Minggu, 11 Februari 2024

Losing You (1)


Aku pulang telat lagi malam ini, kamu istirahat aja duluan. Gak usah tunggu aku sampai rumah.”

Natasya baru saja membaca pesan dari Kafi, suaminya. Ini entah sudah yang keberapa dalam enam bulan terakhir ini Kafi pulang terlambat. Natasya mencoba memahami pekerjaan suaminya yang baru saja diangkat menjadi kepala manajer di kantornya.

“Hari ini aku ada rapat. Dan kerjaanku padat banget hari ini.” Begitu dalihnya yang sering kali Natasya dapatkan setiap kali ia bertanya mengapa pulang begitu larut. Nastasya yang mendapatkan tugas untuk fokus saja di rumah mengurus Aksa, sang buah hati yang baru berusia satu tahun, juga mengurus usaha fashionnya secara online, menurut saja terhadap titah sang suami.

Natasya pun meletakkan gawai ke atas nakas samping tempat tidurnya. Merebahkan diri di samping Aksa yang sudah tertidur pulas sejak sejam yang lalu. Natasya mencoba untuk memejamkan mata, mengistirahatkan badannya, namun pikirannya menerawang kepada Kafi. Hatinya gundah tak karuan. Namun ia tak tahu apa penyebabnya.

Saat jarum jam di kamarnya menunjukkan pukul satu dini hari, ia mendengar suara pintu pagar terbuka, disusul dengan suara deru mobil memasuki garasi. Ia mengintip dari jendela kamarnya. Jelas itu Kafi yang baru saja datang. Dengan semangat Natasya turun dari tempat tidurnya, dan segera membukakan pintu untuk Kafi. Menyambut sang suami dengan wajahnya yang begitu manis.

“Lho, kenapa belum tidur? Tadi kan aku udah bilang, kamu tidur duluan aja.” ucap Kafi saat melihat sang istri menyambutnya di depan pintu.

“Aku gak bisa tidur. Jadi aku nunggu kamu sampai rumah dulu. Sambil rekap hasil penjualan hari ini.” Jawab Natasya sambil membawa tas kerja dan juga kunci mobil dari tangan Kafi.

Setelah meletakkan tas beserta kunci mobil di dalam kamarnya, Natasya segera ke dapur untuk mengambil segelas air minum untuk Kafi.

“Kamu mau makan? Aku panasin dulu lauknya, ya?” Kata Natasya setelah menyodorkan air minum ke hadapan Kafi.

“Gak usah. Aku udah kenyang. Kamu istirahatlah.” Titah Kafi.

“Aku tunggu kamu di kamar, ya.”

“Aku mau bebersih dulu. Kamu duluan aja ke kamar.” Tegas Kafi.

Natasya tak mampu lagi membantah kala mendengar nada suara Kafi yang tak bersahabat di telinganya, serta tatapan matanya yang sedikit tajam. Ia melangkah lesu ke dalam kamar. Malam ini, tak ada lagi peluk dan cium selamat datang yang diberikan oleh Kafi kepadanya. Sama seperti malam-malam kemarin. Natasya mulai menyadari bahwa ia merindukan semua hal manis yang dipersembahkan Kafi kepadanya. Natasya berbalik badan dan menatap Kafi yang sedang serius mengetik sesuatu di gawainya, sebelum ia menutup pintu kamar secara perlahan.

***

Bisnis yang dirintis Natsya mulai berkembang baik. Kafi pun terpilih menjadi kepala manajer terbaik di kantornya. Dengan omset yang meningkat dari tahun sebelumnya, Natasya berani membeli satu unit rumah persis di samping rumahnya, untuk dijadikan kantor kecil sekaligus tempat stok barang untuk toko onlinenya.

“Hari ini kamu harus pergi juga emangnya?” tanya Natasya yang memperhatikan Kafi yang sedang bersiap-siap.

“Hal ini udah kita bahas kemarin, kan?” ketus Kafi.

“Iya, tapi ini kan hari Sabtu, Mas. Aksa butuh waktu bersama kamu, loh!” jawab Natasya sedikit merajuk.

“Kamu juga kayanya lupa kalau kemarin tujuh tahun pernikahan kita.” Lanjut Natasya dengan tatapan matanya yang tak lepas memperhatikan Kafi yang sedang menyisir rambutnya.

“Oh, ya? Maaf, aku lupa. Happy anniversary, sayang.” Ucap Kafi sambil melangkah mendekati Natasya dan mendaratkan kecupan singkat di kening Natasya. Kecupan singkat yang terasa begitu dingin. Tak lagi sehangat dulu.

Sudah hampir dua tahun rasanya Natsya merasakan kehilangan sosok Kafi yang dulu ia kenal. Dingin, ada tapi seperti tak ada, itulah yang Natasya rasakan atas kehadiran Kafi, lelaki yang begitu ia cintai.

“Tapi, kamu bisa pulang cepat, kan hari ini?” tanya Natasya penuh harap.

“Lihat aja nanti. Tergantung urusanku cepat selesai atau gak.”

“Kalau besok, kamu gak ada acara, kan?”

“Gak. Kayanya aku mau istirahat aja di rumah. Oke, aku berangkat ya?” jawab Kafi yang hanya di tutup dengan usapan lembut di puncak kepala Natsya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan rumah.

Natasya menatap sendu kepergian Kafi di akhir pekan kali ini. Meski ini bukanlah yang pertama kali Kafi meninggalkan ia dan Aksa di akhir pekan. Nastasya ingin sekali memohon agar Kafi tidak pergi. Ia ingin menciptakan family time yang sudah cukup lama tak ia rasakan. Namun sayangnya, Natasya tidak punya keberanian lebih untuk mendebat Kafi. Natasya mengembuskan napasnya begitu berat. Langkah kepergian Kafi tanpa peluk dan kecupan hangat membuat Natasya semakin merasa kehilangan Kafi. Bahkan, di moment penting hari ulang tahun pernikahan mereka pun Kafi sampai lupa. Meski pernah seperti itu, tapi setelahnya Kafi akan membuat acara kecil, atau paling tidak ia akan mengajak Natasya romantic dinner di salah satu restaurant favorit Natasya, atau mereka berdua yang merancangnya di rumah. Namun tahun ini, tidak ada perayaan apapun, bahkan untuk sekadar qualiy time berdua saja Kafi tidak bisa. Ia hanya mendaratkan kecupan singkat sebagai permohonan maaf.

Kamu kenapa, Mas? Kamu ada, tapi aku seperti kehilangan kamu. Bisik hati Natasya dengan matanya yang mulai berembun. Berkali-kali Nataysa mengatur napasnya agar tangisnya tak pecah. Karena ada Aksa di sampingnya. Aksa, jagoan mungil yang selalu meminta perhatian Natasya. Satu-satunya lelaki di rumah itu yang sangat membutuhkan dan bergantung hidupnya dengan Natasya. Satu-satunya makhluk titipan Tuhan yang selalu berhasil mengusir rasa kesepiannya.

“Hari ini, Aksa main sama Ibu lagi, ya? Ayah lagi sibuk banget! Kita do`akan ayah, ya. Semoga ayah diberikan rejeki berlimpah dan berkah, biar nanti bisa pergi jalan-jalan sama Aksa. Semoga besok Aksa bisa full seharian main sama ayah, ya. Sabar ya, gantengnya Ibu.” Ucap Natasya dengan segaris senyuman. Aksa dengan mata bulatnya menatap Natasya begitu serius, dan tak lama ikut tersenyum. Seolah ia mengerti apa yang baru saja dikatakan sang ibunda.

‘Mas, aku ijin bawa Aksa jalan-jalan keluar hari ini. Mobil yang putih aku pakai, ya.’

Natasya mengirimkan pesan singkat kepada Kafi. Dengan cepat ia mendapatkan balasan dari Kafi.

‘Ya. Hati-hati.’

Natasya tersenyum getir saat menerima jawaban Kafi. Natasyapun bergegas merapihkan beberapa perlengkapan Aksa. Kemudian ia bersama Aksa pergi ke salah satu tempat bermain untuk anak-anak di salah satu mall dekat rumahnya.

LANJUT PART 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar