Dari sekian banyak pasang mata yang menatap, sekian banyak senyuman yang menyapa, dan dari sekian banyak yang datang sekadar singgah, entah kenapa hatiku merasa terpikat padanya.
Sejak awal dia datang, aku tahu, mestinya tak ku sambut ia dengan hangat. Mestinya, tak ku bukakan pintu untuknya berlama-lama dalam bilik hatiku yang sedang merasa hampa. Karena ku tau, jika ia ku biarkan terlalu lama, akan datang rasa nyaman memeluk dirinya dan juga aku.
Setiap kali aku ingin berhenti menyapanya, ingin pergi menjauh darinya, ingin mengatakan padanya "keluarlah dari bilik hatiku" aku seolah ditarik oleh magnet yang berada pada setiap celoteh, tawa dan senyumannya. Yang terus menarik hatiku untuk ingin selalu bisa bersamanya.
Logikaku berkata, ini salah!! Ini tak boleh aku biarkan berlarut. logika ku selalu berteriak dengan lantang untuk berhenti pada permainan rasa yang sedang dimainkan olehku dan juga dirinya.
Tapi hati kecilku menolak. Karena selalu ada bunga bermekaran dalam dinding hatiku yang mulai terisi oleh namanya. Bunga-bunga itu semakin mekar, indah menyejukkan hati ketika dengan lugas ia mengirimkan sebuah kalimat "ana uhibbuki..."
Mestinya, aroma bahagia dan cinta yang berembus dari hati kecilku mampu membuat aku dan dia bertahan dan berjuang untuk bersama.
Tapi, lagi-lagi logika mengalahkan suara hati kecil ku! mungkin juga, logikanya telah mematikan suara hati kecilnya!
Harapku, hadirnya mampu meramaikan kembali hati kecilku yang mulai terasa sepi dan hampa selama ini. Inginku, hadirnya menjadi bunga kebahagiaan yang terus tumbuh terpelihara dari hati kecilku yang mulai memahat namanya begitu indah dan dalam. Mau ku, melangkah menyusuri sisa perjalanan hidup ini bersamanya hingga duniaku atau dunianya berakhir pada waktunya. Dan khayalku, mampu menuliskan takdir tentang aku bersamanya sesuai apa yang kita inginkan.
Tapi ternyata, yang harus dihadapi adalah menyadari bahwa dia tidak akan pernah menetap. Bahwa dia hanya singgah meski telah memberikan cerita serta kesan yang terpahat begitu indah dalam sudut memori dan hati kecil terdalam. Ternyata, ia datang bukan sebagai sumber bahagiaku selamanya hingga akhir.
Karena ternyata dia adalah luka yang tak pernah kuduga datangnya, ia adalah luka yang ku jaga dan ku pelihara. Meski ku tau, aku akan sakit mempertahankan namanya selalu ada dalam hati kecilku, atau selalu ku sebut dalam setiap doaku. Karena ternyata dia adalah luka yang sengaja ku dekap meski lirih, dan tak bisa ku lepaskan begitu saja untuk pergi. Meski ku tau, dia tak akan selangkahpun kembali kepadaku. Karena ternyata, dia adalah luka yang selalu ku biarkan bertahan adanya. Meski ku tau, ia hanya akan menganggapku angin lalu.
Karena tentangnya, sudah terukir begitu dalam, di sudut hati kecilku, di dalam memori terindahku. Biarkanlah, ia selamanya menjadi luka yang ku dekap dalam doa. Meski sakit, tapi aku bahagia karena ia selalu ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar