Menyimpan Rindu
Aku masih bisa menuliskan namamu di layar. Masih bisa menyusun kata demi kata, lalu ku kirimkan sebagai pesan, dan menunggu balasanmu dengan debar yang sama. Kita masih berbicara, masih berbagi cerita—seolah tak ada yang berubah.
Tapi tetap saja, ada sesuatu yang kosong di antara kita.
Sebab, bagaimana mungkin aku mengungkapkan rindu yang tak bisa ditebus oleh waktu? Bagaimana mungkin aku menjelaskan bahwa setiap percakapan kita hanya menambah resah, sebab aku tahu, kau ada di sana, tapi tak mungkin ku datangi? Kau ada untukku, tapi hati dan ragamu seutuhnya tak bisa ku miliki. Dan aku tau, kau ada tapi tak akan pernah berada dalam dekapku secara nyata.
Aku menahan diri untuk tidak mengatakan bahwa aku ingin bertemu. Bukan karena aku takut kau menolak, tapi karena aku tahu, ada batas yang tak bisa kita langkahi. Ada keadaan yang memaksa kita hanya untuk saling menemukan dalam baris-baris pesan, tanpa pernah benar-benar hadir di hadapan satu sama lain.
Aku menyimpan rindu ini sendirian. Merelakan perasaan yang tak bisa diungkapkan lebih dari sekadar kata. Sebab aku paham, tak semua rindu berhak menemukan jalannya. Tak semua rindu harus berujung pada temu. Ada yang harus bertahan dalam diam, ada yang harus cukup dengan kata-kata, dan ada yang hanya bisa menjadi bayangan samar dalam ruang yang tak lagi bisa dijejaki.
Dan aku? Aku memilih menyimpan rindu ini dalam sunyi. Dalam ruang yang tak bisa terjamah oleh siapapun. Dan aku memilih menyimpan rindu ini dalam rapalan doa di hadapan sang pencipta.
Mungkin terlihat konyol dan memalukan. Tapi satu-satunya yang paling tahu seberapa besar rindu yang ku simpan adalah Dia, Sang Maha Tahu. Sebab aku tahu, memintamu datang hanya akan menjadi permohonan yang tak seharusnya ku ucapkan.
Dinding pembatas kita terlalu tinggi berdiri kokoh. Sulit untuk dihancurkan hanya untuk mengumbar rindu yang memang tak semestinya terungkap. Jarak kita terlalu jauh. Antara harapan yang begitu indah dengan realita yang begitu menyesakkan.
Maka, biarkan aku menyimpan rindu ini. Meski sendirian dan entah sampai kapan. Setidaknya, cukup aku yang hancur tanpa harus menghancurkan apapun dan siapapun di antara kita.