Rabu, 12 Juni 2024

Menjadi Penggantinya

6/12/2024 07:53:00 PM 0 Comments

 


Sejak kepergian Ayah, segala beban dan tanggung jawabnya jatuh di pundakku. Aku, sebagai anak lelaki pertama, harus menjadi pelindung bagi ibu dan adik-adik perempuanku. Tugas Ayah sebagai tulang punggung keluarga, kini menjadi tanggung jawabku. Bahkan aku harus menggantikan Ayah dalam memberikan kebahagiaan, rasa aman, dan kenyamanan yang dulu selalu dia hadirkan.

Ayah, betapa beratnya peran ini. Bolehkah aku meminjam ketegaran hatimu yang sekuat baja? Bolehkah aku meminjam pundakmu yang kokoh untuk menanggung semua ini? Setiap hari aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sepertimu, meski sering kali terasa mustahil.

Aku sadar, tak mungkin sepenuhnya menggantikanmu untuk Ibu dan adik-adikku. Namun, aku berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik bagi mereka, menciptakan kebahagiaan meski tak sempurna, karena ketiadaanmu, Ayah.

Aku yang tak pernah bisa memahami dengan baik bagaimana karakter adik-adikku, kini seiring waktu bergulir aku harus belajar untuk selalu bisa memahami mereka. Meski lelah, dan tak mudah namun harus ku lakukan. Walau sering kali tergores kecewa dan amarah, tapi aku harus menutup rasa itu begitu rapat saat berhadapan dengan mereka.

Teruntuk adikku sayang, ingatlah bahwa aku selalu ada untukmu. Walaupun langkahku kadang goyah, hatiku tetap teguh melindungimu. Walau terkadang jarak memisahkan, percayalah bahwa kasih sayang dan cintaku sangat dekat denganmu. Dan meskipun sering kali kau melihatku marah, kecewa, akan sikap tingkah lakumu, ketahuilah itu caraku menjagamu dari orang-orang yang tak bertanggung jawab. Karena aku tak ingin kau terasakiti oleh siapapun! Karena menjagamu kini menjadi tanggung jawabku. 

Aku berharap dengan segala usahaku, meskipun kecil, bisa mengurangi rasa kehilangan yang kau rasakan. Kenangan tentang Ayah akan selalu menjadi cahaya yang menerangi jalan kita. Kita akan melaluinya bersama, dengan saling menguatkan. 

Meski Ayah tidak lagi hadir secara fisik, kasih sayangnya akan selalu menjadi pelita bagi kita. Aku akan terus berusaha, untuk Ibu, untukmu, dan untuk mengenang Ayah.

 Biarkanlah aku menjadi peganti Ayah, dalam mencurahkan kasih sayang, serta kebahagiaan untukmu. Sampai kelak kau bertemu seseorang yang bisa menjaga dan membahagiakanmu dengan sepenuh jiwa.

Minggu, 09 Juni 2024

Cukup Bersamamu

6/09/2024 07:08:00 PM 0 Comments


Di tengah hiruk pikuk dunia yang begitu gaduh dengan segala cerita dan sandiwaranya, aku menemukan kedamaian saat bertemu denganmu. Di saat segala hal terlihat begitu rumit, penuh teka teki yang tak mampu ku selesaikan, kamu hadir seolah menjadi jawaban yang tak pernah ku duga sebelumnya. Ketika hati terasa begitu hampa dan kosong tentang makna cinta, kau datang menyiramiku dengan kasih sayang dan cinta yang begtu derasnya.

Dalam diam dan sendiri, aku seringkali bertanya apa yang sebenarnya aku cari? Apa yang sebenarnya aku butuhkan? Di pencarian yang mendalam, seringkali langkahku terasa berat. Pikiranku tak jarang terasa kacau dan menemukan titik keraguan. Namun setiap kali kau datang menemani, segala tanyaku terjawab, semua kekhawatiran dan keraguanku pun lenyap. Semua terasa begitu lebih ringan bagiku, karena ternyata aku cukup bersamamu untuk menghadapi semua itu.

Masih ingatkah kamu? Bagaimana kita saat pertama kali bertemu? Saat itu, dunia seakan berhenti sejenak, memberikan ruang bagi dua jiwa yang akhirnya menemukan rumah mereka. Kamu adalah detak jantung yang menjaga irama hidupku tetap tenang, senyummu adalah sinar yang menerangi jalan gelap yang pernah kulalui. Bahkan di setiap tatapan matamu, aku menemukan kehangatan yang tak pernah kudapatkan di tempat lain.

Kamu, adalah pelukan hangat di hari yang dingin, kekuatan di saat aku merasa begitu rapuh dan hancur, ketenangan di saat hati dan pikiran begitu gaduh berperang. Ketika banyak orang sibuk mengejar gemerlap dunia sebagai sumber bahagianya, aku cukup bertemu denganmu, merasakan hangat genggaman tanganmu untuk bisa merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna. Cukup bersamamu, aku mendapatkan pelukan yang membuatku merasa aman, merasa hidup saat ku tenggelam dalam senyum serta tatapan teduhmu. 

Cukup bersamamu, aku tidak butuh apa-apa lagi. Segala impian dan harapan terasa lengkap hanya dengan kehadiranmu di sisiku. Aku bisa menjadi diriku sendiri, menggapai segala impianku, merasa dicintai dengan sepenuh hati dan jiwa, hanya saat aku bersamamu. Maka, cukup bersamamu ku habiskan sisa usiaku. Sampai kita bertemu pada titik, aku atau kamu yang lebih dulu dipanggil oleh-Nya. 


Sabtu, 08 Juni 2024

Tenggelam Di Badai Sunyi

6/08/2024 08:42:00 AM 0 Comments

Sejak dia datang dalam hidupku, aku nyaris tak pernah berkawan dengan sepi yang menikam di balik sunyi. Hadirnya selalu berhasil mengundang tawa bahagia, senyum ceria, juga air mata haru karena cinta.

Setiap bersamanya, selalu ada cerita yang mengalir begitu saja. Segala sesuatu yang telah terlewati, menjadi bahan untuk kukisahkan padanya. Aku ingin dia selalu menjadi orang pertama yang tahu tentang apa yang telah kulalui. Pun sebaliknya. Kita tak pernah kehabisan bahan untuk dibicarakan. Andai kita bertemu pada titik keadaan yang sama-sama sedang lelah, kita seolah sudah sepakat bahwa kita tetap bersama, hanya saja kita saling memberikan ruang dan waktu untuk saling beristirahat sejenak. Kita pernah sepakat, untuk tidak pernah saling meninggalkan.

Namun kini, kesepakatan hanyalah sebuah wacana yang hancur diterjang badai huru-hara keegoisan diri. Dia pergi menjauh, sedangkan aku berpaling dengan ego yang enggan meluruh. Aku pikir kita hanya butuh waktu untuk saling berkaca pada diri sendiri, mengenang semua yang telah terlewati, lalu kemudian kembali bersama melanjutkan merajut kisah masa depan. Tapi ternyata tidak!

Aku yang sempat berpikir akan baik-baik saja tanpanya, ternyata kini mulai merasakan kesepian yang mengoyak hari-hariku yang biasa ramai olehnya. Perlahan, kutenggelam di balik badai sunyi yang menerjang di setiap detik yang kulalui. Aku tersadar, bahwa hadirnya dia telah banyak mengubah kehidupanku. Paling tidak, kehadirannya pernah membawaku keluar dari dalamnya kesunyian, dan memberikan bahagia yang tak pernah kuduga.

Namun kini, semua cerita bersamanya tinggal kenangan, dan aku kembali tenggelam di badai sunyi yang tak tahu kapan akan berakhir.

Jumat, 07 Juni 2024

Maaf, Bu

6/07/2024 09:52:00 PM 0 Comments

Bu, lihatlah anak mu yang kau besarkan dengan keringat dan air mata, sekarang ia sudah beranjak dewasa, Bu. Ia sudah merasakan kerasnya dunia menghantam perjalanannya. Ia telah merasakan beratnya sebuah tanggung jawab.

Bu, sekarang aku mengerti mengapa dulu engkau sering bilang, "tidak boleh nakal," atau "kamu harus menjadi orang yang kuat." Karena memang, dunia yang ku hadapi saat beranjak dewasa begitu keras ya, Bu. Dirimu juga pernah berpesa, "jadilah orang baik dimanapun kamu berada." Karena jika kita tidak baik maka orang tidak akan baik sama kita kan? Semesta akan memperlakukan kita seperti apa kita memperlakukan mereka kan, Bu?

Lantas mengapa sekarang banyak orang yang jahat, Bu? Padahal aku sudah menuruti semua nasehatmu. Namun mengapa mereka tetap jahat? Mengapa sekarang aku merasa begitu lemah, padahal aku selalu berusaha untuk menjadi anakmu yang kuat, Bu.

Maaf, Bu ... aku tidak bisa menjadi kuat seperti yang engkau harap. Aku sering menangis dan bersedih di kala kesendirian menemaniku. Tapi tenang, Bu. Aku tidak akan meneteskan air mata di depan mu. Aku akan tetap menjadi anakmu yang kau lihat sudah besar dan kuat mengahadapi terpaan badai kehidupan. Aku akan tetap tersenyum. Karena aku tidak mau melihat air mata kesedihan jatuh meluruh di wajahmu, Ibu.

Jujur aku butuh pelukan mu, Bu. Tapi aku terlalu malu untuk mengatakan bahwa aku ingin dimanja lagi olehmu, ingin menangis di pelukmu. Karena sekarang aku merasa sudah dewasa dan tidak pantas untuk bermanja serta menangis lagi di depan mu, Bu. Meski nyatanya, kini aku begitu rapuh dan butuh dirimu.

Bu, anak yang engkau lihat penuh senyum di hadapan mu kini sedang hancur. Aku tak tau bagaimana caranya untuk mengatakan bahwa aku butuh pelukanmu, Bu. Agar aku merasa bahwa hidupku setelah ini akan tetap baik-baik aja.

 Maaf Ibu, anak yang sudah engkau besarkan ini belum bisa membahagiakan mu. Aku takut, Bu. Aku takut tak mampu melukis senyum haru kebahagiaan di wajahmu. Sedangkan usiamu sudah semakin menua. Aku takut tak mampu memberikan kebahagian yang paripurna untukmu, Bu.

Maafkan aku, Bu. Tunggu aku memberikan segenap bahagia untukmu. Dan terimakasih, atas semua yang telah engkau beri untukku selama ini. Percayalah Bu, anakmu sedang berjuang untuk selalu memberikan kebahagiaan untukmu.

~~~•••~~~•••~~~

Song instrumen muara kasih bunda violin

Dia dan Secangkir Kopi

6/07/2024 03:10:00 PM 0 Comments

 

Secangkir kopi hangat pada dinginnya pagi yang menyapa selalu menjadi cerita indah di awal hari saat aku bertemu dengannya. Cerita suka duka yang telah dilalui, akan menjadi teman yang mengubur sepi di antara kami. Selalu ada tawa bahagia terekam di kala waktu membiarkan kita saling berbagi cerita. Dan saat salam perpisahan memanggil di awal senja, akan hadir setitik rindu untuk kembali bertemu. Menjelma menjadi bait pengharapan pada malam yang mengabadikan cerita tentang perjalanan hari itu bersamanya.

        Secangkir kopi hangat selalu menjadi kawan setia di setiap pertemuan. Menjadi saksi bisu yang menangkap rasa berbeda yang perlahan hadir dari relung hati. Ada candu saat ku tatap mata hazel juga manis senyumnya. Pahat wajahnya yang tak begitu tampan namun meneduhkan, berhasil menciptakan nyaman dalam hati. Ku yakin, ia telah berhasil mencuri sebagian hatiku. Karena sebentar saja jarak memisahkan, ada rindu yang bertalu.

Apakah ia menaruh sebuah mantra dalam secangkir kopi yang telah dibawanya?

Ah, rasanya terlalu jahat jika ku biarkan pikiran itu terus menjelma. Bukankah cukup ku syukuri kehadirannya, dan nikmati kebahagiaan ini bersama? Jika ada rasa serta getar yang berbeda mulai tercipta, biarkan ia berjalan dengan sewajarnya. Biarkan ia saling menyapa di saat tiba waktunya. Aku tak ingin memaksa. Karena aku mulai takut kehilangannya.

Takut kehilangan? Atau mungkin takut kembali terkukung dalam sepi?

Entah, yang ku tahu, aku hanya ingin selalu berada di dekatnya. Yang aku tau bahwa aku mulai menyayanginya tanpa ragu.

Selasa, 04 Juni 2024

Bukan Untukku

6/04/2024 01:56:00 AM 0 Comments

Tenangnya malam membuat hati ini semakin tak sabar menanti sang fajar tiba. Ada rencana besar yang akan kulakukan ketika mentari telah menyapa dunia, yaitu, mengungkapkan segala rasa yang selama ini ku simpan dengan begitu rapatnya. 

Jalan panjang yang ku tempuh menjadi saksi seberapa jauh usahaku untuk bisa bertemu dengannya. Banyaknya detak waktu yang ku lalui menjadi bukti, betapa sungguh dalam rasa sayang juga cinta yang selama ini kupendam dalam lubuk hati.

Namun, ketika tiba pada titik perjumpaan dengannya, seketika langkahku terpaku, kakiku seolah membatu, lidahku kelu membeku, bahkan hadiah yang kupersiapkan dalam genggaman pun terjatuh, meluruhkan senyum yang sempat terlukis diwajahku.

Ada sepasang tangan yang sedang mendekapnya dengan begitu erat, tapi itu bukan tanganku. Ada sepasang mata yang menatapnya penuh cinta, namun itu bukanlah mataku. Ada kecupan yang mendarat pada keningnya, membuat wajahnya tersenyum bahagia, dan sayangnya itu bukan dariku.

Ia telah berbahagia dengan yang lain!

Dan aku, berbalik arah meninggalkannya. Membiarkan ia bahagia dengan apa yang kini menjadi pilihannya. Kembali ku susuri jalan sendirian, hingga malam kembali datang. Ku biarkan lampu di sisi jalan menjadi saksi betapa hancur pengharapanku. Dan Ku biarkan sepinya malam menjadi kawan atas rasa sakitku.

Semoga ia berbahagia bersama pilihannya, dan biarlah aku di sini, terkubur di balik reruntuhan rasa cintaku yang hancur berkeping, dalam sendiri dan kesunyian, mencoba menerima kenyataan bahwa dia bukan untukku.

Jumat, 31 Mei 2024

Ayah, Bisakah Kita Bertemu?

5/31/2024 01:15:00 PM 0 Comments


Ayah, bisakah kita bertemu? Banyak hal yang ingin ku tanyakan dan bicarakan denganmu. Banyak sekali misteri yang terungkap setelah pergimu. Banyak sekali cerita tentangmu, bahkan tentang perasaanm kepadaku yang selama ini ku tak tau.

Apakah yang mereka ceritakan benar? Sebahagia itukah kau memiliki aku? Setakut itukah kau kehilangan ku? Di saat dokter memvonis ku mengidap salah satu penyakit yang tak akan bisa sembuh. Serapuh itukah kau menghadapi kenyataan bahwa gadis kecilmu tak baik-baik saja? Kenapa kau tak pernah memperlihatkan air mata lukamu di hadapanku? Bahkan, kau pun tak pernah membantah saat aku membawa seseorang yang menjadi pilihanku, sedangkan kau sebenarnya sudah menyiapkan pilihan untukku.

Ayah, bisakah kita ketemu? Sebentar saja. Kita bicara banyak hal. Tentang aku, tentang dirimu, juga tentang perasaanmu yang tak pernah terungkap selama ini. Aku hanya ingin mendengar semua cerita itu langsung dari mulutmu, Ayah. Karena aku sedang merindukan momen kebersamaan kita. Jika dulu kau selalu mencipta momen bahagia penuh tawa saat bersamaku, kenapa kau tak juga meninggalkan momen dimana kau membagi dukamu kepadaku. Kenapa tak kau tunjukkan sedih dan rapuhnya dirimu saat melihatku jatuh sakit tak berdaya? Kenapa aku harus selalu kau pandang sebagai gadis kecilmu yang tak boleh merasakan kerasnya dunia, serta sedikit mengetahui beratnya beban perasaan yang kau pikul. Oh ya, aku lupa. Kau pantang dilihat lemah, apalagi di depanku yang sedang butuh kekuatan darimu. Kau pantang menyeka air mata, apalagi di hadapanku yang selalu ingin melihat senyummu.

Kau tau, Ayah? Kini keadaan yang membentur serta mendidikku untuk menjadi kuat. Untuk menjadi putrimu yang  tak lagi mudah rapuh. Menjadi seseorang yang terlihat setegar batu karang. Walau pada kenyataannya, kali ini aku sangatlah lemah tanpamu.

Ayah, bisakah bertemu? Sebentar saja. Banyak sekali hal yang ingin ku dengar darimu. Yang ingin ku ceritakan serta yang ingin ku pastikan padamu. Aku bingung, Yah. Kali ini aku tak punya tempat untuk bercerita atau sekadar mendapatkan pelukan hangat.

Inikah makna air matamu di saat dulu kau melepasku kepada orang lain? Adakah ketakutan yang kau rasa juga kau pikirkan tentang kebahagiaanku? Jika memang benar, Ayah tenang aja, aku bahagia. Hanya saja, kali ini aku sedang merasa tidak baik-baik saja. dan aku hanya butuh pelukmu, Ayah.

Ayah, datanglah sebentar. Beritahu aku segala hal yang selama ini aku tak tau. Beri aku penjelasan tentang segala hal yang selama ini aku tak paham. Bisakah kita bertemu, Ayah? Walau hanya melalui dunia mimpi. Aku butuh dirimu, Ayah.

~~~~

Bogor, 31 Mei 2024

Selasa, 28 Mei 2024

Lelaki Bermental Baja

5/28/2024 09:12:00 PM 0 Comments

Lelaki bermental baja. Ku sebut dirinya seperti itu. Karena telah banyak cerita perjuangan yang ku yakini bahwa akupun tak akan pernah sanggup menjalani hari-hari seperti apa yang telah dilewatinya; kehilangan ayah di usia yang masih sangat belia, membantu ibu yang harus menghidupi keluarga, di saat yang sama pula dirinya harus berjuang untuk tetap melanjutkan pendidikan demi menggapai impiannya. Impiannya tergapai, namun perjuangannya tak berhenti di sana. Dirinya terus berjalan di atas koridor yang menyuarakan kebaikan. Hari-harinya selalu bising dengan rencana, target, juga aksi penyiaran kebaikan. Detak waktunya selalu sibuk memikirkan orang lain, memikirkan pendidikan anak-anak negeri yang tak mampu melanjutkan karena terhimpit ekonomi. Hingga pernah aku begitu cemburu dengan sikapnya. Dan ia hanya berkata, "kamu belum paham. Akan tiba waktunya kau mengerti kenapa semua ini harus dilakukan." Lalu aku hanya bisa terbungkam mendengar kalimat yang meluncur darinya.

Semangatnya selalu ku apresiasi sekaligus membuatku iri. Namun ku cukup sadar diri, bahwa mentalku belum sebaja miliknya. Lelaki bermental baja itu, ku panggil dengan sebutan; Ayah.
Ya. Setiap kali ada yang bertanya seperti apa ayahku, maka akan ku jawab, bahwa dia adalah manusia bermental baja. Tak mudah rapuh! Tak mudah goyah, apalagi menyerah.
Ayah, mirisnya anakmu ini ternyata tak bisa mengikuti jejak langkahmu. Padahal berkali-kali kau berpesan bahwa aku tak boleh menjadi seseorang yang mudah menyerah. Sayangnya, di saat aku begitu rapuh dan membutuhkan peluk semangat darimu, saat aku butuh pelajarn hidup agar mampu sekuat dirimu, kau telah tertidur berselimut tanah. Mungkin sedang menikmati hasil kebaikan-kebaikan yang selama ini kau tanamkan. Mungkin kau sedang menikmati tempat peristirahatan mu yang menjelma menjadi taman surga.
Ayah, padahal kau belum sempurna membangun mentalku untuk kuat sepertimu. Dan aku kini harus memaksa langkahku untuk tetap tegap walau tanpamu. Meski mentalku tak sebaja milikmu. Maafkan aku, jika sekali waktu aku lelah dan merasa ingin menyerah. Karena sungguh, aku tak bisa seperti mu, Ayah, lelaki bermental baja yang selalu ku rindu.

Senin, 27 Mei 2024

Kamulah Rumahku

5/27/2024 11:57:00 AM 1 Comments


Kau pernah mengatakan padaku, "dalam sendirimu, bayangkan jika tiba masa dimana aku pergi dan tak akan pernah pulang lagi."

Kau tau? Seketika rintik air mataku menderas tanpa ku pinta. Ada sesak yang menyapa dan memelukku erat. Ku tahu, pergi mu sementara. Tapi sepi dan sendiri yang kurasa menyiksaku dengan begitu hebatnya! Sepi tanpamu menghujamku dengan begitu menyakitkan. Pijakan ku yang begitu kuat saat bersama denganmu, mendadak goyah. Aku tak mampu membayangkan lebih jauh bagaimana sepinya aku dalam kesendirian tanpa kamu.

Kau harus tau, bahwa sapaan selamat pagi di awal hari, ucapan selamat tidur menjelang rehat di malam sunyi, serta sederet pertanyaan tentang kegiatanmu seharian, adalah caraku mendekatkan jarak antara kita.  Adalah cara agar aku merasa kau memang selalu ada di sisiku. Adalah caraku membunuh rindu. Karena kamu adalah rumahku, tempat ternyamanku untuk mendapatkan pelukan terhangat yang menenangkan. Tempat berlindungku dari segala keburukan yang akan datang merempuhku kapan saja tanpa ku tau. Karena kamulah rumah, separuh nyawa, juga hidupku.

Sendiri, membuatku merasa betapa kamu sangatlah ku butuhkan. Membuatku menyadari bahwa selemah ini aku tanpa kamu. Sesepi ini rumah kita yang selalu penuh cerita dan warna. Rumah kita layaknya kendaraan yang kehilangan satu roda, tak bisa berjalan dengan selazimnya. Ternyata, sepayah ini aku tanpa kamu yang membersamai. Ku pikir, aku adalah seseorang yang memiliki mental setegar karang. Mampu menghadapi ujian apapun itu seorang diri. Nyatanya tidak! Aku butuh topangan, butuh pegangan, dan butuh sandaran. Dan kamu lah orangnya yang bisa menjadi itu semua untukku.

Kesendirian tanpamu membawaku tenggelam dalam sepi dan kesunyian yang begitu menikam! Cepatlah pulang... Aku butuh kamu. Aku rindu rumahku yang hidup dan ceria dengan hadirmu. Karena rumah yang sesungguhnya untukku adalah kamu.

Setelah ini, boleh ya, ku rapalkan kembali permintaan paling egoisku pada-Nya. Bahwa aku tak ingin kamu yang pergi lebih dulu meninggalkan dunia dan aku sendiri di sini. Izinkan aku yang lebih dulu meninggalkan dunia ini. Karena ku pastikan, dunia serta rumahku akan hancur tanpa kamu di sisi.

Sekali lagi, cepatlah kembali duhai rumahku, tempatku bersandar paling nyaman dan menenangkan, tempatku mencipta tawa bahagia nan ceria. Aku rindu...

Minggu, 26 Mei 2024

Permaisuri yang Beriman

5/26/2024 01:34:00 PM 0 Comments

 


Permaisuri itu hidup di istana, terbiasa menjalani kehidupan prokoler kerajaan, melihat kekuatan kelaliman yang luar biasa, kesombongan penguasa, ketaatan para pengikut dan rakyat, tetapi iman menerangi hatinya, menyinari penglihatannya. Dia bosan menjalani kehidupan yang penuh kesesatan, lalu bernaung di bawah naungan iman, berdoa kepada Rabbnya agar berkenan menyelamatkannya dari kehidupan ini. Allah menjawab doanya dan menjadikannya sebagai teladan bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman-Nya:

"Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang orang yang beriman, ketika ia berkata, 'Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim,'" (QS. AT-Tahrim: 11)

Rasulullah saw. bersabda:

          "Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran." (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih)

    Dia adalah Asiyah binti Muzahim, istri Firaun, yang menjadi teladan yang dikekalkan oleh Al-QUran untuk wanita beriman yang jujur kepada Rabbnya. Ketika mengetahui jalan kebenaran, dia mengikutinya tanpa takut terhadap kebatilan dan kezaliman para pelakunya/. Dia benar-benar beriman kepada Allah dengan iman yang tek terguncang dan tidak dapat dilemahkan. Berbagai ancaman Firaun dan beragam intimidasinya tak berhasil menggoyahkan dirinya dari keimanannya, atau menjauhkan dia dari jalan kebenaran dan hidayah. Dia bertransaksi dagang dengan Allah, maka perdagangan pasti meraih laba. Dia menjual gengsi, istana, dan pelayanan first class sebagai permaisuri, untuk dibayar dengan harga yang mahal, yakni sebuah rumah di surga.

    Kisah ibu Asiyah ra., disebutkan dalam kisah Musa as., manakala Allah memberi ilham kepada ibunya agar menempatkan Musa di dalam peti, kemudian menghanyutkan peti yang di dalamnya ada bayi Musa itu ke sungai. Aliran arus sungai menuju ke pantai yang di sana berdiri kukus istana Firaun. Dayang-dayang memungut peti itu dan membawanya masuk ke istana. Tatkala istri Firaun melihat bayi yang terdapat di dalam peti, Allah mengaruniakan cinta kepada Musa ke dalam hatinya sehingga dia menjadi sangat mencintai Musa.

    Firaun datang untuk membunuhnya, sebagaimana yang dia lakukan terhadap semua anak laki-laki yang dilahirkan dari rahim Bani Israil, tetapi seketika itu juga istrinya meminta dia untuk membiarkan hidup, karena bayi itu akan menjadi ganti ketidakmampuan dirinya melahirkan anak. Demikianlah, Allah menempatkan Musa untuk hidup di istana Firaun. Allah Ta`ala berfirman: 

    "Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; 'Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke suangi (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para Rasul.'  Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah istri Firaun, 'Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak.' Sedang mereka tiada menyadari." (QS al-Qashash: 7-9)

    Ibu Asiyah memiliki fitrah yang sehat, akal yang paham, hati yang penyayang. Dia mengingkari kegilaan yang menjangkiti akal suaminya, dia tidak memercayai klaim suaminya bahwa dirinya adalah Tuhan dan anak dari Tuhan-Tuhan yang ada. 

    Ketika Musa beranjak remaja dan dewasa, dia berpindah ke negeri Madyan, karena melarikan diri dari kekejaman Firaun dan bala tentaranya. Kemudian beberapa tahun berselang, dia pulang kembali ke Mesir, sesudah Allah mengutusnya sebagai Rasul maka istri Firaun adalah orang pertama yang memercayai dakwah Nabi Musa as. Keimanan yang kokoh kepada Allah itu diketahui oleh suaminya, Firaun. Firaun menjadi kalap dan marah besar. Bagaimana mungkin istri yang menjadi teman hidupnya sekian lama mau beriman kepada Musa. Firaun mengingkari. Dia menyiksa istrinya agar istrinya itu mau keluar dari keyakinannya dan mau meninggalkan ketaatan kepda musuhnya. Dia memerintahkan para algojonya untuk menimpakan berbagai jenis siksaan terhadap sang istri sampai dia mau kembali kepada keyakinannya yang lama. Akan tetapi, ternyata dia tetap teguh dalam beriman kepada Allah dan siap memikul pedihnya berbagai siksaan di jalan Allah.

    Firaun memerintahkan pasukannya untuk mencampakkan Asiyah ke tanah lalu mengikatnya di antara empat tiang yang kuat. Algojo mulai menyayat tubuhnya dengan cemeti tetapi dia tetap sabar dan mengharapkan pahala dari kepedihan siksa yang dia rasakan. Akhirnya Firaun memerintahkan agar diletakkan gerinda pada dadanya lantas dilemparkan sebongkah batu besar terhadap tubuhnya. Tetapi dia terlebih dahulu berdoa kepada Allah agar dirinya diselamatkan dari Firaun dan perbuatannya.

    Allah mengijabah doanya. Ruhnya naik tinggi menuju Penciptanya. Malaikat menaunginya dengan sayapnya, agar dia dapat segera menempati surga. Dia beriman kepada Rabbnya dan sudah menjalani beragam siksa akibat keimanannya. Dia layak menjadi wanita surga yang kekal.

    Benarlah Rasulullah saw. manakala beliau bersadba:

    "Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya." (Sahih al-Bukhari no 3411)

~~^^~~^^~~^^~~^^~~

Dinukil dari buku "Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan" Karya Ali bin Nayif asy-Syuhud, hal 30-32