Rintik hujan yang membentur bumi hari ini, kembali memercik memoriku tentangmu. Setapak demi setapak jalan yang kulewati berteman rintik hujan yang membasahi, semakin menghadirkan bayangmu yang sempat mengering dalam ingatan.
Manis senyummu ... binar tatap matamu ... juga indah parasmu... semua nampak kembali jelas di pelupuk mata. Suaramu pun kembali jelas terdengar seirama rintik hujan yang kulalui.
Kembali jelas teringat, pernah kita tertawa bersama, menertawakan kebodohan yang kita lakukan hanya karena rela menerobos rintik yang semakin deras, berpacu dengan deru motor yang kau kemudi. Hingga akhirnya kita pasrah saat dipeluk basah.
Kali ini ... berpayung rintik yang semakin deras, aku kembali menyusuri jalan yang pernah kita lewati, lalu rehat sejenak pada taman yang pernah kita singgahi, sambil menertawakan kebodohanku sendiri; menyerahkan segala percaya dan cinta yang ku punya hanya untuk seorang sepertimu! Seorang yang hanya menjadikanku pelepasan atas apa yang tak mampu kau dapatkan dari dia yang ternyata sangat kau cinta.
Bolehkah kusebut kau seorang yang paling 'tak punya hati??
Oh ya ... aku lupa! Kamu 'tak punya hati hanya kepadaku. Kepadanya ... kamu adalah manusia yang paling punya hati, kamu adalah manusia bak malaikat kebaikan di hadapannya! Tak apa ... setidaknya dengan begini, kau memberiku pelajaran paling berharga. Tentang bagaimana seharusnya aku 'tak menyerahkan percaya serta cinta yang kupunya seutuhnya kepada orang yang tak sungguh denganku.
Kali ini ... aku hanya ingin menertawakan kebodohanku dibawah rintik hujan yang menutupi air mata luka yang 'tak mampu kuhentikan alirannya. Dan kubiarkan rintikan ini menjadi saksi atas perihnya luka yang kau cipta dengan sengaja. Terimakasih untuk lukanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar