Minggu, 11 Februari 2024

Losing You (2)

 



Selepas mengajak Aksa bermain,; dan makan di salah satu tempat makan favoritnya, Natasya memilih untuk menenangkan pikirannya ke toko buku. Beruntung Aksa tidak rewel saat Natasya sedang menyusuri rak demi rak buku sambil mendorong stroller Aksa. Bahkan Aksa sampai tertidur begitu nyenyak, sehingga Natasya semakin leluasa mencari buku yang ia butuhkan.

Menjelang malam, Natasya bersama Aksa bersiap untuk pulang. Setelah merapihkan barang bawaan serta belanjaan, dan meletakkan Aksa dengan sangat hati-hati ke dalam car seat, Natasya segera menginjak pedal gas. Namun, baru saja beberapa meter mobilnya bergerak, ia tiba-tiba saja menginjak pedal rem. Untuk sekadar memastikan penglihatannya. Dengan cepat Natasya kembali memarkir mobilnya. Namun kali ini ia tidak turun dari mobil. Ia terus memperhatikan seseorang yang baru saja dilihatnya sedang berjalan menyebrangi area parkir . Tanpa pikir panjang Natasya mengambil ponselnya dan mengklik satu nomor.

Dari tempatnya berada, ia bisa melihat dengan jelas seseorang yang sedang ia perhatikan sejak tadi menghentikan langkahnya, lalu merogoh kantong celana dan mengeluarkan ponselnya.

“Kamu dimana, Mas?” tanya Natasya tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya ketika panggilannya dijawab.

“Masih di kantor, tapi ini mau makan malam dulu sama tim. Kamu udah pulang?” jawab Kafi.

“Sudah. Setelah itu langsung pulang, kan?”

“Iya, mungkin.”

“Oke, have fun ya, Mas.”

“Oke. Kamu istirahat duluan aja, ya.”

Tanpa menjawab apapun Natasya mematikan sambungan teleponnya. Hatinya hancur berantakan! Tanpa aba-aba lahar panas meleleh dari kedua matanya. Karena jelas ia menyaksikan sendiri suaminya sedang jalan berdua dengan seorang wanita yang lebih cantik darinya. Bahkan Kafi dengan mesranya merangkul wanita itu. Memberikan isyarat untuk diam kepada si wanita yang berada di sampingnya sesaat sebelum ia menjawab panggilan Natasya.

Natasya merasa sangat terluka. Kafi, sosok lelaki yang selama ini begitu meratukannya, memang telah berubah beberapa bulan belakangan ini. Dan Nastasya merasa sangat kehilangan Kafinya yang dulu. Sesak! Dadanya terasa begitu sakit dan sesak melihat kenyataan yang begitu pahit. Pertanyaan tentang dinginnya sikap Kafi belakangan terjawab dengan jelas di hadapannya. Ia menahan suara tangisnya agar tak pecah, meski rintikan air matanya begitu deras membasahi wajah. Aksa yang berada di sampingnya terlihat mulai gelisah, dan tak lama tangisnya pun pecah. Seolah ia bisa merasakan sakit yang kini sedang dirasa oleh ibunya. Dengan derai air mata Natasya mengangkat tubuh mungil Aksa yang berada di sampingnya. Membawa dalam dekapan. Memeluknya dengan begitu tenang, mendaratkan kecupan di kening Aksa dengan begitu lembut.

“Jangan tinggalin, Ibu ya, Sa. Cuma kamu yang akan membuat Ibu kuat, Nak. Ibu cukup kehilangan sosok ayahmu yang dulu. Jangan sampai Ibu pun kehilangan kamu, Sa.” Bisik Natasya dengan derai air matanya yang tak mau berhenti.

“Jangan benci Ayah, ya. Kalau suatu saat nanti Aksa tau apa yang udah Ayah lakukan hari ini ke Ibu.” Lanjutnya disusul dengan kecupan lembut di kedua pipi Aksa.

Setelah menenangkan diri, dan Aksa kembali terlelap setelah diberi ASI, Natasya pun segera pulang dengan pikiran dan hatinya yang begitu kacau. Sesampainya di rumah, ia membawa Aksa ke dalam baby box, dan segera membersihkan diri. Ia butuh rehat lebih cepat malam ini. Ia tak akan lagi menunggu kedatangan Kafi seperti hari-hari kemarin. Hatinya sangat terluka malam ini.

Walau aku gak tau apa alasan kamu ngelakuin ini ke aku, seenggaknya, aku tau, kenapa belakangan ini aku merasa sangat kehilangan kamu, Mas. Kenapa aku beberapa bulan belakangan gak melihat Mas Kafiku yang dulu. Kenapa aku sekarang kehilangan perhatian dan hangatnya kamu. Kamu ada, tapi kenapa aku sangat merindukan kamu. Kamu dekat, tapi kenapa aku merasa kamu jauh tak terjangkau. Ternyata jawabannya karena aku sudah sangat kehilangan kamu, Mas. Karena ternyata ada wanita lain tempat untukmu pulang mencurahkan semua kehangatan dan perhatianmu. Lalu aku di sini untuk apa, Mas?

Tangis Natasya kembali pecah. Meski dengan mata yang terpejam, namun sesak yang masih menghantam menggiring air matanya untuk kembali mengalir.

Pukul satu dini hari, Natasya mendengar suara pintu pagar di buka, dan tak lama mobil Kafi memasuki garasi. Natasya tak sediktipun bergerak dari tempat tidurnya. Dengan sigap ia menghapus sisa air matanya yang menitik. Dan berlaga tidur saat Kafi memasuki kamarnya. Tak ada kecupan yang Natasya rasakan, meskipun singkat.

I really lost you, really lost you, Mas. Lirih hati Natasya begitu perih ketika ia mendengar Kafi melangkah keluar kamar sambil menelpon seseorang. Siapa lagi kalau bukan wanita itu yang dia telepon semalam ini? Desis hati Natasya dengan begitu sakitnya.

1 komentar: