yang selalu menemani setiap detik perjalanan ambu. Love you boys..😘
.

Kamis, 05 April 2018

Tak Usah Merasa Paling

4/05/2018 09:52:00 PM 0 Comments
Assalammualaikum...haaii sahabat..
Bagaimana kabarnya hari ini?
Semoga selalu sehat.. Dan selalu bahagia.. :)

Sahabat, pernah gak sih merasa "Paling bahagia," atau mungkin merasa "paling sengsara." Sehingga seringkali membuat kita merasa sombong terhadap apa yang kita miliki, atau membuat kita lupa bersyukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan.


Aku pernah!! (Jujur aja ini sih.. hahaha.. Astaghfirullah.). Dan pasti kebanyakan orang seperti itu. ada yang merasa paling baik, merasa paling bahagia, merasa paling menderita, merasa paling berat mendapatkan beban hidup, merasa paling kaya, dan merasa paling paling yang lainnya.


Dan memang pada kenyataannya banyak orang yang seperti itu.

Merasa tak punya uang serupiah pun dalam dompet (padahal di celengan atau di bank masih punya simpenan), lalu merasa menjadi orang yang "susah" banget. Padahal ternyata, di luar sana, masih ada orang yang hidupnya bener bener lebih susah. Mungkin, yang namanya "memiliki simpanan dalam celengan" hanya menjadi angan-angan belaka.

Merasa menjadi anak yang paling menderita lantaran tiap pagi dibangunin tidur sama emak pake teriakan yang nyaringnya melebihi priwitan tukang parkir! (Hahaha,, oke, ini sih lebay!!). Padahal disekitar kita mungkin aja ada yang sangat menderita lantaran gak pernah ketemu sama emaknya sejak kecil.


Atau, ada orang yang merasa paling berduit karena baru bisa beli mobil secara cash. Dia pamer sana sini. Padahal ternyata, ada orang yang lebih berduit, yang bisa mampir ke luar negeri kapanpun dia mau tapi diam-diam aja tuh!


Ya!! dan masih baaaanyaaak lagi contoh kasus disekitar kita yang bisa diperhatikan dengan seksama untuk diambil hikmahnya.


Tak usahlah kita merasa paling menderita hanya karena orangtua telat kirim uang untuk bayar kost, atau hanya karena si doi pergi begitu saja tanpa kabar tau-tau sudah nikah dengan pilihan hati yang lain, atau hanya karena hal-hal sepele lainnya.


Tak usah pula merasa paling bahagia, paling jemawa, paling memiliki segalanya hanya karena memiliki materi ber-jut-jut, atau ber-eM-eM.

Karena kita tak pernah sadar, bahwa disekitar kita sejatinya masih ada yang jauh dibawah kita, jauh lebih menderita dari kita. Atau bahkan ada yang lebih bahagia dari kita walaupun tak punya materi sama seperti kita.

Bahagia dan bersedihlah secukupnya. Tak perlu merasa paling. Karena dari kebahagiaan dan kesedihan yang kita rasakan, pasti ada orang lain yang sedang merasa lebih bahagia atau lebih menderita.

:)

Kamis, 08 Maret 2018

Jangan takut lelah

3/08/2018 10:16:00 PM 0 Comments
💕💕💕💕
_ *ومااللذّة إلا بعد التعب*
___

Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan
___

Ketika lelahmu membawa berkah, mengapa masih saja kau rapalkan keluh?
.
Bukankah hasil selalu sesuai dengan usaha dan jerih payah kita?
.
Hasil yang didapat, tak akan pernah mengkhianati lelah yang telah kita rasakan.
.
.
Percayalah, semua rasa lelahmu demi menapaki jalan untuk berhijrah, untuk menebar kebaikan, atau bahkan lelahmu menapaki jalan meraih mimpi, pasti akan mendatangkan hasil yang begitu indah dan nikmat kau rasakan. .
.
Jika kamu tak yakin, mungkin kamu perlu memperluas lagi rasa sabarmu, dan mempertajam kembali rasa percayamu kepada Allah.
.
.
Karena sungguh *Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan*
_ 💕💕💕💕
.
.
📝 by : @wildahrahmi
.
.
#goresanpenarahmi #wildahrahmi #selfreminder #selfmotivation #quotesoftheday #motivasi #semangat

Senin, 19 Februari 2018

Tak kenal "Mengapa?" dan "Bagaimana?"

2/19/2018 10:50:00 PM 0 Comments
Memprotes Tuhan kala takdir menimpa merupakan kematian agama, kematian tauhid, kematian tawakal dan keikhlasan. Hati yang beriman tak kenal "Mengapa" dan "Bagaimana?". Tak kenal! (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)
.
.
Astaghfirullah..
Tak jarang..hati kita sering kali menggoreskan tanya "Mengapa?" atau "Bagaimana...?" pada ketentuan yang  telah Allah tuliskan untuk kita..walau kalimat "saya ikhlas dengan keadaan ini" mungkin saja sering kita ucapkan. Namun pada nyatanya,, "keikhlasan" itu sendiri telah mati di balik tanya "Mengapa?" atau "Bagaimana?" 😕😕😢
Astaghfirullah...
.
.
Semoga di sisa waktu yang masih kita miliki, kita mampu kembali menguatkan keimanan kita.. Kita mampu untuk tak membiarkan agama, tauhid, tawakal, juga keikhlasan kita mati sebelum waktunya..
.
.
#wildahrahmi
#selfreminder
#goresanpenarahmi
#muhasabahdiri

Rabu, 31 Januari 2018

Tak Semudah Katanya

1/31/2018 09:17:00 AM 0 Comments
S.A.B.A.R
.
Lima huruf, satu kata yang begitu mudah diucapkan, namun saat dilakukan, tak semudah "katanya"

Sabar.. Satu kata, satu sikap yang kata kebanyakan orang ia memiliki batas, akan habis pada masanya. Dan juga terasa percuma nan sia sia pada kebanyakan masalah.

Padahal sejatinya, sabar itu tak boleh memiliki batas. Tak boleh habis, dan juga tak akan sia-sia.

Karena tak pernah ada suatu hal kebaikan yang kita lakukan akan berakhir sia-sia.

Sabar, adalah salah satu kebaikan yang jika kita lakukan maka hadiahnya tak sembarangan. Hadiahnya bukanlah kipas angin atau permen lolipop. Hahaha.

Ya!! Karena hadiah dari sabar itu adalah pahala tanpa batas dari Allah dan juga dicintai oleh-Nya. 

Sebagaimana firman Allah:

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿١٠﴾

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
(Q.S.39:10)

Sabar.
Memang tak semudah katanya. Tapi percayalah, ia selalu membuahkan hasil yang begitu indah, begitu manis. Kalaupun tak di dunia ini kita merasakan indah dan juga manisnya buah kesabaran, bisa jadi, kelak di tempat kita yang kekal kita akan merasakannya.

Bersabarlah! Pada setiap keadaan yang pahit, pada setiap ujian yang sulit, pada setiap cobaan yang menghimpit. Dan jangan pernah berikan batas dan waktu pada sabar yang sudah kita miliki.. Walau "SABAR" tak semudah katanya. Tapi yakinlah bahwa diri ini bisa bersabar san tak akan memberikan batas ruang dan waktu pada kata sabar.

Senin, 29 Januari 2018

Jangan merendahkan orang lain..

1/29/2018 08:56:00 AM 0 Comments
Laa tahtaqir man duunak, falikulli syayin maziyyah

لا تحتقر من دونك فلكلّ شيئ مزيّة

*Artinya :  Janganlah menghina seseorang yang lebih rendah daripada kamu, karena segala sesuatu itu mempunyai kelebihan*
.
.
.
Terkadang, seseorang itu seringkali merasa dirinya paling sempurna, tak memiliki kekurangan, sehingga dengan mudah bisa melihat kekurangan oranglain.
.
.
Pernah kamu menemukan orang yang merasa dirinya paling pintar, lalu dia dengan mudah "menghina" temannya yang tak sepintar dia??
.
.
atau..


pernahkah kamu melihat seseorang yang merasa dirinya paling kaya karena memiliki harta berlimpah, sehingga dengan bebasnya ia "merendahkan" orang lain yang tak semapan dia??
.
Bolehkan kita seperti itu??
.
*TIDAK!!*

Karena tak ada alasan apapun yg membenarkan kita untuk merendahkan oranglain..
.
.
Karena sejatinya, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
karena setiap kita, jika dipertemukan satu dengan yang lainnya, maka kita akan seperti jari jemari kita yang ketika disatukan, akan saling mengisi ruang-ruang kosong di sela-sela jemari kita.
Artinya, setiap kita pasti memiliki kekurangan juga kelebihan.
Maka tak sepatutnya kita merasa diri "yang paling...." dan merasa berhak merendahkan orang lain.
.
.
Karena Setiap segala sesuatu memiliki kelebihan nya masing-masing. 😊
.
.
#selfmotivation #selfreminder #goresanpenarahmi #wildahrahmi #al-adabiyah #materingajar

Minggu, 21 Januari 2018

Mulia karena Adab

1/21/2018 03:48:00 AM 0 Comments
Seorang ahli hikmah pernah berkata :
الشرف بالادب لا بالنسب (Asy-syarafu bil adab laa binnasab) Bahwasannya Kemuliaan itu dengan adabnya (budi pekertinya), bukan karena keturunannya.

Namun kenyataannya, yang sering terjadi dan kita temui di tengah-tengah kehidupan kita adalah, seseorang yang merasa mulia karena harta kekayaannya, atau karena jabatannya. Merasa dirinya lebih baik karena ia merasa kedua orangtuanya memiki segala hal yang membuat ia menjadi seseorang yang terpandang. Merasa sangat jemawa lantaran harta yang bergelimpangan. Hingga rasanya apa yang ia miliki bisa membeli segalanya. Termasuk adab sopan santun. Karena begitu jemawanya, dia lupa cara menghormati yang kebih tua, menyayanhi yang lebih muda dengan kasih sayang yang tulus. Karena dalam pikirannya, segalanya bksa ditebus dengan materi.

Padahal sejatinya, kemuliaan yang kita dapatkan bukan dengan semua itu. Karenna kemuliaan yang kita dapatkan adalah dengan adab baik yang selalu kita lakukan kepada siapapun dan dimanapun. Bukan karena harta, ataupun jabatan kedua orangtua kita. Bukan pula karena siapa orangtua kita. Karena sebaik apapun orangtua kita jika kita tidak mengikuti kebaikannya, maka kita tak akan menjadi baik. Sesantun apapun orangtua kita, setinggi apapun jabatan orangtua kita, sepenting apapun peran orangtua kita di negri ini, semua itu tak akan dapat diturunkan kepada kita. Karena hanya kitalah yang harus meraih kemuliaan itu dengan sendirinya.

Karena sebuah kemuliaan bukan dengan nasab, bukan dengan keturunan, bukan karena siapa bapakku, atau siapa ibuku, tapi kemuliaan hidup yang kita dapatkan adalah karena kita mampu bersikap dan berakhlak baik kepada siapapun, dan dimanapun. 😊