”Aku pulang telat lagi malam ini, kamu
istirahat aja duluan. Gak usah tunggu aku sampai rumah.”
Natasya baru saja membaca
pesan dari Kafi, suaminya. Ini entah sudah yang keberapa dalam enam bulan
terakhir ini Kafi pulang terlambat. Natasya mencoba memahami pekerjaan suaminya
yang baru saja diangkat menjadi kepala manajer di kantornya.
“Hari ini aku ada rapat. Dan
kerjaanku padat banget hari ini.” Begitu dalihnya yang sering kali Natasya
dapatkan setiap kali ia bertanya mengapa pulang begitu larut. Nastasya yang
mendapatkan tugas untuk fokus saja di rumah mengurus Aksa, sang buah hati yang
baru berusia satu tahun, juga mengurus usaha fashionnya secara online, menurut
saja terhadap titah sang suami.
Natasya pun meletakkan gawai ke atas nakas samping tempat tidurnya. Merebahkan diri di samping Aksa yang sudah tertidur pulas sejak sejam yang lalu. Natasya mencoba untuk memejamkan mata, mengistirahatkan badannya, namun pikirannya menerawang kepada Kafi. Hatinya gundah tak karuan. Namun ia tak tahu apa penyebabnya.
Saat jarum jam di
kamarnya menunjukkan pukul satu dini hari, ia mendengar suara pintu pagar
terbuka, disusul dengan suara deru mobil memasuki garasi. Ia mengintip dari
jendela kamarnya. Jelas itu Kafi yang baru saja datang. Dengan semangat Natasya
turun dari tempat tidurnya, dan segera membukakan pintu untuk Kafi. Menyambut
sang suami dengan wajahnya yang begitu manis.
“Lho, kenapa belum tidur?
Tadi kan aku udah bilang, kamu tidur duluan aja.” ucap Kafi saat melihat sang
istri menyambutnya di depan pintu.
“Aku gak bisa tidur. Jadi
aku nunggu kamu sampai rumah dulu. Sambil rekap hasil penjualan hari ini.”
Jawab Natasya sambil membawa tas kerja dan juga kunci mobil dari tangan Kafi.
Setelah meletakkan tas
beserta kunci mobil di dalam kamarnya, Natasya segera ke dapur untuk mengambil
segelas air minum untuk Kafi.
“Kamu mau makan? Aku
panasin dulu lauknya, ya?” Kata Natasya setelah menyodorkan air minum ke
hadapan Kafi.
“Gak usah. Aku udah
kenyang. Kamu istirahatlah.” Titah Kafi.
“Aku tunggu kamu di
kamar, ya.”
“Aku mau bebersih dulu.
Kamu duluan aja ke kamar.” Tegas Kafi.
Natasya tak mampu lagi
membantah kala mendengar nada suara Kafi yang tak bersahabat di telinganya,
serta tatapan matanya yang sedikit tajam. Ia melangkah lesu ke dalam kamar. Malam
ini, tak ada lagi peluk dan cium selamat datang yang diberikan oleh Kafi
kepadanya. Sama seperti malam-malam kemarin. Natasya mulai menyadari bahwa ia
merindukan semua hal manis yang dipersembahkan Kafi kepadanya. Natasya berbalik
badan dan menatap Kafi yang sedang serius mengetik sesuatu di gawainya, sebelum
ia menutup pintu kamar secara perlahan.
***
Bisnis yang dirintis Natsya
mulai berkembang baik. Kafi pun terpilih menjadi kepala manajer terbaik di
kantornya. Dengan omset yang meningkat dari tahun sebelumnya, Natasya berani membeli
satu unit rumah persis di samping rumahnya, untuk dijadikan kantor kecil
sekaligus tempat stok barang untuk toko onlinenya.
“Hari ini kamu harus
pergi juga emangnya?” tanya Natasya yang memperhatikan Kafi yang sedang bersiap-siap.
“Hal ini udah kita bahas
kemarin, kan?” ketus Kafi.
“Iya, tapi ini kan hari
Sabtu, Mas. Aksa butuh waktu bersama kamu, loh!” jawab Natasya sedikit merajuk.
“Kamu juga kayanya lupa
kalau kemarin tujuh tahun pernikahan kita.” Lanjut Natasya dengan tatapan
matanya yang tak lepas memperhatikan Kafi yang sedang menyisir rambutnya.
“Oh, ya? Maaf, aku lupa.
Happy anniversary, sayang.” Ucap Kafi sambil melangkah mendekati Natasya dan
mendaratkan kecupan singkat di kening Natasya. Kecupan singkat yang terasa
begitu dingin. Tak lagi sehangat dulu.
Sudah hampir dua tahun
rasanya Natsya merasakan kehilangan sosok Kafi yang dulu ia kenal. Dingin, ada
tapi seperti tak ada, itulah yang Natasya rasakan atas kehadiran Kafi, lelaki
yang begitu ia cintai.
“Tapi, kamu bisa pulang
cepat, kan hari ini?” tanya Natasya penuh harap.
“Lihat aja nanti.
Tergantung urusanku cepat selesai atau gak.”
“Kalau besok, kamu gak
ada acara, kan?”
“Gak. Kayanya aku mau
istirahat aja di rumah. Oke, aku berangkat ya?” jawab Kafi yang hanya di tutup
dengan usapan lembut di puncak kepala Natsya sebelum ia benar-benar pergi
meninggalkan rumah.
Natasya menatap sendu
kepergian Kafi di akhir pekan kali ini. Meski ini bukanlah yang pertama kali
Kafi meninggalkan ia dan Aksa di akhir pekan. Nastasya ingin sekali memohon
agar Kafi tidak pergi. Ia ingin menciptakan family time yang sudah cukup
lama tak ia rasakan. Namun sayangnya, Natasya tidak punya keberanian lebih
untuk mendebat Kafi. Natasya mengembuskan napasnya begitu berat. Langkah
kepergian Kafi tanpa peluk dan kecupan hangat membuat Natasya semakin merasa
kehilangan Kafi. Bahkan, di moment penting hari ulang tahun pernikahan mereka
pun Kafi sampai lupa. Meski pernah seperti itu, tapi setelahnya Kafi akan
membuat acara kecil, atau paling tidak ia akan mengajak Natasya romantic
dinner di salah satu restaurant favorit Natasya, atau mereka berdua yang
merancangnya di rumah. Namun tahun ini, tidak ada perayaan apapun, bahkan untuk
sekadar qualiy time berdua saja Kafi tidak bisa. Ia hanya mendaratkan
kecupan singkat sebagai permohonan maaf.
Kamu kenapa, Mas? Kamu
ada, tapi aku seperti kehilangan kamu. Bisik hati Natasya dengan matanya yang mulai berembun.
Berkali-kali Nataysa mengatur napasnya agar tangisnya tak pecah. Karena ada
Aksa di sampingnya. Aksa, jagoan mungil yang selalu meminta perhatian Natasya.
Satu-satunya lelaki di rumah itu yang sangat membutuhkan dan bergantung
hidupnya dengan Natasya. Satu-satunya makhluk titipan Tuhan yang selalu
berhasil mengusir rasa kesepiannya.
“Hari ini, Aksa main sama
Ibu lagi, ya? Ayah lagi sibuk banget! Kita do`akan ayah, ya. Semoga ayah
diberikan rejeki berlimpah dan berkah, biar nanti bisa pergi jalan-jalan sama
Aksa. Semoga besok Aksa bisa full seharian main sama ayah, ya. Sabar ya,
gantengnya Ibu.” Ucap Natasya dengan segaris senyuman. Aksa dengan mata
bulatnya menatap Natasya begitu serius, dan tak lama ikut tersenyum. Seolah ia
mengerti apa yang baru saja dikatakan sang ibunda.
‘Mas, aku ijin bawa
Aksa jalan-jalan keluar hari ini. Mobil yang putih aku pakai, ya.’
Natasya mengirimkan pesan
singkat kepada Kafi. Dengan cepat ia mendapatkan balasan dari Kafi.
‘Ya. Hati-hati.’
Natasya tersenyum getir
saat menerima jawaban Kafi. Natasyapun bergegas merapihkan beberapa perlengkapan
Aksa. Kemudian ia bersama Aksa pergi ke salah satu tempat bermain untuk
anak-anak di salah satu mall dekat rumahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar